Stasiun Kediri merupakan salah satu warisan sejarah perkeretaapian yang masih terus difungsikan hingga saat ini. Stasiun ini dikenal sebagai salah satu stasiun kereta api tertua di Jawa Timur.
Stasiun Kediri memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah transportasi serta perkembangan ekonomi wilayah Kediri dan sekitarnya. Pada masa kolonial Belanda, Stasiun Kediri berfungsi sebagai penggerak utama aktivitas perekonomian.
Berbagai komoditas hasil bumi seperti tembakau, kopi, gula, hingga beras diangkut melalui stasiun ini untuk didistribusikan ke berbagai daerah. Peran strategis tersebut menjadikan Stasiun Kediri tidak hanya sebagai simpul transportasi, tetapi juga pusat aktivitas ekonomi masyarakat pada masanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keberadaan Stasiun Kediri hingga kini menjadi bukti bagaimana infrastruktur kolonial masih dapat bertahan dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman. Berikut ulasan mengenai sejarah berdirinya, fungsi, hingga jaringan stasiun kereta api di wilayah Kediri Raya.
Sejarah Berdirinya Stasiun Kediri
Melansir jurnal Pelestarian Bangunan Stasiun Kereta Api Kediri karya Yussi Oktarisa dkk, Stasiun Kereta Api Kediri dibangun pada tahun 1882, pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Pembangunan stasiun ini bertujuan untuk mengembangkan infrastruktur transportasi guna menunjang kepentingan ekonomi dan mobilitas di wilayah Jawa Timur bagian barat. Stasiun Kediri tercatat sebagai salah satu stasiun tertua sekaligus terbesar di Jawa Timur.
Pembangunannya diperkirakan dilakukan bersamaan dengan pembangunan jalur rel kereta api sepanjang 36 kilometer yang menghubungkan Sembung hingga Kertosono. Jalur ini kemudian tersambung dengan Stasiun Tulungagung sekitar tahun 1883, sehingga membentuk jaringan transportasi yang strategis pada masa itu.
Dari sisi arsitektur, Stasiun Kediri mengusung gaya imperial yang berkembang di Eropa pada abad ke-18 hingga ke-19. Bangunan stasiun ini terdiri atas teras depan (voor galerij), teras belakang (achter galerij), serta ruang tengah (central room) yang di dalamnya terdapat kamar tidur yang terhubung dengan kedua teras tersebut.
Gaya arsitektur imperial ini diperkenalkan oleh Herman Willem Daendels saat menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada periode 1808-1811. Seiring waktu, gaya ini menyebar luas dan diadopsi dalam desain berbagai stasiun kereta api yang dibangun secara serentak pada abad ke-19, termasuk Stasiun Kediri.
Fungsi Stasiun Kediri di Era Kolonial
Pada era kolonial, Stasiun Kediri memiliki fungsi vital sebagai pusat distribusi hasil bumi dan penggerak ekonomi regional. Berbagai komoditas seperti tembakau, gula, kopi, dan beras didistribusikan melalui stasiun ini ke berbagai wilayah Karesidenan Kediri, meliputi Kediri, Nganjuk, Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek.
Stasiun Kediri 1818. Foto: Wikipedia commons |
Selain melayani distribusi regional, Stasiun Kediri juga berperan dalam pengiriman hasil pertanian ke pelabuhan besar di Surabaya untuk keperluan ekspor. Aktivitas di stasiun ini tidak hanya terbatas pada layanan kereta penumpang, tetapi juga didominasi oleh angkutan barang.
Kereta api pengangkut gula menjadi pemandangan yang lazim, terutama dari pabrik-pabrik gula di Kediri, seperti Pabrik Gula Meritjan dan Pabrik Gula Pesantren Baru. Jalur kereta api ini menjadi nadi perekonomian masyarakat Kediri, menjadikan Stasiun Kediri ramai hampir setiap hari.
Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan perkeretaapian nasional diambil alih oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia, yang kini dikenal sebagai PT Kereta Api Indonesia (Persero).
Meski mengalami berbagai perubahan, bangunan Stasiun Kediri dengan arsitektur imperial khasnya tetap dipertahankan dan terus difungsikan hingga kini, baik untuk melayani penumpang maupun angkutan barang.
Lokasi dan Rute Kereta Api Stasiun Kediri
Stasiun Kediri berlokasi di Jalan Stasiun Kediri, Kelurahan Semampir. Stasiun ini berada pada ketinggian +68 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan masuk dalam wilayah Daerah Operasi (Daop) VII Madiun.
Secara jalur, Stasiun Kediri berada di lintas kereta api Kertosono-Bangil. Saat ini, Stasiun Kediri melayani berbagai perjalanan kereta api, baik kereta api lokal maupun kereta api jarak jauh.
Tugu Lokomotif di depan Stasiun Kediri. Foto: Instagram @prokopimkotakediri |
Beberapa layanan kereta yang berhenti di stasiun ini antara lain KA Gajayana (Malang-Gambir), KA Brantas (Blitar-Pasar Senen), KA Kahuripan (Blitar-Kiaracondong), KA Dhoho, serta KA Penataran yang melayani rute komuter menuju Surabaya dan Malang.
Terdapat 7 Stasiun di Wilayah Kediri Raya
Selain Stasiun Kediri yang berperan sebagai stasiun utama, wilayah Kediri Raya juga dilayani oleh enam stasiun lain yang tersebar di berbagai titik strategis, masing-masing dengan fungsi dan karakteristik berbeda untuk menunjang mobilitas penumpang maupun angkutan barang di kawasan tersebut.
1. Stasiun Kediri (Pusat)
Stasiun Kediri terletak di Jalan Stasiun Kediri, Semampir, tepat di sebelah timur Jalan Dhoho. Lokasinya berada di pusat kota dan berdekatan Alun-alun Kota Kediri, pusat perbelanjaan, hotel, serta berbagai fasilitas umum. Letak yang strategis membuat stasiun ini menjadi titik keberangkatan dan pemberhentian favorit wisatawan.
2. Stasiun Kras
Stasiun Kras berada di Desa Purwodadi, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, pada ketinggian +75 meter di atas permukaan laut (mdpl). Stasiun ini masuk wilayah Daop VII Madiun, dan terletak sekitar 200 meter dari Jalan Raya Kras, pada jalur utama yang menghubungkan Kediri dan Tulungagung.
3. Stasiun Ngadiluwih
Stasiun Ngadiluwih berlokasi di Desa Ngadiluwih, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Stasiun ini berada di ketinggian +78 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan termasuk dalam lintas selatan Jawa Timur di bawah pengelolaan Daop VII Madiun.
4. Stasiun Susuhan
Stasiun Susuhan terletak di Desa Gampengrejo, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, pada ketinggian +60 meter di atas permukaan laut (mdpl). Meski sudah tidak melayani naik-turun penumpang, stasiun ini masih memiliki peran penting dalam kelancaran operasional perjalanan kereta api.
5. Stasiun Minggiran
Stasiun Minggiran berada di Desa Minggiran, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, dengan ketinggian +56 meter di atas permukaan laut (mdpl). Sama seperti Stasiun Susuhan, stasiun ini tidak lagi melayani penumpang, namun pernah memegang peranan penting dalam operasional perkeretaapian.
6. Stasiun Papar
Stasiun Papar berlokasi di Desa Papar, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri. Terletak di ketinggian +32 meter di atas permukaan laut (mdpl), stasiun ini masih aktif melayani penumpang kereta lokal maupun jarak jauh, sehingga menjadi sarana transportasi penting bagi masyarakat di wilayah utara Kabupaten Kediri.
7. Stasiun Purwoasri
Stasiun Purwoasri berada di Desa Purwoasri, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri. Stasiun ini terletak di ketinggian +50 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan masuk dalam wilayah Daop VII Madiun.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)













































