Wonder Women di Mata Pelukis Autistik Oliver Wihardja

Dari 73 seniman yang ikut pameran seperti I Nyoman Nuarta, Tisna Sanjaya, Eko Nugroho, Muklay, dan Uji 'Hahan' Handoko boleh jadi cuma Oliver seniman yang berkebutuhan khusus. Dia tepatnya mengidap autistik yang terdeteksi saat berusia 3,8 tahun ketika masih tinggal di Singapura. "Saat psikolog mengabarkan kesimpulan diagnosa tersebut tentu saya dan suami langsung merasa hancur. Dunia ini serasa gelap segelap-gelapnya," tutur Sinhwi Halim, ibunda Oliver saat berbincang dengan detik.com di booth e17 JIEXPO Kemayoran, Jumat (4/10/2024).
Segala impian dan harapan tentang masa depan sontak berantakan. Semua seolah pupus, musnah tanpa tersisa. Butuh waktu untuk perlahan bangkit membangun kepercayaan diri. Menerima kondisi yang terjadi dengan sebenar-benarnya tulus. Di momen yang sama menyiapkan kesabaran superekstra untuk membersamai tumbuh kembang Ollie, sapaan Oliver, hingga menjadi seperti sekarang ini.
Lelaki kelahiran Desember 2001 itu mulai melukis sejak usia enam tahun sebagai bagian dari terapi sensory-nya. Setiap kali menjalani sejumlah terapi, kata Sinhwi Halim, ternyata Ollie sangat enjoyed saat diminta melukis.
Art Jakarta ini menjadi ajang pameran yang ketiga kali. Pertama dia menggelar pameran tunggal bertajuk "Walk With Me" pada 15-29 Oktober 2022 di Oliver's Barn, Andara, Jakarta Selatan. Kedua, "The Way of the Cross" di Oliver Barn Andara, 12-20 Agustus 2023.
Sinhwi mengaku mulai percaya diri mengajak Ollie menggelar berpameran tunggal setelah diajak Rina Ciputra berpartisipasi dalam pameran Kapal Cinta di Gedung Ciputra Artpreneur pada 2019. Kebetulan tak lama kemudian terjadi pandemi Covid yang membuat semua aktivitas di luar sangat terbatas. Memanfaatkan waktu selama masa pandemic, Ollie membuat banyak lukisan.
"Saya tawarkan Ollie berpameran tunggal pada Oktober 2022. Acara dibuka Pak Irwan Hidayat (Bos Jamu Sido Muncul) dan dihadiri Raffi Ahmad," tutur Sinhwa.
![]() |
Selain melukis untuk pameran, Ollie juga mengerjakan lukisan-lukisan atas permintaan khusus dari pihak tertentu. Sebut saja Gereja Blessed Sacrament dan Rumah Sakit Mount Alvernia di Singapura. Karya-karya lukisnya juga menghiasi Gereja St Maria Perawan di Jakarta Selatan.
Melukis bagi Oli tak cuma sebagai bagian ekspresi diri. Lebih dari itu karya-karya lukisnya yang terjual dalam setiap ajang pameran separuhnya selalu ia donasikan ke sejumlah pihak, seperti Yayasan MPATI, dan SLB Kyariakon. Pada 2023, menurut Sinhwi Halim, putra sulungnya mendonasikan Rp 1 Miliar kepada Tim Special Olympics World Summer Games yang berlaga di Berlin, Jerman pada 17-25 Juni 2023. Donasi sebesar itu terhimpun dari lelang lukisan karyanya, "Reach for the Star" di Museum Nasional, 25 Januari 2023. Lukisan tersebut menggambarkan seorang atlet badminton, renang, dan senam.
"Untuk tahun depan dia juga menyiapkan sejumlah karya lain untuk program charity teman-teman berkebutuhan khusus yang akan mengikuti Traditional Dances di Italia," imbuh Sinhwi Halim.
![]() |
Tentang 15 lukisan Wonder Women yang dipamerkan kali ini, ia melanjutkan, dipilih sendiri oleh Ollie dari foto-foto di internet. Sebagai ibu, Sinhwi hanya membantu mencetak hitam putih foto-foto dimaksud. Pembuatan sketsa hingga proses pewarnaan di atas kanvas sepenuhnya digarap Ollie. "Dia bisa fokus 2-3 jam membuat sketsa atau melukis di kanvas," ujar Sinhwi.
Perempuan berusia 53 tahun itu mengenyam pendidikan dari Sotheby's Institute of Art dan pernah menjadi asisten kurator museum seni di Singapura. "Tapi ya saya cuma ngerti teori seni, gak bisa bikin karya," tandasnya diiringi tawa kecil.
Selain tokoh-tokoh perempuan yang diambil dari Alkitab, seperti Siti Hawa, Bithiah (puri Firaun) yang merawat bayi lelaki dari ancaman pembunuhan ayahnya, Mariam, Deborah (yang sukses memimpin bangsa Israel selama 40 tahun), dan Bunda Maria, juga menampilkan para perempuan yang keberadaannya kerap terlupakan. Mereka antara lain para perempuan pelinting rokok, penandur di sawah, pembatik, hingga embok-embok yang menjajakan jamu di kampung-kampung.
Melalui sapuan kuasnya yang penuh warna dan gaya naratifnya yang khas, tulis Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Oliver membawa kita pada perjalanan melintasi waktu dalam bingkai artistik yang unik. Oliver tidak hanya mengangkat peran perempuan dalam sejarah keagamaan, tetapi juga menggali lapisan-lapisan terdalam dari pengalaman manusia yang universal-kasih sayang, pengorbanan, dan perjuangan.
"Melalui Wonder Women, Oliver mengajak kita untuk menyadari bahwa kekuatan perempuan terletak bukan hanya dalam peran-peran yang tampak jelas di mata publik, tetapi juga dalam peran-peran yang sering tersembunyi-peran sebagai ibu, saudara, teman, dan pemimpin dalam ruang-ruang yang lebih kecil namun sangat penting," tutur Hilmar Farid dalam sambutannya.
Mereka, ia melanjutkan, adalah orang-orang yang membentuk fondasi dari komunitas kita, yang dengan penuh kasih dan dedikasi, menjaga dan mendukung kita dalam setiap langkah kehidupan.
Karya-karya Oliver adalah bukti bahwa keterbatasan tidak pernah menjadi halangan untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna. Sebaliknya, keterbatasan itu bisa menjadi sumber kekuatan, mendorong kita untuk terus berkreasi dan berkontribusi.
Pada bagian lain Hilmar Farid juga mengapresiasi komitmen Oliver terhadap kegiatan amal yang telah dan akan terus dilakukannya melalui lukisan. "Ini menunjukkan bagaimana seni tidak hanya bisa menjadi ekspresi diri, tetapi juga alat untuk membangun solidaritas dan memberikan dampak nyata pada kehidupan banyak orang," tutup Hilmar Farid.
Selama bincang-bincang dengan Sinhwi, detik.com menguping sejumlah pengunjung yang menanyakan harga jual lukisan-lukisan kepada Edward Wihardja, ayah Ollie. Di beberapa lukisan bahkan tertulis 'private collection' karena sudah terjual di angka Rp 20-30 juta. Khusus lukisan bertajuk 'Kretek Rollers' ternyata tidak untuk dijual. Lukisan tentang para pelinting rokok itu. "Akan jadi koleksi kami karena punya nilai historis tersendiri," bisik Sinhwi.
Rupanya mendiang ayahnya adalah pemasok cengkeh ke pabrik-pabrik rokok di Jawa Tengah. "Ollie suka main melihat-lihat ke sana. Dia juga suka minum jambu gendong lo, makanya bisa melukiskannya dengan baik," tutur Sinhwi menutup perbincangan.
(jat/dar)