Kampung Wisata Ketandan Surabaya, Berbudaya di Tengah Gedung Bertingkat

Kampung Wisata Ketandan Surabaya, Berbudaya di Tengah Gedung Bertingkat

Tim detikjatim - detikJatim
Jumat, 25 Feb 2022 07:43 WIB
balai budaya cak markeso
Balai Budaya Cak Markeso (Foto: Instagram @budalrek)
Surabaya - Saat melintasi Jalan Tunjungan Surabaya, cobalah mampir ke Kampung Ketandan, salah satu kampung tertua di Surabaya. Kini, Pemkot Surabaya berupaya menjaga kekayaan sejarah di Ketandan dengan mengembangkannya sebagai kawasan cagar budaya dan objek pariwisata.

Salah satu tonggak penting pendirian Kampung Wisata Ketandan adalah dengan diresmikan Balai Budaya Cak Markeso tahun 2016.

Balai budaya yang berbentuk rumah joglo ini dibangun dari hasil kerja sama United Cities Local Government Asia Pacific (UCLG ASPAC), UN Habitat, dan Pemkot Surabaya.

"Penamaan Markeso dilakukan sebagai penghormatan kepada seniman besar Kota Pahlawan," papar Ketua RW setempat, Indra Bagus Sasmito saat diwawancara detikJatim Rabu (23/2/2022).

Balai budaya yang terletak di tengah-tengah Kampung Ketandan ini digunakan sebagai ruang publik. Yang berfungsi sebagai "penyambung rasa" bagi warga Ketandan dalam berinteraksi dan berdiskusi tentang segala hal yang menyangkut lingkungannya.

Selain itu, warga juga menjadikan Balai Budaya Cak Markeso sebagai tempat untuk menggelar beragam pertunjukan seni.

"Rencananya, warga ingin menghidupkan kembali kegiatan budaya seperti belajar menari tradisional dan diskusi kegiatan sosial di sana setelah sempat terhenti karena pandemi" tandas Indra.

Tidak hanya itu, meski dihimpit oleh gedung-gedung pusat perbelanjaan moderen, Kampung Ketandan juga memiliki nuansa jaman dahulu yang kental. Sebab, saat memasukinya, pengunjung bisa melihat rumah-rumah warga yang masih mempertahankan arsitektur khas era kolonial.

Berjalan lebih jauh lagi, kita akan menjumpai Masjid An-Nur, sebuah masjid yang dibangun tahun 1914 dengan gaya arsitektur masa lampau. Terdapat pilar-pilar besar yang menghimpit pintu masuk dan jendela besar yang dilengkapi teralis besi di depan.

Beranjak ke tengah kampung, terdapat sebuah makam yang menempati lahan 10x15 meter. Masyarakat sekitar menyebut makam itu dengan sebutan Makam Mbah Buyut Tondo.

"Artinya buyut atau nenek moyang masyarakat Kampung Ketandan," kata Indra.

Selain itu, ada 40 UMKM yang tersedia di sana. UMKM tersebut ikut meramaikan Tunjungan Romansa yang digelar tiap akhir pekan.

Berdasar website surabaya.go.id, kampung ini berada di tengah Kota Surabaya dan di antara bangunan pencakar langit. Lokasinya kerap disebut Segi Empat Emas Surabaya. Yaitu di antara jalan Tunjungan sebelah timur, jalan Embong Malang sebelah selatan, jalan Blauran sebelah barat, dan jalan Praban sebelah Utara.


(hse/sun)


Hide Ads