Di tengah membeludaknya kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo, rupanya tak bisa dinikmati semua para pelaku usaha di sekitarnya. Keuntungan biasanya diraup para penyedia jasa transportasi atau jip, tapi tidak dengan penyedia jasa penginapan atau hotel.
Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Resto Indonesia (PHRI) Kabupaten Probolinggo, Digdoyo Jamaluddin. Menurutnya, meski kunjungan wisatawan ke Gunung Bromo meningkat signifikan atau sudah mencapai 100 persen, namun hal itu tidak dirasakan para penyedia hotel.
Menurut Doyo, sapaan akrabnya, dengan datangnya momentum liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru), seluruh hotel tidak hanya ke sekitar Gunung Semeru, melainkan di Jawa Timur (Jatim) atau bahkan di seluruh Indonesia, merasakan dampak positif momentum Nataru. Namun, peminat hotel belum seramai dahulu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang ini, jika kita lihat situasi kondisi di daerah Gunung Bromo, sepertinya hotel ini masih belum bisa menikmati. Memang wisatawan datang membeludak, tapi mereka tidak sampai menginap di sini (hotel), hanya datang lalu pulang," kata Doyo, Rabu (27/12/2023).
Hal tersebut, lanjut Doyo, juga dipengaruhi harga sewa transportasi jip dan harga tiket masuk ke Gunung Bromo yang dinilai lebih ribet dan tak seperti biasanya. Sehingga, membuat hotel tidak bisa menikmati kunjungan wisatawan yang bisa sampai ribuan orang dalam sehari.
"Normalnya biasanya kalau momentum seperti saat ini, angka (okupansi) 85 persen saja kita dapat, tapi sekarang 70 persen saja itu terlalu sulit. Jadi kejadian pasca COVID-19 kemarin itu kita belum bisa bangkit, untuk sekarang bisa dikatakan masih merangkak karena bebannya kemarin banyak," ungkapnya.
Momentum liburan Nataru kali ini, menurut Doyo, banyak pengunjung lebih memilih homestay, di mana okupansinya mencapai 90 persen alias hampir penuh. Berbeda dengan 28 hotel di kawasan Gunung Bromo yang untuk mencapai okupansi 70 persen saja, sulitnya bukan main, bahkan ada hotel yang okupansinya masih 50 persen.
"Kalau homestay kan harganya bersaing dengan hotel. Jadi kami selaku pelaku usaha hotel agar ke depannya pemerintah daerah bisa menata event-event tahunan untuk Nataru. Untuk hotel saya saja sebanyak 31 kamar dengan kapasitas 70 orang masih separuh," tuturnya.
(hil/dte)