.webp)
Spotlight Culture
Dongeng Kucing Bukan Sembarang Cerita Fabel
Boy Candra saat menyambangi kantor detikcom bilang sebelum menulis novel Dongeng Kucing, ia harus memahami dan mengerti bagaimana dunia kucing.
"Gimana rasanya jadi kucing dan membayangkan jadi kucing. Sesekali mengeong, kalau kucing berantem gimana. Berlaku buat semua cerita yang ditulis, tangannya gimana juga," terangnya di kantor detikcom pada Rabu (2/10/2024).
Buku yang diterbitkan oleh PT Gramedia Widiasarana Indonesia (Penerbit Grasindo) itu terbilang jarang ada di pasangan. Selama ini, buku untuk anak-anak memang ada banyak.
 Penulis Boy Candra saat menyambangi kantor detikcom pada Rabu (2/10/2024). Foto: Tripa Ramadhan/ detikcom |
Tapi Boy mengakui kebanyakan adalah cerita bergambar atau novel grafis. "Format novel itu jarang banget. Saya mau mengisi kekosongan itu, biar ada pilihan lebih banyak lagi di toko buku," terang pria kelahiran Parit, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada 21 November 1989 silam.
Tak hanya itu saja, Dongeng Kucing juga jadi pemantik dirinya buat menulis cerita fabel yang berbeda. Boy Candra terinspirasi karena ada banyaknya fenomena kejahatan terhadap kucing yang terjadi di Indonesia.
"Sebelum ada kasus (maaf) yang memotong-motong daging kucing, saya sebenarnya sudah menulis itu. Naskahnya sudah ada. Ada juga fenomena orang kasih kucing alkohol, kejahatan pada kucing itu juga yang nge-trigger saya agar menuliskan cerita tentang kucing ini," katanya.
Bagaimana cerita Boy Candra dalam menulis sepanjang kariernya selama lebih dari satu dekade? Baca artikel berikutnya ya.
(tia/pus)
