Buku Filosofi Cuci Piring, Pengalaman Personal Cara Atasi Duka

Apa jadinya jika seseorang berduka tapi bisa melewatinya lewat berbagai proses healing? Salah satunya, aktivitas mencuci piring?
Itulah yang dilakukan oleh dr Andreas Kurniawan, Sp.KJ yang menerbitkan buku Seorang Pria yang Melalui Duka dengan Mencuci Piring. Buku yang baru saja meraih penghargaan dari IKAPI sebagai book of the year juga didaulat sebagai mega bestseller.
Sembari berkelakar di atas panggung Indonesia International Book Fair (IIBF), dr Andreas mengatakan IKAPI Awards sebagai sebuah kenangan.
"Buku ini adalah kemenangan kita semualah istilahnya. Rasa bangganya sudah dibagi dua kepada pembaca," katanya sembari tertawa pada Kamis (26/9/2024).
Buku yang terbit akhir 2023 itu disambut antusias oleh pembaca setianya. Dalam waktu beberapa bulan saja, psikiater yang menyelesaikan spesialisasi kedokteran jiwa menuliskan pengalaman personal kehilangan anak pertamanya yang berusia 1,5 tahun.
Sejak awal anaknya lahir dengan berkebutuhan khusus, dr Andreas kerap posting tentang buah hatinya.
"Sebelum menulis buku ini setelah anak saya meninggal di tahun 2020. Setelah 1,5 tahun usianya, waktunya sudah selesai. Proses saya sesudah itu, ketika hari di mana Hiro nggak ada, kami menyambut orang-orang yang datang, seminggu atau dua minggu sesudahnya, nggak tahu nih mau ngapain," katanya.
Bagi dr Andreas dan istrinya, mengalami duka dalam posisi kebingungan. Rutinitas yang sudah ada sejak 1,5 tahun tiba-tiba menghilang, seperti ada rasa kosong.
"Bingung itu tahap awal yang penting dan wajar, membuka kesempatan apapun untuk bisa dilakukan. Bisa coba banyak hal, manjangin rambut, ikut lari, snorkeling, tindik, tapi yang paling mungkin memulihkan dengan cuci piring," terangnya.
Filosofi cuci piring dianggapnya sebagai proses pemulihan dari duka kehilangan anak. Sabun juga disimbolkan sebagai simbol buat mengikat noda-noda yang membandel.
"Sabun ini apa sih? Yang ada di sekeliling kita, sahabat, pasangan, memang orang-orang yang punya support system," terangnya.
Lewat buku ini pun, dr Andreas ingin menggelitik banyak hal. Seorang pria yang mengerjakan urusan rumah tangga dengan mencuci piring, pria bisa berduka dengan menangis. "Tapi juga berduka kok cuci piring. Seolah-olah ada cara yang nggak benar dalam menjalani hidup. Tiap orang mengalami duka dengan cara berbeda-beda, bukan hanya dalam bentuk kehilangan yang dicintai, tapi kehilangan besar lainnya," tukasnya.
(tia/dar)