Teater Koma Pentaskan Naskah Terakhir Mendiang Nano Riantiarno

Tia Agnes Astuti
|
detikPop
Jumpa Pers Teater Koma di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu (29/5/2024).
Foto: Courtesy of Bakti Budaya Djarum Foundation/ Image Dynamics
Jakarta - Teater Koma namanya, gak berhenti berkarya meskipun ditinggal pendirinya Nano Riantiarno pada Januari 2023. Sepeninggal sutradara senior Teater Koma, kini mereka segera mementaskan naskah terakhir mendiang Nano Riantiarno pada 6-9 Juni 2024 di Graha Bhakti Budaya, kompleks TIM, Jakarta Pusat.

Tahu gak sih detikers, naskah yang berjudul Matahari Papua ini jadi warisan terakhirnya. Bukan sembarang cerita, tapi pertunjukan yang diproduksi ke-230 ini sebelumnya adalah lakon pendek berdurasi 40 menit.

Produser Teater Koma, Ratna Riantiarno, bilang naskah Matahari Papua jadi 'nilai spesial' bagi para anggota Teater Koma.

"Selain naskah terakhir yang ditulis Mas Nano, naskah ini sempat dibahas kepada para penata, sebetulnya Mas Nano yakin akan menyutradarainya. Sudah ngobrol kepada penatas musik, artistik, cahaya, dan lain-lain," katanya saat jumpa pers di Galeri Indonesia Kaya, pada Rabu (29/5/2024).

Setelah Nano Riantiarno tiada, akhirnya kembali gelar rapat produksi. Naskah panjang berdurasi 2 jam 15 menit akhirnya rampung pada 2022.

Jumpa Pers Teater Koma di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu (29/5/2024).Jumpa Pers Teater Koma di Galeri Indonesia Kaya pada Rabu (29/5/2024). Foto: Courtesy of Bakti Budaya Djarum Foundation/ Image Dynamics

Ratna juga jelasin, sebenarnya lakon yang ambil fokus latar Papua punya tujuan tersendiri. "Kalau dilihat dari judulnya Matahari Papua, apa sih yang mau disampaikan tentang kemerdekaan, baik secara merdeka dan individual. Kita sudah merdeka, tapi sebagai umat manusia sudah merdeka belum?" katanya.

Matahari Papua kali ini disutradarai oleh anak Nano dan Ratna Riantiarno, Rangga Riantiarno, dan co-sutradara Nino Bukir. Apa sih jalan ceritanya?

Rangga Riantiarno cerita kisah ini berlatar kota Kamoro di tanah Papua. Alkisah, ada seorang pemuda bernama Biwar yang sudah tumbuh dewasa. Selama ini, dia diasuh oleh sang Mamam, Yakomina, dan didikan Dukun Koreri.

Saat mencari ikan, Biwar menolong Nadiva dari serangan Tiga Biawak, anak buah Naga, yang meneror Tanah Papua.

Biwar bercerita kepada Mamanya, sang Mama justru mengisahkan memori pahit. Papa dan tiga paman Biwar ternyata mati dibunuh Naga. Mama, yang sedang mengandung, lolos lalu melahirkan Biwar. Biwar bertekad balas dendam, membunuh Sang Naga. Apakah Biwar mampu membunuh Naga?

"Sebenarnya Biwar ini mau balas dendam pada naga yang menguasai seluruh tanah Papua, ada motif pribadi juga. Jadi sebenarnya lakon ini kita mencoba melacak lagi ide dari Pak Nano, dan naga jadi simbol," tukasnya.

Tiket pentasnya dibanderol mulai Rp 175 ribu sampai Rp 975 ribu ya, genks.


(tia/dar)


TAGS


BERITA TERKAIT

Selengkapnya


BERITA DETIKCOM LAINNYA


Belum ada komentar.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini

TRENDING NOW

SHOW MORE

PHOTO

VIDEO