Ketapanrame Mojokerto Desa Wisata Terbaik 2023, Pendapatannya Rp 3,5 M

Ketapanrame Mojokerto Desa Wisata Terbaik 2023, Pendapatannya Rp 3,5 M

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Selasa, 05 Sep 2023 12:24 WIB
Desa Ketapanrame Mojokerto.
Desa Ketapanrame Mojokerto. Foto: Pemdes Ketapanrame
Mojokerto - Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto meraih predikat desa wisata terbaik 2023. Pendapatan desa di kaki Gunung Welirang ini dari sektor pariwisata saja mencapai Rp 3,5 miliar per tahun.

Kepala Desa Ketapanrame Zainul Arifin mengatakan pembangunan pariwisata di desanya berlangsung sejak 2017. Kini, berbagai objek wisata di desa ini dikelola BUMDes Mutiara Welirang. Mulai dari wisata alam Air Terjung Dlundung, Sumber Gempong, kebun kopi, dan wisata petualangan jelajah hutan.

Wisata buatan terdiri dari Taman Ghanjaran dan Taman Kelinci. Wisata budaya meliputi Tari Mayang Rontek dan Bedoyo Putri Mojosakti, serta kesenian bantengan, pencak silat, tari jaranan, barong, dan ganongan. Hingga wisata edukasi terdiri dari tanam padi di Sumber Gempong, wisata petik Jeruk Nagami, wisata petik Kopi Banggoel, produksi jamu, kerupuk samiler, tape, getuk, dan onde-onde.

Destinasi wisata yang beragam tak ayal mengantarkan Ketapanrame menjadi desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023 yang digelar Kemenparekraf. Tak hanya itu, pendapatan desa ini dari pariwisata saja sangat menggiurkan, yakni mencapai Rp 3,5 miliar tahun 2022.

"Pendapatan itu dari tiket masuk wisata, tiket wahana, dan sewa kios atau stan. Laba bersih BUMDes Mutiara Welirang sekitar Rp 2,4 miliar. Target tahun ini laba bersih dari sektor pariwisata kami Rp 3,5 miliar," terangnya kepada detikJatim, Senin (4/8/2023).

Zainul menjelaskan 20 persen dari laba bersih BUMDes Mutiara Welirang masuk pendapatan asli desa (PADes) Ketapanrame. Pendapatan yang menggiurkan seiring tingginya kunjungan wisatawan. Sebagai contoh Sumber Gempong yang dikunjungi 60-70 ribu wisatawan per bulan. Sedangkan, Air Terjun Dlundung mencapai 25-30 ribu wisatawan per bulan.

"Taman Ghanjaran juga selalu ramai pengunjung. Namun, kami tidak bisa mengkalkulasi karena masuknya gratis tanpa tiket," jelas kepala desa yang menjabat 3 periode sejak 2007 sampai 2025 ini.

Taman Ghanjaran Mojokerto.Taman Ghanjaran Mojokerto. Foto: Pemdes Ketapanrame

Bisnis pariwisata yang berkembang pesat di Desa Ketapanrame, lanjut Zainul, otomatis mendongkrak perekonomian penduduknya. Baik masyarakat yang terlibat sebagai mitra pariwisata maupun yang tidak. Saat ini, 900 dari 1.800 rumah tangga di desanya berkecimpung di pariwisata.

Dengan rincian 533 rumah tangga menyumbangkan dana untuk modal BUMDes Mutiara Welirang, 100 rumah tangga lebih menjadi petugas parkir, sekitar 150 rumah tangga menjadi pedagang, 50 rumah tangga menjadi pegawai dan pengelola, serta 30 rumah tangga pemilik lahan untuk objek wisata.

Selain tetap bisa menanam, para pemilik lahan juga mendapat bagi hasil 10 persen dari tiket masuk wisata. Menurut Zainul, rata-rata setiap pemilik lahan menerima tambahan penghasilan Rp 1 juta per bulan.

Belum lagi para pedagang yang kini laba bersihnya Rp 3-4 juta per bulan. Pendapatan setiap petugas parkir Rp 75-150 ribu per hari. Sedangkan pegawai di objek wisata digaji Rp 1,5-2,5 juta per bulan.

"Dampak dari wisata hampir semuanya merasakan. Yang tidak menjadi mitra pariwisata mendapatkan manfaat dari dana sosial untuk pembangunan masjid, musala, TPQ, rumah layak huni, penunjang kesehatan masyarakat misalnya ambulans untuk mengantar warga yang sakit," ungkapnya.

Manisnya bisnis pariwisata Desa Ketapanrame juga dirasakan warga desa lainnya di Kecamatan Trawas. Mereka membuka warung kopi, toko oleh-oleh, kafe, angkringan hingga rumah makan di sepanjang jalur wisata. Pesatnya kemajuan desa wisata ini tentunya menginspirasi semua desa di Indonesia.

Wisata Sumber Gempong Mojokerto.Wisata Sumber Gempong Mojokerto. Foto: Pemdes Ketapanrame

Oleh sebab itu, kata Zainul, banyak pemerintah desa lain yang belajar langsung di Desa Ketapanrame. Selain dari desa di Jatim dan Jateng, kunjungan studi banding juga datang dari Bali, Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Kepada desa lain ia selalu menekankan pentingnya memberi harapan kepada masyarakat.

"Ayo berikan harapan kepada masyarakat bahwa masa depan tidak di kota, tapi di desa. Kalau masyarakat punya semangat mengembangkan potensi desa, sudah bisa menghidupi keluarga. Yang kedua, pemangku kepentingan harus bisa memberikan transparansi pengelolaan keuangan kepada masyarakat," tandasnya.


(irb/fat)


Hide Ads