Fenomena 'tornado' terjadi di kawasan Gunung Bromo. Pusaran tornado di lautan pasir Gunung Bromo terekam kamera wisawatan.
Video pendek berdurasi 01.05 detik yang diposting @ladubromo menampakkan pusaran angin membawa material debu dan barang-barang yang ada di sekitarnya.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Septi Eka Wardhani menjelaskan fenomena tersebut dikenal dengan nama 'dust devil'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara visual tampak seperti pusaran angin mirip seperti tornado yang membawa debu dan pasir, namun dengan ukuran yang relatif lebih kecil dari tornado," ujar Kepala Bagian Tata Usaha Septi Eka Wardhani kepada wartawan, Kamis (18/7/2024).
Apa Itu Dust Devil?
Dilansir dari BMKG dust devil atau debu setan merupakan fenomena alam. Dust Devil diartikan ke bahasa Indonesia adalah "Setan Debu", merupakan pusaran udara kecil namun kuat.
Peristiwa ini terjadi saat udara kering sangat panas dan tidak stabil di permukaan tanah. Akhirnya naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya, membentuk aliran udara ke atas berupa pusaran dan membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya (NOAA).
Rupanya, Dust Devil ini sering disalah artikan dengan angin puting beliung. Meski sama-sama mirip bentuknya, namun berbeda jenisnya. Atau bisa dibilang serupa tapi tak sama.
Jika dust devil terjadi dikarenakan kondisi cuaca panas, sedangkan puting beliung terjadi gesekan arus udara di dalam awan badai atau awan Cumulonimbus (Awan CB) yang turun membentuk belalai gajah atau corong ke tanah.
Cara simpel membedakan dust devil terjadi karena tanah kering atau cuaca panas, sedangkan puting beliung terjadi karena basah atau hujan. Meski begitu, dua peristiwa itu punya kesamaan sama-sama merusak.
Mengantisipasi Dust Evil
Septi Eka Wardhani menyebut meski dust devil tidak berbahaya tapi pengunjung Bromo harus tetap berhati-hati bila muncul fenomena setan debu itu. Lebih baik menghindar atau seketika menjauh bila melihat fenomena tersebut.
"Kalau terlanjur di posisi dekat pusaran angin itu sebaiknya berhenti dan diam sejenak," kata dia.
Selain itu menutup mata dan menggunakan pelindung hidung hingga pusaran angin hilang. Tujuannya untuk melindungi mata dan saluran pernapasan dari paparan langsung material pasir dan debu yang dibawa oleh angin tersebut.
"Tidak berbahaya tapi tetap harus melindungi diri karena dampaknya bisa mengganggu kita," tutur Septi.
BMKG mengimbau masyarakat agar menjauh dari pusaran dust devil agar tidak mengalami dampak debu dari angin tersebut.
"Hindari berdiri terlalu dekat dengan dust devil dan usahakan untuk melindungi wajah serta mata dari debu dan pasir yang terbawa oleh angin," tambahnya.
Sedangkan saat kejadian puting beliung atau lesus, masyarakat diimbau berlindung dalam bangunan yang kokoh.
(dpe/fat)