Dunia sepakbola tanah air tengah berduka. Sebanyak 127 suporter dan polisi menjadi korban tewas imbas kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang usai laga Arema FC dan Persebaya, Sabtu (1/10) malam.
Peristiwa ini bermula saat Arema FC kalah di tangan Persebaya 2-3. Karena kecewa, ratusan suporter melempari dan mencoba menerobos masuk ke dalam lapangan.
Pantauan detikJatim di stadion, ratusan suporter langsung turun dan mengejar para pemain. Namun karena kesigapan petugas, para pemain langsung berhasil diamankan. Sebaliknya, amarah suporter semakin massif dan terlibat saling dorong dengan aparat. Masifnya suporter yang masuk membuat aparat kewalahan meski sudah dihalau.
Karena terus melakukan perlawanan, aparat kemudian melepaskan tembakan gas air mata ke arah kerumunan suporter yang turun ke lapangan. Tak hanya itu, aparat juga menembakkan gas air mata ke arah sejumlah tribun yang masih penuh penonton.
Akibatnya, kepanikan terjadi di tribun. Suporter kemudian berlarian menuju pintu keluar. Sehingga banyak di antara mereka yang jatuh dan terinjak-injak.
Sementara itu, asap putih terus mengepul dari gas air mata tampak di tribun stadion. Karena hal ini banyak suporter yang kemudian pingsan. Tak terkecuali anak-anak dan perempuan.
Tak terima, sebagian suporter kemudian membakar sejumlah kursi dan merusak mobil polisi yang ditemui, baik di dalam stadion maupun di luar stadion.
Korban yang pingsan dan terkapar kemudian dievakuasi tenaga medis dan aparat menjauh dari kepulan asap gas air mata. Mereka sementara diangkat dan ditempatkan di musala, dan sekitar pintu keluar stadion.
Sedangkan ambulans silih datang dan pergi membawa korban dari stadion ke rumah sakit. Ini karena keterbatasan ambulans dan banyaknya korban yang terluka dan pingsan.
Penjelasan polisi soal penyebab banyaknya korban yang meninggal. Baca di halaman selanjutnya
(hil/sun)