Rumah mewah di Blitar Selatan disulap jadi angkringan. Rupanya, sang pemilik mengaku lebih betah tinggal di rumah lama yang mereka tempati selama puluhan tahun.
Penampakan rumah milik Ida Winarsih tampak mencolok di Jalan Nakula, no 20, Jaten Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar. Sebuah gedung berlantai dua, bercat putih tulang tampak megah dengan tiang-tiang penyangga kokoh berdiri. Arsitektur Indhies yang kental dengan fasad yang kokoh menambah kesan luas dan lega saat dipandang.
Siapa saja boleh masuk rumah megah ini. Sebab, beragam menu makanan yang disediakan. Tapi jangan khawatir soal harga. Sebab, meski berada dalam area rumah mewah, harga makanan dan minuman versi angkringan. Alias ramah di kantong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ya, Ida memang menyulap rumah mewahnya menjadi angkringan. Dia tidak ingin menciptakan sekat para pembeli dengan memasang atribut "Angkringan Nakula" di rumahnya itu.
Pengunjung bisa memilih area lesehan di sisi kiri atau Gasebo di bagian belakang. Atau yang lebih rileks lagi, di bangku-bangku bawah pohon rindang di sisi barat. Fasilitas WiFi dan karaoke gratis juga disediakan.
![]() |
"Biar semua kalangan masyarakat bisa datang, makan di sini. Nggak usah sungkan dan kuatir karena harga makanan dan minumannya murah. Sama dengan angkringan," kata ibu dengan tiga putra ini kepada detikJatim, Selasa (31/1/2023).
Sementara daftar menu yang disediakan, variasi makanan di sini memang seperti angkringan. Namun tidak semua Javanese Food seperti angkringan pada umumnya. Ada kentang goreng, burger bahkan kebab dengan harga jauh lebih murah dibandingkan di outlet franchise pinggir jalan raya.
"Seperti ayam lalapan itu saya jual Rp 14ribu sudah lengkap sama minumnya teh manis. Lalu tempe tahu goreng itu hanya Rp 4 ribu. Kalau mau pesan porsi besar juga ada, asal harga menyesuaikan," jelasnya.
Bagaimana awalnya rumah semegah ini berubah menjadi angkringan, menurut Ida karena memanfaatkan bangunan daripada tidak bermanfaat dan tidak terawat. Suaminya yang pengusaha poultry, mulai membangun rumah ini tahun 2019.
![]() |
Proses pembangunannya memakan waktu hampir 3 tahun. Itupun belum kelar. Karena lantai dua rumah ini masih dalam proses pembangunan.
Ditanya berapa biaya pembangunannya, Ida mengaku tidak menghitungnya. Begitu ada uang, suami Ida memanggil tukang untuk membangun bagian demi bagian. Jadi proses pembangunan rumah ini memang bertahap. Tidak ngoyo dalam sekali proses langsung jadi.
Setelah rumah tampak jadi, malah tidak langsung ditempati. Keluarga Ida merasa lebih nyaman tinggal di rumah lama yang telah mereka tempati. Beberapa teman Ida yang berjualan di Pasar Kademangan lalu berinisiatif membuatnya menjadi tempat senam.
Karena bagian ruang tamu rumah itu memang lapang dan luas. Ida pun setuju, daripada bangunan itu tidak terawat dan tidak bermanfaat.
"Awalnya dulu dipakai senam teman-teman. Terus habis senam mereka pengen ngemil kan, ada yang usul gimana kalau saya jual makanan dan minuman saja sekalian. Nggak ada salahnya mencoba dan keterusan sampai sekarang," pungkasnya.
(dpe/fat)