Bagi wisatawan yang berkunjung ke Malang, mungkin sudah biasa menginap di hotel dengan pemandangan indah. Namun, bagaimana jika menginap di hotel yang menyuguhkan suasana jaman dulu atau jadul?
Di Malang, ada sejumlah penginapan yang sudah dibangun sejak zaman dahulu. Bahkan, ada yang sudah dibangun sebelum kemerdekaan RI atau sejak tahun 1870-an.
Selain itu, penginapan-penginapan ini juga menyimpan sejarah yang cukup panjang. Ada penginapan yang dulunya dibangun oleh orang Belanda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu, ada pula penginapan yang menjadi jujugan presiden RI saat itu, kala mereka berkunjung ke Malang.
detikJatim memiliki sejumlah rekomendasi penginapan jadul di Malang. Rekomendasi ini bisa menjadi salah satu referensi detikers saat bingung mencari tempat menginap di Malang.
Tak hanya memiliki suasana dan nuansa jaman dulu, penginapan ini tercatat telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Selain itu, di dalam penginapan juga menyimpan sejumlah barang-barang antik. Penasaran?
Berikut 3 penginapan bernuansa jadul di Malang:
1. Hotel Tugu
Hotel Tugu/Foto: Muhammad Aminudin
|
Hotel ini mulai berdiri pada awal tahun 90-an. Sang pendiri sengaja merancang Hotel Tugu untuk menampung beragam koleksi antik. Konsepnya pun mengangkat seni dan romantisme Jawa.
Sederet nama besar pernah bermalam di Hotel Tugu. Salah satunya Megawati Soekarnoputri. Hampir setiap kunjungannya ke Malang atau Blitar, Presiden Indonesia ke-5 ini selalu memilih Hotel Tugu. Selain Mega, negarawan lain yang pernah berkunjung yakni Presiden Jokowi, SBY, Gus Dur, BJ Habibie, hingga Wapres Tri Sutrisno, Prabowo Subianto, Panglima TNI dan Kapolri.
![]() |
Di Hotel Tugu, ada sekitar 8 room untuk para tamunya. Di antaranya Apsara Residence, Raden Saleh Suite, Babah Suite, Devata Suite dan Executive Suite, yang harganya cukup lumayan. Harga kamar-kamar itu setara General President Suite. Masing-masing kamar memiliki kelebihan sesuai dengan harga yang dibandrol.
Yang tak kalah menarik, di sini terdapat sebuah lukisan kuno bergambar wanita berbaju putih dengan rambut panjang hitam. Sosok dalam lukisan ini menawan, namun juga mengeluarkan aura mistis bila dipandang. Di bawah lukisan kuno itu, ada nama Oei Hui Lan.
Oei Hui Lan merupakan putri dari Oei Tiong Ham, Raja Gula di Asia Tenggara awal Abad 20. Dalam lukisan itu, Oei berdiri memakai baju sutera warna putih, tatapannya tajam dengan rambut dibiarkan terurai ke bawah. Itu bisa terlihat jelas, karena Oei berdiri tepat di hadapan cermin besar.
![]() |
Aura mistis semakin terasa, saat lukisan diletakkan di sebuah ruang tersendiri dengan minim penerangan lampu. Di sekitarnya banyak artefak atau peninggalan masa Kerajaan Cina dan beberapa koleksi mulai foto hingga benda adalah milik keluarga Oei Hui Lan.
Artefak dan barang peninggalan Oei Tion Ham yang tak ternilai harganya ini ada di Ruangan Raja Gula, yang merupakan koleksi pribadi pemilik Hotel Tugu malang. Beberapa di antaranya yakni Patung mitologi Dinasti Shang dari tahun 1600 sebelum masehi. Berbagai porselen antik dari zaman Dinasti Han hingga Dinasti Qing, kursi antik Cina yang pernah digunakan oleh Oei Tjie Sien, ayah dari Oei Tiong Ham, sulaman antik milik nenek Oei Tiong Ham serta lemari antik dari Cina juga turut menghiasi ruangan megah ini.
2. Hotel Niagara
Hotel Niagara/Foto: Instagram Hotel Niagara Malang
|
Saat itu, pengelola menyebut, hotel ini bukannya angker, namun Hotel Niagara memang memiliki desain arsitektur jaman dahulu. Hotel ini juga telah berdiri puluhan tahun.
Dari informasi yang dihimpun detikJatim, Hotel Niagara dibangun setinggi lima lantai. Hotel ini dibangun pengusaha bernama Liem Sian Joe. Desainnya khusus dirancang oleh arsitek asal Brazil Fritz Joseph Pinedo pada tahun 1900-an.
![]() |
Barulah pada tahun 1918, Hotel Niagara dibangun. Pembangunannya disebut memakam waktu hingga 15 tahun. Saat itu, bangunan ini langsung mendapat sebutan sebagai gedung tertinggi di Indonesia dan Asia. Ini karena, bangunan Hotel Niagara menjulang setinggi 35 meter.
Awalnya, gedung ini merupakan vila pribadi milik Liem Sian Joe. Ia sengaja membangun tempat peristirahatannya untuk dinikmati bersama keluarga. Tapi, keluarga ini pindah ke Belanda. Hingga akhirnya bangunan tak terurus.
Sampai pada tahun 1960-an, salah seorang ahli waris keluarga menjualnya ke pengusaha asal Surabaya, Ong Kie Tjai. Ia lalu membuka Hotel Niagara yang masih bisa dipesan hingga saat ini.
3. Hotel Pelangi
Lukisan keramik di Hotel Pelangi (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
|
Hotel Pelangi letaknya tak jauh dari Alun-Alun Kota Malang, di Jalan Merdeka Selatan, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Hotel klasik ini berdiri sekitar tahun 1870-an oleh bangsawan Belanda, Abraham Lapidoth dan diberi nama Lapidoth Hotel.
Lalu, 20 tahun kemudian berpindah tangan, Jhonson yang mengelola menjadikan sebagai bisnis penginapan di Malang kala itu.
Hotel ini menyimpan lukisan keramik kuno yang disebut sudah mencapai ratusan tahun. Lukisan itu bisa dijumpai di dinding Hall Lodji Coffe Shop and Resto tertata rapi.
Jumlahnya ada 22 lukisan. Lukisan itu menggambarkan suasana atau destinasi sejumlah desa atau kota di negeri Kincir Angin. Lukisan ini khusus dibawa dari Belanda oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) di tahun 1915 silam.
Lukisan yang ada ini unik dan langka. Karena lukisan dibuat dengan beragam warga. Berbeda dengan lukisan keramik hasil seniman lokal Belanda hingga saat ini, lebih dominan memakai warna putih dan biru. Lukisan ini juga disebut telah melampui perjalanan jauh hingga memanfaatkan jalur laut yang bisa sampai satu tahun berlayar.