Warga Blitar ini sengaja memakai merek Pemilu produk keripik ususnya. Nama yang tampil beda ini mampu mendongkrak penjualannya hingga mancanegara.
Adalah Edy Sudarmaji dengan kreativitasnya tidak mau menampilkan produk apa adanya. Bagi warga Jalan Enggano Kota Blitar ini, dengan produk sama, yakni keripik usus, harus punya point lebih dibandingkan produk serupa yang sudah menjamur di pasaran.
Dengan produk serupa, Edy tak berhenti melakukan analisa market agar produknya bisa mendapat celah bersaing dengan produk serupa yang lebih dulu hadir di pasaran. Akhirnya, pria berusia 38 tahun ini menemukan proses pengolahan keripik usus yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semua bahan diproses dalam kondisi kering. Jadi keripik usus digoreng kering, bumbu pedas juga diolah kering. Baru dicampur. Ternyata dengan proses seperti ini, bumbu bisa lebih meresap dan lumer di dalam mulut," ulas Edy kepada detikJatim, Kamis (3/8/2023).
Begitu komposisi rasa sudah didapat, Edy baru berpikir soal merek. Dari hasil salat Istikharahnya, dia mendapat ide produk kripik usus ini mengandung kata "pedasnya mbikin ngilu". Setelah berkonsultasi dengan seorang teman, akhirnya tercetuslah merek "Pemilu". Yang merupakan akronim dari pedasnya mbikin ngilu tadi.
"Kebetulan produk ini saya launching awal tahun 2019. Kebetulan juga pas momen Pemilu 2019 waktu itu. Sebenarnya bukan tematik sih, hanya kebetulan saja barengan momen Pemilu, jadi ini pas momennya," ujarnya.
![]() |
Kenapa pedasnya bikin ngilu, karena keripik usus ini punya tiga varian dengan tingkat kepedasannya sesuai level. Level 1 lanjutkan, seperti tagline Capres no 1 pada Pemilu 2019 lalu. Kemudian level 2 dengan tagline lebih baik. Dan level 3 dengan tagline lebih berani.
Dengan branding merek dikemas seperti itu, Edy mengaku produknya mendapat perhatian pasar. Apalagi, momentnya pas saat masa kampanye Pemilu 2019 sedang berlangsung. Dikemas dengan dominasi warna merah dan gambar ayam warna putih, keripik usus Pemilu langsung diserbu para politikus praktis yang terjun dalam kontestasi pesta demokrasi saat itu.
"Iya banyak caleg terutama ya, yang bawa produk saya saat kampanye. Tapi pascapemilu ternyata para pelanggan saya makin banyak. Alhamdulillah pernah kirim ke Taiwan dan Hongkong," aku Edy.
Dengan kapasitas produksi sebanyak 20 kg usus per hari, keripik usus Pemilu ini makin luas ceruk pasarnya. Edy sengaja mengemas produknya untuk kalangan menengah ke atas, dengan senantiasa menjaga kualitas produk dan packagingnya. Dengan berat bersih 70 gram, keripik usus Pemilu dibanderol seharga Rp 15 ribu.
Strategi marketing Edy tak meninggalkan konsep sedekah. Karena penjualan tiap hari Jumat akan mendapat bonus. Jadi beli 2 dapat 3. Nah saat inilah yang ditunggu-tunggu para karyawan kantor di Blitar dan sekitarnya. Seperti Santi yang menunggu hari Jumat untuk sekalian dipakai stok selama seminggu sampai Jumat pekan depan.
"Ini tadi beli empat bonusnya 2. Jadi dapat 6 deh. Saya sudah lama langganan keripik usus Pemilu ini. Cocok kalau buat camilan di kantor. Pedes gak bikin ngantuk. Istimewanya, pedesnya itu gak nyegrak (menyengat), jadi gak bikin keselek sampai yang nangis gitu," pungkas karyawati swasta sebuah kantor bimbingan belajar ini.
(hil/fat)