Ramadan telah tiba, bisa dipastikan Jalan Karang Menjangan Surabaya akan dipenuhi penjual takjil selama sebulan penuh. Berbagai kuliner untuk buka puasa dari bisa ditemui oleh para pemburu takjil di sini.
Pantauan detikJatim di lokasi, pedagang mulai memadati jalan yang berada di RSU Dr Soetomi Surabaya sejak pukul 15.00 WIB. Sejam berlalu, sekitar pukul 16.00 WIB, pemburu takjil mulai memenuhi Pasar Krempyeng atau dadakan tersebut.
Salah satu pedagang Martabak Mie khas Madura Rokhayah mengaku momen Ramadan merupakan berkah baginya. Sebab, dagangannya selalu laris manis dibeli pemburu takjil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama dengan pedagang lainnya, ia mulai membuka lapaknya sekitar pukul 15.00 WIB. Bahkan sudah ada ada pembeli yang menantinya. Dalam hitungan menit, gorengan khas Madura itu pun nyaris ludes.
"Alhamdulillah, cepet entek'e, iki maeng sektas bukak padahal, langsung resik (Alhamdulillah cepat habisnya. Ini tadi padahal baru buka, langsung bersih)," kata Rokhayah kepada detikJatim, Rabu (13/3/2024).
Untuk bahan dagangannya, setidaknya ia harus mempersiapkan sekitar 40 kg tepung terigu beserta bihun jagung, wortel, dan aneka bumbu pelengkap. Dari bahan itu, ia bisa membuat sekitar 120 martabak mie.
"Sepisan gawe iku 100 sampek 120 biji, mari masak langsung dibeber nak loyang, sek seger (Sekali buat bisa 100 sampai 120 biji, setelah dimasak langsung dipajang di loyang, jadi masih fresh)," imbuhnya.
![]() |
Untuk harganya, lanjut Rokhayah, sebiji martabak ia patok Rp 1 ribu. Meski demikian, ia mengkau sudah meraup untung sekitar 50 persen dari omzet per harinya.
"Dodole sewuan, saiki sing golek akehan arek sekolah, soale sek durung preian (Saya jual seribuan, sekarang pembeli yang banyak anak kuliahan, karena mereka belum libur)," ujarnya.
Selain martabak mi, ada sejumlah pedagang yang membuka stan dagangannya. Mulai dari lumpia, aneka kue basah, es buah, hingga urap-urap, sate ayam, dan sate-satean lainnya.
Tak ayal, pemburu takjil pun rela berdesakan. Bahkan, hingga mengantre sekitar 15 menit lamanya. Seperti halnya Reinawati. Pelajar asal Nganjuk, Jatim itu mengaku kerap berburu takjil untuk berbuka puasa.
Menurutnya, harga kuliner tak hanya murah, namun juga dekat dari indekos dan lebih banyak pilihan. "Dari kos dekat, murah-murah kok, kebanyakan dimasak di tempat, jadi masih hangat," ujar wanita berusia 22 tahun itu.
Bahkan, ia kerap merelakan diri membuka jastip atau jasa titip bagi sejumlah rekan kosnya. Sebab, mereka malas mengantre, berdesakan, dan lebih memilih tinggal di kamar masing-masing.
"Saya kebetulan menawarkan diri buat teman-teman kos juga, Mas. Misalnya ada yang titip sempol (sate ayam/daging lilit) 8 biji harga Rp 8 ribu, mereka kasih Rp 10 ribu, kembaliannya saya disuruh bawa, alhamdulillah bisa dapat rejeki juga," tuturnya.
Meski begitu, ia berharap para pedagang dan pengelola bisa lebih merapikan parkiran dan lokasi dagangannya. Supaya, bisa lebih rapi dan tidak mengganggu arus lalin.
(abq/fat)