Cucu Ki Hadjar Dewantara Tulis Buku Life Skill, Gen Z Wajib Baca

Antarina SF Amir merilis buku tentang pendidikan nih guys. Diterbitkan lewat ASCD (Association for Supervision and Curriculum Development), organisasi non-profit yang bermarkas di Arlington, Virginia, Amerika Serikat, buku ini disusun bersama Thomas R. Guskey dari tim Redea Institute.
Buku ini berjudul 'Life Skills for All Learners: How to Teach, Asses, and Report Education's New Essential' (Keterampilan Hidup untuk Semua Pelajar: Hal Penting tentang Mengajar, Menilai, dan Laporan Pendidikan). Emang sih isi bukunya sangat universal, tapi Antarina SF Amir merasa ini sangat dibutuhkan buat merekonstruksi pendidikan di Indonesia.
Tema utama bukunya adalah pembentukan life skills. Digarisbawahi kalau keterampilan ini nggak hanya baru bisa dimulai nanti setelah pendidikan tinggi, tapi justru harus dimulai sejak pendidikan dini hingga SMA.
Antarina SF Amir yang juga cucu Ki Hadjar Dewantara, sosok penting dalam pendidikan Indonesia, berharap bukunya bisa membantu generasi muda Indonesia dalam banyak hal. Termasuk berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi.
Ada 8 pilar life skill yang diperkenalkan dalam buku ini termasuk Meta Level Reflection (Berpikir Tingkat Meta, kemampuan tentang cara berpikir dan belajar), Expert Thinking (Berpikir Pakar, kemampuan analisa dan memecahkan masalah seperti ahli), Creativity and Innovation (Kreativitas dan Inovasi), Adaptability and Agility (Kemampuan Beradaptasi), Audience Center Communication (Komunikasi Berpusat pada Audiens), Synergistic Collaboration (Kolaborasi Singeris), Empathic Social Skills (Keterampilan Sosial Empatik), dan Ethical Leadership (Kepemimpinan Etis).
Dari keterampilan dasar itu, nantinya siapa pun yang mau belajar bisa menaklukan prosesnya secara mandiri. Meski saat ini generasi Z di Indonesia udah hidup di era digital, pondasi ini diperlukan untuk bisa memperkuat literasi digital mereka.
"Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat dan aplikasi, tetapi juga tentang kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis, memahami implikasi etis dari teknologi, serta menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan produktif,", ujar Antarina dalam keterangan pers yang diterima Minggu (4/5/2025).
Lewat buku ini, dia juga menyoroti pentingnya seseorang mengembangkan kemampuan empati sosial dan kepemimpinan etis.
Dengan memiliki empati sosial, siapa saja bisa memahami dan merasakan dari POV orang lain, membangun hubungan positif, dan berkontribusi ke masyarakat secara konstruktif. Sementara kemampuan buat jadi pemimpin yang etis bisa menciptakan nilai-nilai integritas, tanggung jawab, dan moral dalam diri seseorang.
"Pendidikan harus mampu mengembangkan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan moral yang tinggi," tegasnya.
Dalam 'Life Skills for All Learners: How to Teach, Asses, and Report Education's New Essential', Antarina juga mencantumkan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang masih relevan: Niteni (mengamati), Nirokke (meniru), dan Nambahi (mengembangkan). Menurut dia, filosofi ini menggambarkan proses belajar yang dinamis dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, dia juga bilang kalau filosofi kakeknya itu ingin menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar transfer pengetahuan. Tapi juga pengembangan dari individual yang belajar.
"Pengembangan kreativitas, inovasi, dan berpikir kritis," tutupnya.
Baca juga: 20 Tahun Refleksi Reza Rahadian Berkarya |