Ayam lodho adalah salah satu kuliner khas Jawa Timur yang tak lekang oleh waktu. Hidangan berbahan dasar ayam kampung ini terkenal dengan kuah santan kental bercita rasa gurih pedas dan aroma ayam bakar yang wangi.
Sekilas mirip opor, namun ayam lodho punya karakter lebih kuat berkat bumbu Nusantara dan proses masak khas yang menjadikannya hidangan istimewa. Tak hanya memanjakan lidah, ayam lodho juga sarat makna budaya.
Sejak masa lalu, sajian ini selalu hadir dalam slametan, tasyakuran, hingga pesta pernikahan sebagai simbol syukur dan keberkahan. Kini, ayam lodho tak hanya dinikmati masyarakat Tulungagung dan Trenggalek, tetapi juga menjadi daya tarik wisata kuliner yang kian dikenal luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah dan Filosofi Ayam Lodho
Ayam lodho adalah kuliner khas dari wilayah Mataraman, khususnya Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek. Hidangan ini bukan sekadar santapan lezat, tetapi juga simbol spiritual dan budaya masyarakat Jawa.
Nama "lodho" dalam bahasa Jawa memiliki makna ganda, yaitu "lembut", menggambarkan tekstur ayam yang empuk setelah dimasak lama, dan "masakan gurih dari santan kental", yang mencerminkan cita rasa khasnya.
Sejak zaman Majapahit, ayam lodho selalu hadir dalam upacara adat, seperti slametan, tasyakuran, hingga ritual nelayan "njangkar" yang digelar sebulan sekali. Hidangan ini disajikan sebagai simbol syukur dan harapan akan keberkahan.
Selain upacara adat, ayam lodho juga menjadi sajian dalam syukuran panen, pesta pernikahan, hingga tradisi selamatan bayi. Nilai budaya ini menegaskan kedekatan masyarakat Jawa dengan ayam, hewan yang mudah dipelihara dan kaya gizi.
Ditetapkan WBTB
Ayam lodho tidak hanya dikenal karena cita rasanya yang khas, tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Pada tahun 2016, hidangan ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia melalui SK Nomor 244/P/2016.
Penetapan ini mengakui lodho sebagai bagian dari kekayaan budaya Jawa Timur yang masuk dalam domain Kemahiran dan Kerajinan Tradisional, menunjukkan proses pengolahan dan penyajian ayam lodho merupakan keterampilan turun-temurun yang layak dilestarikan.
Dengan pengakuan sebagai WBTB, ayam lodho mendapat perhatian lebih dalam pelestarian dan pengembangannya. Status ini tidak hanya mengangkat ayam lodho sebagai kuliner legendaris, tetapi simbol kearifan lokal dan identitas budaya masyarakat Trenggalek dan Tulungagung yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Proses Memasak dan Penyajian yang Unik
Rahasia kelezatan ayam lodho terletak pada bahan dan teknik memasaknya. Ayam kampung dibelah, dibentangkan dengan gapit bambu, lalu dipanggang di atas bara hingga kecokelatan.
Setelah setengah matang, ayam direbus dalam kuah santan kental yang kaya rempah-ketumbar, merica, kunyit, pala, daun salam, daun jeruk, dan cabai rawit, hingga bumbu meresap sempurna.
Perpaduan proses bakar dan rebus menciptakan tekstur daging yang padat, rasa gurih pedas, dan aroma bakar yang menggoda. Ayam lodho biasanya disajikan bersama sego gurih (nasi uduk santan) dan kulupan/urap (sayur parut kelapa pedas).
Kombinasi ayam lodho, nasi uduk, dan kulupan menghasilkan harmoni rasa gurih, pedas, dan segar berpadu dalam satu suapan, memanjakan lidah sekaligus memberikan pengalaman kuliner autentik khas Jawa Timur.
Perbedaan Ayam Lodho Tulungagung dan Trenggalek
Sekilas ayam lodho mirip opor ayam, namun bumbunya berbeda. Ayam lodho menggunakan merica dan pala yang tidak ditemukan pada opor, serta ayamnya wajib dipanggang terlebih dahulu. Warna kuning pedas pada lodho dihasilkan dari kunyit dan cabai merah, menciptakan rasa gurih pedas yang membedakannya dari opor.
Di Tulungagung, ayam lodho populer di Resto Sumber Rejeki milik Bu Hj Khasnan di Jalan Jayeng Kusuma. Restoran ini menyajikan paket prasmanan untuk 5-6 orang seharga sekitar Rp 100 ribu, berisi ayam lodho utuh, nasi gurih, lalapan, dan sambal.
Sementara di Trenggalek, ayam lodho berkembang menjadi ikon kuliner daerah. Warung-warung ternama seperti Ayam Lodho Pak Yusuf, Latina, dan Mekarsari selalu ramai pengunjung. Dinas Pariwisata merintis Kampung Lodho di Desa Kerjo, Kecamatan Karangan, untuk melestarikannya sekaligus menarik wisatawan.
Lebih dari sekadar hidangan, ayam lodho mencerminkan kedekatan masyarakat Jawa dengan ayam sebagai sumber gizi dan keberkahan hidup. Dengan cita rasa kuat, filosofi mendalam, dan daya tarik wisata, ayam lodho telah menjadi salah satu kuliner legendaris Jawa Timur yang terus hidup dan semakin dikenal luas.
(auh/irb)