- Legenda Gunung Penanggungan
- Mitos Gunung Penanggungan
- 1. Asu Baung
- 2. Ular Besar
- 3. Petapa Hilang
- 4. Goa Botol
- 5. Joko Sambang
- 6. Tawon Tembiring
- 7. Tawon Gong
- 8. Harimau Gaib
- 9. Minyak Coblong
- 10. Candi Jolotundo
- 11. Candi Jedong
- Daya Tarik Gunung Penanggungan
- 1. Dijuluki Gunung Pawitra
- 2. Jejak Peradaban Kuno
- 3. Berada di Perbatasan Dua Kabupaten
- 4. Pemandangan Puncak yang Memukau
- Rute Pendakian Gunung Penanggungan
- Pilihan Jalur Pendakian
- Harga Tiket dan Jam Operasional
Gunung Penanggungan sejak lama dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian favorit di Jawa Timur. Gunung yang memiliki ketinggian 1.653 mdpl ini menyajikan keindahan panorama alam yang memukau.
Mulai dari kontur pegunungan hijau, udara sejuk, hingga pemandangan matahari terbit yang selalu dinanti pendaki. Tak hanya itu, Gunung Penanggungan juga menyimpan berbagai legenda serta mitos yang masih diyakini masyarakat setempat hingga saat ini.
Foto: Budi Sugiharto |
Kekayaan sejarah, nilai spiritual, serta lanskap yang memesona membuat Gunung Penanggungan kerap dijuluki sebagai "Gunung Suci". Banyak pendaki yang datang bukan hanya untuk menikmati alam, tetapi juga merasakan atmosfer magis yang dipercaya masih melekat di lerengnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Legenda Gunung Penanggungan
Mengutip dari disperpusip.jatimprov, legenda Gunung Penanggungan berawal dari kisah ketika Pulau Jawa pada zaman dahulu digambarkan masih bergoyang dan terus berpindah mengikuti arus lautan.
Untuk menstabilkan pulau tersebut, Batara Guru memerintahkan para dewa memotong puncak Gunung Mahameru di India. Kemudian memindahkannya ke Pulau Jawa sebagai pemberat.
Gunung Penanggungan Foto: (Enggran Eko Budianto/detikcom) |
Puncak Mahameru kemudian dibawa dan diletakkan di bagian barat Pulau Jawa. Namun, pulau ini justru menjadi miring ke arah barat. Puncak itu lalu dipindah lagi ke sisi timur, di lokasi yang kini dikenal sebagai Gunung Semeru.
Kendati begitu, Pulau Jawa tetap bergoyang lantaran beberapa bagian dari puncak Mahameru tercecer sepanjang perjalanan. Ceceran tersebut kemudian berubah menjadi gunung-gunung yang sekarang dikenal di Jawa.
Merasa kesal, para dewa akhirnya memotong kembali puncak Gunung Semeru dan melemparkannya ke lokasi lain. Potongan puncak itu menjadi Gunung Pawitra atau kini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.
Batara Guru selanjutnya bertapa di Gunung Penanggungan. Selama bertapa, ia mandi enam kali dalam sehari semalam, hingga membuat tandon air di gunung tersebut habis.
Karena kehabisan air, Batara Guru berpindah mandi ke gunung di dekatnya, yakni Gunung Kemukus. Air di tempat itu berbau belerang hingga gunung tersebut dikenal sebagai Gunung Welirang.
Kisah ini pula yang melatarbelakangi anjuran bagi pendaki untuk selalu membawa bekal air yang cukup. Pasokan air di Gunung Penanggungan terkenal terbatas, sebagaimana diceritakan dalam legenda.
Mitos Gunung Penanggungan
Selain legenda, Gunung Penanggungan juga dipenuhi berbagai mitos yang melekat kuat di masyarakat. Mengutip dari jurnal "Mitos di Lereng Gunung Penanggungan di Jawa Timur: Kajian Etnografi", berikut beberapa mitos yang berkembang.
1. Asu Baung
Masyarakat lereng utara percaya ada sosok anjing gaib berbadan manusia dan berkepala anjing yang disebut asu baung. Konon, sosok ini adalah penjaga rumah yang dipenggal karena menantang majikannya. Hingga kini, asu baung dipercaya masih berkeliaran di kawasan gunung.
Visual saat gunung penanggungan terbakar Foto: Enggran Eko Budianto |
2. Ular Besar
Di sisi lereng utara dan barat, warga mempercayai keberadaan ular raksasa yang menjadi penjaga Gunung Penanggungan. Ukurannya digambarkan sangat besar hingga mampu melingkari gunung. Beberapa warga bahkan mengaku pernah melihatnya lewat selama 30 menit.
3. Petapa Hilang
Banyak tempat sakral seperti candi dan petilasan di Gunung Penanggungan, yang sering dijadikan lokasi semedi. Konon, beberapa petapa pernah menghilang ketika bertapa dan tak pernah ditemukan.
4. Goa Botol
Terletak di lereng utara Penanggungan, Goa Botol dikenal dalam cerita warga sebagai tempat bersemayam makhluk gaib. Konon, goa ini dihuni ular besar atau "penjaga gaib" yang dipercaya melindungi kawasan sekitar. Bentuk mulut goanya yang mirip botol juga menambah kesan mistis.
5. Joko Sambang
Beberapa petilasan di Penanggungan diyakini sebagai makam tokoh bernama Joko Sambang. Sosok ini dipercaya sebagai salah satu penjaga spiritual gunung. Karena itu, lokasi tersebut sering diziarahi warga yang ingin memanjatkan doa atau meminta keselamatan.
6. Tawon Tembiring
Tawon ini termasuk salah satu makhluk yang sering muncul dalam cerita mistis Gunung Penanggungan. Warga percaya, kemunculan tawon tembiring adalah pertanda kehadiran genderuwo. Jika lebah ini bergerombol di satu titik, masyarakat setempat biasanya menghindari area tersebut.
7. Tawon Gong
Berbeda dengan tawon tembiring, tawon gong dipercaya sebagai "peliharaan" makhluk gaib tertentu. Disebut "gong" karena bunyi dengungannya dianggap lebih berat dan keras. Kemunculannya sering dikaitkan dengan aktivitas tak kasatmata.
8. Harimau Gaib
Legenda tentang macan gaib atau mbae cukup terkenal di sekitar Desa Sukopuro. Warga pernah melaporkan melihat sosok harimau besar yang menggendong mayat warga yang hilang. Kisah ini memperkuat keyakinan bahwa makhluk gaib di Penanggungan dapat menolong atau memberi pertanda kepada manusia.
9. Minyak Coblong
Minyak mistis ini dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan. Cukup dioleskan, minyak coblong diyakini dapat meredakan berbagai penyakit atau gangguan nonfisik. Namun, keberadaan minyak ini semakin langka, sehingga hanya dikenal dalam cerita turun-temurun.
10. Candi Jolotundo
Situs paling terkenal di lereng Gunung Penanggungan ini merupakan peninggalan masa Raja Airlangga. Jolotundo memiliki kolam suci yang hingga kini masih digunakan untuk tirakat, ritual pembersihan diri, maupun pengambilan air suci. Airnya dipercaya tidak pernah habis dan tetap jernih sepanjang tahun.
Candi Jolotundo di Seloliman, Mojokerto Foto: Budi Sugiharto |
11. Candi Jedong
Candi Jedong merupakan salah satu situs bersejarah di kawasan Gunung Penanggungan yang tetap disakralkan hingga sekarang. Kompleks candi ini sering dikaitkan dengan berbagai masa kerajaan, mulai dari Mataram Kuno, Singosari, Majapahit, hingga Kahuripan.
Arsitekturnya yang khas batu andesit serta pintu gerbang berbentuk gapura paduraksa membuatnya dianggap sebagai salah satu peninggalan penting di lereng Penanggungan. Selain nilai arkeologis, Candi Jedong juga dipercaya memiliki aura spiritual, sehingga kerap dijadikan lokasi tirakat atau ritual tertentu.
Daya Tarik Gunung Penanggungan
Mengutip dari detikJatim, perpaduan legenda, candi-candi tersembunyi, hingga ritual yang terus hidup menjadikan Gunung Penanggungan sebagai salah satu destinasi spiritual dan budaya paling unik di Jawa Timur.
1. Dijuluki Gunung Pawitra
Gunung Penanggungan dikenal sebagai Gunung Pawitra, sebutan yang muncul dalam Kakawin Negarakertagama. Kata Pawitra berarti suci atau keramat, sehingga mempertegas posisi Penanggungan sebagai gunung spiritual yang sejak dahulu diyakini menjadi pusat laku tapa dan ritual para pendeta.
2. Jejak Peradaban Kuno
Di lereng-lerengnya, Penanggungan menyimpan jejak peradaban masa lalu berupa ratusan situs bersejarah. Candi Kama, Candi Kendalisodo, Candi Lurah, Puncak Bekel, hingga Petirtaan Jolotundo menjadi bukti bahwa gunung ini pernah menjadi kawasan pemujaan dan pusat aktivitas spiritual pada era Majapahit.
Candi Jolotundo di Seloliman, Mojokerto, ini akrab disebut Petirtaan Jolotundo ini diduga dibuat pada tahun 997 Masehi, di zaman Prabu Airlangga memimpin Kerajaan Kahuripan. Airnya dipercaya mampu membuat awet muda.Foto: Budi Sugiharto |
3. Berada di Perbatasan Dua Kabupaten
Letaknya yang berada di antara Kabupaten Mojokerto dan Pasuruan membuat akses menuju Penanggungan cukup beragam. Setiap jalur pendakian menawarkan karakter yang berbeda, mulai dari jalur yang lebih landai hingga yang menantang, sehingga pendaki bisa memilih rute sesuai preferensi.
Hamparan sawah dengan latar Gunung Penanggungan Foto: Enggran Eko Budianto |
4. Pemandangan Puncak yang Memukau
Dari puncaknya, pendaki dapat menikmati panorama sunrise dan sunset yang menawan. Cahaya keemasan yang muncul di balik gunung-gunung sekitarnya menjadi momen favorit yang membuat banyak pendaki rela berangkat dini hari demi melihat keindahan ini.
Rute Pendakian Gunung Penanggungan
Rute paling umum dimulai dari Desa Tamiajeng, Trawas, Mojokerto. Lokasinya sekitar 30 km dari pusat kota. Dari arah Mojosari, lanjut ke pertigaan Tugu Kota, lalu ke Jalan Ngoro Industri hingga menuju Kecamatan Trawas. Di dekat Koramil Trawas terdapat pos perizinan pendakian yang wajib dikunjungi pendaki.
Pilihan Jalur Pendakian
- Jalur Tamiajeng Trawas
- Jalur Jolotundo Trawas
- Jalur Kedungdi
- Jalur Wonosunyo
- Jalur Gajah Mungkur
Harga Tiket dan Jam Operasional
Dilansir dari laman resmi Kabupaten Mojokerto, Gunung Penanggungan buka 24 jam. Harga tiket masuk Rp 15.000 per orang. Parkir motor Rp 10.000, sedangkan mobil Rp 20.000-Rp 25.000.
Bagi pendaki pemula yang ingin menjajal Gunung Penanggungan, pastikan untuk selalu memerhatikan faktor keamanan sebelum berangkat. Cek kondisi cuaca terbaru, gunakan peralatan dasar seperti sepatu trekking, jaket antiair, dan senter, serta bawalah cukup air minum.
Disarankan mendaki bersama teman atau pendamping berpengalaman, terutama bagi yang baru pertama kali. Patuhi jalur resmi, jaga etika di alam, dan jangan memaksakan diri jika kondisi tubuh tidak fit. Dengan persiapan matang, pendakian dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus aman.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(ihc/irb)
















































