5 Fakta Sosok Kurator Suwarno Wisetrotomo yang Tuai Kontroversi

Nama Suwarno Wisetrotomo pun jadi bahan bullyian di media sosial. Siapa sih sosok kurator yang juga disebut tinggal di Yogyakarta?
Berikut 5 fakta sosok Suwarno Wisetrotomo sepanjang kariernya di bidang kuratorial pameran seni:
1. Dosen ISI Yogyakarta
Suwarno Wisetrotomo menyelesaikan pendidikan seni di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SMSR) pada 1982. Dia melanjutkan sekolah di FSRD ISI Yogyakarta dan Universitas Gadjah Mada (UGM) sampai program doktor (S3).
2. Kritikus dan Kurator Pameran Seni
Setelah lulus kuliah dan berprofesi sebagai dosen, Suwarno Wisetrotomo juga dikenal sebagai seorang kritikus dan esais seni. Seniman-seniman besar telah mempengaruhinya dalam bidang seni seperti Affandi dan Vincent van Gogh
3. Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Yogyakarta
Sejumlah prestasi dan jabatan pernah dipegangnya. Suwarno pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan kebudayaan Yogyakarta dan anggota Dewan Kurator Galeri Nasional Indonesia (GNI).
4. Kurator di Galeri Nasional Indonesia
Sejumlah pameran seni pernah dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo, baik di GNI maupun galeri seni lainnya. Pada 2022, ia pernah jadi kurator untuk pameran seni rupa kontemporer terbesar di Indonesia yang bernama Manifesto bersama dengan Rizki A Zaelani, Citra Smara Dewi, dan Teguh Margono. Ada 108 karya perupa se-Indonesia dipajang di GNI.
Setahun sebelumnya juga ada pameran seni rupa koleksi nasional berjudul POROS yang dibuka oleh Menteri Kemendikbudristek saat itu, Nadiem Makarim.
Pada 2019, Suwarno pernah menjadi kurator pameran seni rupa koleksi nasional yang jadi eksibisi terpenting tahun itu. Di September 2018, ia pernah menjadi kurator pameran keliling di Aceh yang menghadirkan 6 koleksi GNI dan 30 karya perupa Aceh.
5. Penulis Buku Kritik Seni
Suwarno juga pernah menulis sejumlah buku kritik seni. Di antaranya Kuratorial: Hulu Hilir Ekosistem Seni (2020), Penampang Karya Seni Rupa: Koleksi Galeri Nasional Indonesia (2019), dan Ekspresionisme Iswanto (2011).
Dia juga menulis tentang Nusa Amuk: Entang Wiharso (2001) dan Hendra Gunawan, Sang Pelukis Rakyat (2013).
(ass/ass)