Atef Abu Saif Ceritakan Pembantaian Warga Palestina dalam A Diary of Genocide

Penggalan kutipan dalam buku A Diary of Genocide halaman 20 membuka fakta menyakitkan dari kehidupan orang-orang yang tinggal di Palestina khususnya Gaza. Setiap warga Palestina tidak bisa berpikir untuk membuat masa depan, mereka hanya berpikir untuk hari ini.
"Itulah faktanya meskipun menyakitkan," kata penulis A Diary of Genocide, Atef Abu Saif, saat berkunjung ke kantor detikcom pada Kamis (24/10/2024).
Atef Abu Saif yang juga dikenal eks Menteri Kebudayaan Otoritas Palestina menuliskan catatan hariannya saat berada di Gaza pada 7 Oktober sampai 30 Desember 2023. Saat itu, ia yang tinggal di Ramallah harus ke Gaza untuk menghadiri Hari Warisan Nasional bersama putranya yang berusia 15 tahun, Yasser.
Naas sekali, itu adalah hari pertama dari genosida yang dilakukan Israel kepada warga Gaza sampai sekarang.
Kepada detikcom, Atef cerita di tanggal 7 Oktober 2023 dia telah ada di Gaza. "Ya, saya ada di Gaza ketika semuanya dimulai, saya adalah seorang penulis yang selalu menuliskan catatan harian, itulah yang saya lakukan," ucapnya.
"Saya menulis setiap hari apa yang terjadi kepadaku, keluargaku, dan lingkungan yang ada di sekitar. Itulah yang terjadi dalam kehidupanku, seorang warga biasa bukan yang tampak ada di berita-berita internasional," lanjut Atef.
Dalam A Diary of Genocide, di hari pertama kejadian saat pagi hari ia bersama putranya dan saudara-saudaranya,pergi ke pesisir pantai untuk berenang sebelum menghadiri Hari Warisan Nasional.
"Ini adalah hari yang cerah untuk berenang. Pikirku," tulis Atef dalam bukunya.
Tapi prediksi Atef malah salah besar. Ketika masih berenang di dalam air laut, ia melihat pesawat rudal berseliweran di langit. Atef berpikir, ada latihan militer di Israel dan mungkin hanya sebentar. Selang berapa lama, ia ingat peluru mulai menghujam masyarakat sipil dan buat mereka berlarian.
Dia bersama Yasser lari berhamburan. Masyarakat sipil Gaza melarikan diri. Itu adalah hari pertama dalam A Diary of Genocide.
Dalam buku A Diary of Genocide, itulah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari warga Gaza dan dalam perspektif Gaza. "Buku ini memang personal tentang apa yang terjadi di Gaza, gimana kami berjuang untuk dapatkan makanan dan bertahan hidup," tegasnya lagi.
Sejak usia 2 bulan, Atef sudah merasakan perang. Sepanjang hidupnya, sebagai orang Palestina ia sudah melihat berbagai dampak dari perang dan pengekangan terhadap kampung halamannya. "Ratusan ribu atau puluhan juta nyawa telah hilang. Bukan angka biasa yang kamu lihat di televisi, tapi ini adalah mereka yang berharga. Kehidupan yang bernilai dari seseorang dan seakan-akan seperti boom, tak bernilai apa-apa," kata Atef.
Profil Atef Abu Saif
![]() |
Atef Abu Saif lahir di kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza pada 1973. Ia meraih gelar sarjana dari Universitas Birzeit dan gelar master di Universitas Bradford. Atef mendapat gelar Ph.D di bidang Ilmu Politik dan Sosial dari European University Institute di Florence.
Sepanjang kariernya sebagai penulis, ia telah menerbitkan Shadows in the Memory (1997), The Tale of the Harvest Night (1999), Snowball (2000), The Salty Grape of Paradise (2003, 2006), dan A Suspended Life (2014) yang terpilih dalam daftar pendek Penghargaan Internasional untuk fiksi Arab di tahun 2015.
Pada 2018, ia memenangkan Katari Prize untuk Novel Arab Terbaik. Catatan memoar lainnya Gaza: The Drone Eats with Me: A Gaza Diary digambarkan oleh Molly Crabapple sebagai 'sastra perang klasik modern'. Pada 2019, ia pindah ke Tepi Barat dan jadi Menteri Kebudayaan Otoritas Palestina.
(ass/ass)