Surabaya, sebagai ibu kota Jawa Timur, tidak hanya dikenal dengan sejarah dan budayanya yang kaya, tetapi juga sebagai surga kuliner yang menawarkan berbagai hidangan lezat. Salah satu masakan yang paling terkenal di kota ini adalah rawon, sup daging dengan kuah hitam pekat yang menggugah selera.
Rawon sudah ada sejak lebih dari 1.000 tahun. Hal ini diketahui dari Prasasti Taji yang ditulis Rakryan I Watu Tihang Pu Sanggramadurandara pada tahun 901, yang ditemukan di Ponorogo, dan menyebutkan nama Rarawwan. Prasasti yang terdiri dari tujuh lempeng tembaga itu ditemukan di Dukuh Taji, Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo pada tahun 1868.
Menurut penilaian dari ensiklopedia kuliner dunia Taste Atlas, rawon dinobatkan sebagai sup terenak di dunia. Hidangan ini menempati posisi pertama, mengalahkan ramen dari Jepang, Tom Kha Gai dari Thailand, serta berbagai sup dari negara lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari situs Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Probolinggo, rawon menjadi terkenal karena ciri khas yang membedakannya dari hidangan lain, yaitu warnanya yang hitam pekat dan rasanya yang gurih. Rawon bukan hanya sekadar makanan, tetapi bagian dari tradisi, budaya, dan keunikan rasa.
Salah satu faktor utama yang membuat rawon Surabaya berbeda adalah penggunaan bahan-bahan segar dan berkualitas. Pilihan jenis daging dalam rawon juga menambah kelezatan hidangan ini.
Daging sapi pilihan yang digunakan adalah bagian sandung lamur yang dipotong dadu dan dimasak hingga empuk. Sementara warna hitam rawon berasal dari campuran bumbu dasar dan kluwek yang ditumis, lalu dimasak bersamaan dengan kaldu dan potongan daging sapi.
Dilansir dari jurnal Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya berjudul Pengaruh Konsentrasi Kluwak (PangiumEdule Reinw) dan Lama Penyimpanan Bumbu Rawon Terhadap Total Bakteri, Kapang, dan Khamir, serta Aktivitas Penghambatan Terhadap Stapylococcus Aureus yang ditulis Rinda Feronika, kluwek merupakan salah satu jenis komponen yang ada pada bumbu rawon yang sangat menentukan cita rasa rawon.
Ciri khas rawon memang berasal dari bumbu rahasia yang terbuat dari kluwak, yang memberikan warna hitam pekat dan cita rasa khas. Kombinasi bumbu seperti bawang merah, bawang putih, jahe, dan rempah-rempah lainnya semakin memperkaya cita rasa sup ini.
Keunikan utama dari sepiring rawon adalah rasa kuahnya yang khas. Kuah pucung atau kluwek yang menjadi ciri khas rawon memberikan cita rasa unik di setiap mangkuknya. Rasa kuahnya yang unik membuat para pencinta kuliner selalu ingin mencicipinya.
Dalam jurnal Politeknik Pariwisata NHI Bandung berjudul Modernisasi Sajian Kuliner Khas Kota Surabaya Jawa Timur yang ditulis Haydar Marza Puspanegara, warna hitam khas rawon berasal dari kluwek, yang dalam budaya Ponorogo memiliki kaitan erat dengan unsur magis. Selain itu, cara penyajian
Rawon bisa disebut sebagai hidangan lengkap karena disajikan menggunakan pelengkap seperti telur asin, kecambah, serta sambal. Rawon juga disajikan dengan tambahan kerupuk dan nasi hangat sebagai pelengkap. Menu rawon bisa disajikan langsung dicampur nasi maupun terpisah.
Seiring dengan berkembangnya budaya kuliner di Indonesia, rawon Surabaya semakin dikenal di luar pulau Jawa karena rasa uniknya. Jadi, tidak heran jika menemukan warung rawon di luar Surabaya, bahkan luar kota. Namun, rawon khas Surabaya tetap menjadi andalan.
Kuah kaldu dan rempah-rempah dalam Rawon bisa menjadi makanan untuk meredakan demam karena kuah kaldu dan rempah-rempah di dalamnya. Inilah alasan mengapa banyak rumah sakit memberikan nasi rawon kepada pasien yang sedang dirawat.
Artikel ini ditulis oleh Sri Rahayu, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)