Makam dan Peninggalan Sunan Drajat di Lamongan

Makam dan Peninggalan Sunan Drajat di Lamongan

Eko Sudjarwo - detikJatim
Sabtu, 26 Feb 2022 15:27 WIB
Salah satu ikon wisata religi di Lamongan adalah Makam Sunan Drajat. Makam salah satu Walisongo ini berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran.
Makam Sunan Drajat/Foto: Eko Sudjarwo/detikcom
Lamongan -

Salah satu ikon wisata religi di Lamongan adalah Makam Sunan Drajat. Makam salah satu Walisongo ini berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran.

Sunan Drajat atau Raden Qasim juga terkenal dengan salah satu falsafahnya yang berisi pesan-pesan kemanusiaan. Sejumlah peninggalannya juga masih tersimpan rapi di Lamongan.

Sunan Drajat diperkirakan lahir pada tahun 1470 Masehi dengan nama kecilnya adalah Raden Qasim, yang kemudian mendapat gelar Raden Syarifudin. Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel dan bersaudara dengan Sunan Bonang yang terkenal dengan kecerdasannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika dewasa, Sunan Drajat mendirikan Pesantren Dalem Duwur di Desa Drajat, Paciran sebagai pusat kegiatan dakwahnya sekitar abad XV dan XVI Masehi sebagai tanah perdikan," kata pemerhati budaya Lamongan Navis Abdul Rouf saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (26/2/2022).

Hingga saat ini, peninggalan Sunan Drajat di Lamongan masih ada di kompleks makamnya. Pada lintel pintu masuk cungkup Sunan Drajat, sebut Navis, terukir angka tahun berbentuk candra sangkala mulya guna panca waktu atau tahun 1531 Saka (1609 M), yang dianggap sebagai pembangunan atau pemugaran makam itu.

ADVERTISEMENT

Pada dinding luar langkan bagian barat, lanjut Navis, juga terlukis candra sengkala memet (sangkala dalam bentuk gambar) yang ditafsirkan dengan rumusan segara ombak pinanah tunggal atau tahun 1544 Saka (1622 M).

"Angka ini diduga merupakan angka tahun perluasan cungkup makam untuk menampung peziarah yang terus meningkat," ujarnya.

Sejumlah peninggalan Sunan Drajat masih tersimpan di Lamongan. Beberapa peninggalan tersebut, menurut Navis, di antaranya adalah sisa-sisa perangkat gamelan. Mulai dari bonang, angklung, ketuk, rebab, gender dan saron.

Salah satu ikon wisata religi di Lamongan adalah Makam Sunan Drajat. Makam salah satu Walisongo ini berada di Desa Drajat, Kecamatan Paciran.Perangkat gamelan peninggalan Sunan Drajat/ Foto: Eko Sudjarwo/detikcom

Pada peninggalan gamelan itu, ungkap Navis, perangkat angklungnya dihiasi dengan ragam hias singa mengkok yang oleh masyarakat dikenal dengan gamelan Singo Mengkok.

"Harta warisan budaya tersebut sekarang disimpan di Museum Sunan Drajat. Dari unsur-unsur gamelan dari periode Sunan Drajat tersebut ternyata ada semua pada gamelan pada abad ke-18, sebagaimana ditulis oleh Raffles di dalam karyanya The History Of Java, ataupun oleh Th G Th Pigeaud dalam Literature of Java III. Jadi tampaknya bentuk gamelan itu tidak banyak mengalami perubahan," ungkap Navis.

Selain gamelan, jelas Navis, selama dakwah Sunan Drajat juga menulis tembang pangkur yang kemudian berasimilasi dengan perkembangan sastra macapat pada akhir abad ke-15. Dalam konteks ini, imbuh Navis, dapat dipahami bahwa para pelestari budaya di Drajat memandang tembang pangkur dianggap sebagai kependekan dari pangudi isine Al-Qur'an.

"Sunan Drajat juga memanfaatkan sastra suluk, di antaranya bait-bait dari Serat Dewa Ruci yang waktu itu telah sangat popular di dalam masyarakat untuk kepentingan dakwah Islam," ungkap Navis.




(sun/sun)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads