Kolong jembatan identik dengan stigma negatif sebagai tempat mabuk-mabukan atau berkumpulnya anak jalanan (Anjal). Stigma tersebut coba diubah dengan memanfaatkan kolong jembatan menjadi tempat ngopi.
Seperti yang tampak di kolong Jembatan Tunggulmas, Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Banyak anak muda yang nongkrong menikmati pemandangan Sungai Brantas di kolong jembatan, sembari menyantap minuman dan makanan.
Kolong Jembatan Tunggulmas mulai ramai dijadikan tempat nongkrong sejak ditempati kedai kopi Nogo Keling pada awal Agustus 2023. Kedai kopi ini memanfaatkan kendaraan roda tiga yang dikemas apik untuk melayani pembeli.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kedai ini menyediakan kursi plastik yang bisa digunakan untuk duduk atau alas makanan dan minuman. Karena tidak diatur, pengunjung yang datang bisa memilih lokasi duduk sesuka hati.
Kapten Kedai Kopi Nogo Keling, Lucky Meisya Wandreina (21), mengatakan berdasarkan informasi dari warga setempat, kolong Jembatan Tunggulmas awalnya sering digunakan sebagai tempat tidur oleh tunawisma. Juga menjadi tempat pesta minuman keras oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
"Kalau kata karangtaruna sama warga sekitar, sebelumnya sering dipakai buat tempat mabuk-mabukan. Dari situ, kami mencoba untuk mengubah hal-hal negatif yang dilakukan di kolong jembatan dengan mendirikan kedai kopi disini," ujarnya pada Minggu (27/8/2023).
Sejak hadirnya kedai kopi tersebut, hal negatif di kolong jembatan Tunggulmas tidak lagi tampak. Warga sekitar juga memanfaatkan kolong jembatan tersebut untuk memancing sambil ngopi santai.
"Yang datang ke sini biasanya itu anak-anak SMA dan Mahasiswa. Tapi ada juga warga yang datang ke sini mancing sambil minum kopi gitu. Kalau kata orang-orang memang ikan di sini lumayan banyak makannya jadi spot mancing juga," kata Meisya.
![]() |
Kedai kopi Nogo Keling di kolong jembatan itu buka setiap hari sejak pukul 07.00 WIB hingga 17.00 WIB. Harga minuman dan makanan yang disediakan juga tergolong ramah dikantong. Harga menunya mulai dari Rp 6 ribu hingga Rp 15 ribu.
"Di sini ada kopi tubruk, robusta Dampit, lemon tea. Camilan kayak weci dan menjes kami sediakan juga. Kalau mau makan berat juga ada nasi bungkus dengan harga Rp 10 ribu saja," terangnya.
Di hari biasa, pengunjung bisa mencapai 250 orang dan untuk momen liburan meningkat hingga 300 pengunjung. Omzet yang didapat dalam satu hari untuk hari biasa bisa mencapai Rp 4 juta.
(sun/iwd)