Cerita Pendek

Sangkuriang dan Dendam yang Harus Dibayar Tuntas

Jagad Wijaksono
|
detikPop
ilustrasi cerpen
IIustrasi: Edi Wahyono/detikcom
Jakarta - Jika selama ini kau percaya bahwa Tumang mati dengan koyak di lehernya dan tubuh yang terbelah kehilangan hati akibat tindakan Sangkuriang, maka kau benar-benar telah tertipu oleh Si Tukang Dongeng itu.

***

Hari itu ketika Dayang Sumbi sedang mengidamkan hati menjangan untuk santap malamnya, ia memerintahkan Sangkuriang masuk ke Hutan Larangan ditemani Tumang untuk berburu. Seperti yang kau dengar selama ini bahwa hari itu Sangkuriang tidak menemukan satu ekor pun menjangan dan ia nyaris gagal mendapatkan hati yang diidamkan oleh ibunya, hingga tiba-tiba muncul seekor babi hutan.

Namun, kebenaran cerita itu berhenti hanya sampai di situ. Hari itu anak panah Sangkuriang tidak pernah melesat dan Tumang tidak pernah mati.

Hari itu ketika matahari perlahan surut, dan tak seekor pun menjangan yang tampak melintas, Sangkuriang terperanjat dengan lesatan seekor babi hutan. Sangkuriang yang hampir putus asa meminta Tumang untuk mengejar babi hutan itu dan kurasa kau sudah dapat menebaknya, Tumang menolaknya.

Tumang memang sudah malas sejak awal untuk masuk Hutan Larangan menemani Sangkuriang. Ia tak pernah menyukai anak itu. Alasannya adalah mimpi. Pada satu malam Tumang bermimpi, kelak anak itu akan merebut hati istrinya, Dayang Sumbi, dan seperti halnya Firaun yang khawatir dengan kelahiran anak laki-laki dari Bani Israil yang diramalkan akan membunuhnya, Tumang pun percaya bahwa mimpinya adalah pertanda atau wasilah yang diberikan oleh Sang Hyang Kersa padanya.

Anak tidak tahu diri, anak kurang ajar tak tahu diuntung, bisa-bisanya anak itu memendam birahi pada ibunya sendiri, bentak Tumang dalam mimpinya.

Semenjak mimpi itu, Tumang tak pernah suka kepada Sangkuriang. Bukan saja tak suka, ia merasa jijik dan sangat membenci Sangkuriang, ingin sekali ia menghabisi anak tirinya itu. Ya, Tumang bukanlah ayah Sangkuriang seperti yang selama ini dibualkan oleh pendongengmu.

Sangkuriang adalah anak manusia. Ayahnya hanyalah seorang pengembara biasa yang setelah mengawini Dayang Sumbi lalu kembali pergi menjelajahi negeri hingga jauh ke antah berantah. Laki-laki tak tahu diuntung itu meninggalkan Dayang Sumbi yang hamil tanpa kabar tanpa berita.

Dan, pada saat-saat sulit itulah Tumang hadir menyertai Dayang Sumbi, bahkan saat anak sialan itu lahir, Tumanglah yang berada di sisi Dayang Sumbi. Tetapi rasa benci Tumang kepada Sangkuriang selalu kalah oleh rasa cintanya pada Dayang Sumbi. Ia tak pernah bisa menolak permintaan kekasihnya itu dan tak tega melihat Dayang Sumbi merana karena harus kehilangan anak semata wayangnya. Itulah yang membuatnya selalu rela pergi menemani Sangkuriang kemanapun anak haram itu pergi.

***

Sambil berlari dan menggerutu, Sangkuriang tak berhenti memohon pada Tumang untuk mengejar babi hutan itu. Tumang berlari kecil malas mengikuti Sangkuriang. Ia tahu betul Sangkuriang berlari tak tentu arah. Bocah itu hanya berputar-putar. Di tengah rasa malasnya, tiba-tiba saja Tumang mendapatkan ilham; ia akan memfitnah Sangkuriang, pikirnya.

Tanpa aba-aba Tumang berlari melesat mendahului Sangkuriang. Sangkuriang yang terkejut berusaha mengikuti Tumang, namun ia telah begitu lelah, tak mampu mengejar anjing sial itu.

Tumang berlari memburu babi hutan itu. Anjing itu melesat berlari bagai kilat. Sangkuriang terseok-seok tak mampu mengimbangi kecepatan dan kelincahan Tumang. Ia bahkan tampak tak seperti berlari. Langkahnya pendek-pendek dan pelan. Sedang Tumang dengan kemampuan berburunya berhasil mengejar babi itu dan menerkam lehernya di suatu tempat di dalam Hutan Larangan.

Tumang mengoyak perut babi itu. Tumang menggigit dan mengeluarkan hati babi itu lantas meletakkannya di tengah-tengah hutan, dan lantas menyembunyikan bangkai babi hutan itu. Tumang hanya menyisakan hati yang masih segar berlumur darah.

Sangkuriang berusaha mengikuti jejak kaki Tumang. Ia berlari menunduk mengikuti jejak-jejak anjing sial itu. Ia berlari dengan gelisah. Langit sudah hampir gelap, matahari perlahan surut hampir ditelan malam dan hanya menyisakan sedikit saja cahaya.

Di antara gelisah dan lelahnya ia sampai di tempat Tumang meninggalkan hati babi hutan itu. Sangkuriang yang polos, gembira dan berlonjak seketika melihat seonggok hati di tengah hutan. Tanpa pikir panjang ia memotong selembar daun berukuran cukup besar dan berlari membungkus hati itu.

Sebelum hari benar-benar gelap, Sangkuriang berlari keluar hutan. Ia tak peduli lagi pada ajag sialan itu; kali ini ganti ia yang meninggalkan Tumang. Ia berlari sekuat tenaga, sebab ibunya pernah berpesan bahwa ketika matahari lungsur dan gelap menelan bumi, saat itu adalah waktu kesukaan Guriang memburu anak-anak kecil. Ia berlari di dalam temaram, meniti jejak yang sebelumnya ditinggalkan Tumang, dan tentu jejak kakinya sendiri.

Di sisi lain hutan, Tumang menunggu-nunggu matahari benar-benar lungsur, menunggu bulan mengambil alih tugas matahari menyinari bumi. Dalam hatinya yang dipenuhi dengki, Tumang menerka-nerka apa yang akan terjadi pada Sangkuriang ketika menyerahkan hati yang sebelum ditemukan Sangkuriang telah ia lumuri darahnya sendiri?

Dayang Sumbi pasti mengenali bau amis darahnya dan tak akan menyangka hati yang dibawa Sangkuriang adalah hati babi hutan. Alih-alih mengetahui hati itu hati babi hutan, Tumang sudah mampu menebak, Dayang Sumbi akan marah karena meyakini hati itu adalah hati Tumang yang mati dibunuh Sangkuriang. Tumang menorehkan senyum kecil di tengah gelap hutan.

Sangkuriang berlari dengan senyum lebar, sedang Dayang Sumbi telah berdiri di depan pintu menunggu Sangkuriang, dan Tumang kembali dengan perasaan khawatir. Melihat anaknya berlari sendirian hati Dayang Sumbi menjadi campur aduk; lega, bahagia, khawatir, dan curiga memenuhi perutnya.

Sangkuriang menyodorkan hati yang ia bungkus dengan selembar daun. Dayang Sumbi menerimanya sambil terus melemparkan pandang mencari-cari Tumang. Malam itu Sangkuriang tak dapat memberi jawaban kepada ibunya, ke mana anjing peliharaan mereka pergi. Amarah Dayang Sumbi memuncak ketika ia mencium bau amis darah yang begitu ia kenal dari hati yang terbungkus daun. Dayang Sumbi tahu betul itu bau amis darah kekasihnya, Tumang.

Dayang Sumbi yang marah dan telah terhasut mempercayai bahwa hati yang disuguhkan anaknya adalah milik Tumang, ditambah bau amis darah yang begitu ia kenal meyakinkan Dayang Sumbi. Ia marah, menampar Sangkuriang dan mengusirnya.

Sangkuriang terkejut dan terpukul oleh sikap ibunya. Ia merasa telah menuntaskan tugasnya, tetapi malah tamparan yang ia terima sebagai balasan hanya karena ia tak mampu menjelaskan ke mana perginya Tumang. Sangkuriang terpaku ketika ibunya menuduh ia membunuh Tumang. Ia menatap heran dan bingung. Hatinya sakit bukan hanya karena tuduhan itu, tapi karena marah ibunya yang begitu berapi-api.

Setelah bingungnya reda, Sangkuriang mencoba menjelaskan apa yang terjadi, tetapi Dayang Sumbi kadung terbakar amarahnya sendiri dan tak memberi ruang untuk Sangkuriang berbicara. Ia berkali-kali berteriak menyuruh Sangkuriang pergi.

Dengan hati yang hancur Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya karena takut. Ia hancur sejadi-jadinya. Ia dendam kepada anjing sialan itu. Ia kecewa dan marah kepada ibunya.

Setelah berminggu-minggu kepergian Sangkuriang, Tumang menampakkan dirinya di hadapan Dayang Sumbi di tengah hari bolong dalam wujud manusia berkepala anjing. Dayang Sumbi terkejut melihat kehadiran Tumang.

***

Maka, seperti itulah kisah awal kepergian Sangkuriang yang kelak akan datang kembali membalaskan dendamnya pada manusia berkepala anjing itu. Ia akan datang sebagai pemuda perkasa yang benar-benar akan menghabisi Tumang. Dan, meninggalkan ibunya yang hancur hatinya dalam kesendirian. Ia yang kelak akan memilih moksa setelah menuntaskan dendamnya.

Kini tak perlu kau dengarkan bualan dan tipu pendongeng itu. Tunggulah kedatanganku lagi. Aku akan menuntaskan kisah sesungguhnya dari legenda itu.

Jagad Wijaksono aktif di Komunitas Ngamparboekoe Cimahi




(mmu/mmu)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO