Warung Rujak Cingur'e Asmuni di Mojokerto sepi pembeli. Kadang omzetnya hanya Rp 10 ribu per hari dari penjualan kopi saja. Tapi di tengah kondisi itu, warung yang pernah berjaya pada era 90-an hingga awal 2000-an itu tetap buka.
"Kalau tutup, terus saya makan apa. Paling tidak ada lah sedikit-sedikit (pemasukan dari warung) gitu," kata putri tunggal Asmuni, Astria kepada detikJatim, Kamis (12/5/2022).
Lalu bagaimana cara keluarga tersebut bertahan hidup dengan penghasilan serbacupet seperti itu? Astria menyadari hidup ini tak selamanya di atas atau dalam kondisi bergelimang harta. Astria pun bersyukur pernah merasakan perekonomian keluarganya di posisi atas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah ya, kami pernah di atas. Kami pernah bantu orang, (jadi) ada saja bantuan datang. Dulur-dulur (saudara-saudara) yang dulu dibantu, teman-teman, tahu kondisi kami," ujarnya.
Perempuan kelahiran Surabaya ini mengaku penghasilan dari Warung Rujak Cingure Asmuni yang ia kelola bersama ibunya, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Di depot yang sekaligus jadi rumah itu, Astria tinggal bersama suami, dua anaknya, ibunya, juga istri teman ayahnya sesama anggota Srimulat, Wadino Bandempo. Sedangkan anak keduanya menjadi pramugari untuk membantu perekonomian keluarganya.
"Anak-anak itu jadi lebih mengerti. Anak saya nomor dua itu tidak mau kuliah, dia memilih kerja untuk membantu keluarga. Budal dadi (berangkat menjadi) pramugari," jelasnya.
Selain itu, lanjut Astria, suaminya juga masih mempunyai penghasilan dari profesinya sebagai broker atau makelar berlian. Meski tidak bisa dibilang penghasilan tetap.
"Suami saya broker berlian. Perantara dari tokonya ke pembeli. Dia yang jalan-jalan, dapat uang bensin, dapat ongkos. Kalau ada modal dibikin sendiri cincin-cincin kayak gitu, ditawarkan ke kantor-kantor, bisa nyicil. Sampai sekarang tagihannya masih ada, pemesan baru juga masih ada. Jadi, uangnya rolling gitu," terangnya.
Kehidupan keluarga Asmuni benar-benar sederhana. Astria sempat menunjukkan ponsel pribadinya yang ia beli dalam kondisi bekas seharga Rp 800 ribu. Uangnya dari menabung dan dibantu anak-anaknya.
![]() |
"Sekali lagi saya tidak mengeluh, saya enjoy di sini. Kalau ramai pasti senang, ya. Hidup itu kadang di atas, kadang di bawah. Kalau di atas terus capek lho. Allah SWT itu Maha Adil, itu saja," cetusnya.
Meski demikian, ia enggan pasrah dengan keadaan. Astria dan anak-anaknya memutar otak agar warung yang menjunjung nama besar mendiang ayahnya itu tetap eksis.
Salah satu caranya, ia sedang berupaya memasukkan menu yang ia sediakan di warung itu ke marketplace. Namun, selama ini upayanya belum berbuah hasil.
Astria juga berniat mengubah konsep Warung Rujak Cingur'e Asmuni di Mojokerto itu menjadi kekinian untuk menarik minat kaum milenial. Misalnya dengan menambah fasilitas book cafe, free wifi, atau persewaan laptop seperti warnet, juga TV besar untuk nobar.
Menu yang disajikan hendak ditambah dengan makanan kekinian seperti tahu krispi dan tahu telur dengan tetap mempertahankan menu lama. Namun, niatnya belum direstui ibunya.
"Harapannya ya (warung) lebih ramai pembeli, karena kami butuh uang. Saya tetap percaya banget Allah SWT masih akan ngasih kemudahan dari mana-mana. Walaupun bukan dari pembeli warung, dari mana saja ada bantuan. Misalnya tiba-tiba ada film Srimulat, dapat duit deh. Alhamdulillah," ujarnya.
Meski sepi pembeli, Warung Rujak Cingur'e Asmuni di jalan arteri Desa Jatipasar tetap buka setiap hari pukul 08.00-22.00 WIB. Depot itu dikelola Astria dan ibunya dibantu dua anaknya dan istri anggota Srimulat, Wadino Bandempo. Apalagi, depot tersebut masih menjadi sarana untuk menyalurkan hobi memasak.
Tak hanya itu, Astria hingga kini masih memegang teguh amanah ayahnya tentang depot yang didirikan ibunya sejak 1993 silam itu. Tentu, dengan niat dan ketulusan itu, tak ada 'hil yang mustahal'.
Tersedia menu rujak cingur dan ayam goreng penyet seharga Rp 20 ribu per porsi di depot itu. Juga soto daging, rawon, ayam bumbu rujak, krengsengan hati, krengsengan daging, juga empal penyet Rp 25 ribu per porsi.
Selain menikmati aneka menu masakan Jatim pengunjung juga bisa bernostalgia dengan sosok Asmuni dan Srimulat. Foto-foto semasa hidup pelawak itu terpajang di dinding depot.
(dpe/dte)