Sukses Mendunia, Fitri Setyaningsih Tampil Lagi ke SIPFest

Bukan tanpa sebab, koreografer kelahiran Solo itu kembali ke SIPFest. Dia menganggap festival seni pertunjukan ini sebagai sebuah perayaan.
Saat jumpa pers, Fitri kembali cerita soal pentas Hormon 46++ yang pas banget dengan momen pertambahan usianya. "Ini sebenarnya presentasiku di usia yang ke-46," katanya.
Fitri sudah melakukan riset mendalam dan mewawancarai para perempuan yang berusia di atas 40 tahunan. Beberapa pertanyaannya adalah tentang masa menopause.
"Sebelum menstruasi berhenti, apa ceritanya dari mereka. Walaupun yang aku wawancarai itu isinya 40 tahunan, 50 tahunan, 60 tahunan sekian sudah selesai (masa menopause)," tuturnya.
Menuju sampai selesainya masa menopause, jadi inti cerita dalam pementasannya kelak. "Gejala yang dialami tubuh perempuan-perempuan itu seperti apa. Itu yang mau aku presentasikan lewat bahasa tubuh dari catatan-catatan riset tersebut," sambung Fitri.
Siapa Sih Fitri Setyaningsih?
Lahir di tahun 1978, Fitri merupakan seorang penari, koreografer dan penggiat seni pertunjukan yang tinggal dan bekerja di Yogyakarta. Ia memperoleh pendidikan seni di STSI Surakarta. Sebagian besar karya-karyanya tidak bisa dilepaskan dari prosesnya dalam mengamati fenomena sosial.
Beberapa tahun belakangan ini karya-karya Fitri mampu melampaui batas antara seni pertunjukan dan performance art dalam konteks seni visual. Pada tahun 2011 Ia mendapatkan penghargaan sebagai seniman penting di Indonesia oleh Majalah Tempo.
Nama Fitri bukan sembarang koreografer dan penari. Pada 2013, ia berada di Fakultas Tari Universitas Negeri Arizona sebagai visiting artist dan mengajar tari. Ia juga kerap diundang membawakan lokakarya tari di dalam maupun luar negeri.
(tia/dar)