Riwayat Bakso Nuklir di Jombang yang Nikmatnya Terjaga Sejak 38 Tahun Silam

Riwayat Bakso Nuklir di Jombang yang Nikmatnya Terjaga Sejak 38 Tahun Silam

Enggran Eko Budianto - detikJatim
Sabtu, 12 Mar 2022 20:39 WIB
Bakso nuklir di Jombang
Bakso Nuklir Mojowarno Jombang. (Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim)
Jombang -

Bakso Nuklir menjadi salah satu kuliner kondang di Jombang karena rasanya yang nikmat dengan aroma menggugah selera. Tapi belum banyak yang tahu riwayat bakso yang cita rasanya tetap terjaga sejak 1984 silam ini.

Lahir di Desa Mojowarno, Kecamatan Mojowarno, Jombang Bakso Nuklir telah ada sejak 38 tahun silam. Bakso buatan Tedjo Sumarto (65) itu terasa nikmat dengan tekstur kenyal karena berbahan daging berkualitas.

Kuahnya juga gurih dan menggugah selera. Terlebih lagi, harganya terjangkau, hanya Rp 12.000 per mangkuk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami pakai daging sapi yang bagus. Kalau ada teman makan, di sebelahnya tidak makan, aromanya (bakso dan kuah) keluar pasti kepingin. Ciri khas Bakso Nuklir bisa ditiru namanya, tapi tidak bisa ditiru kualitas rasanya," kata Tedjo Pemilik Warung Bakso Nuklir di Jalan Merdeka nomor 101, Desa/Kecamatan Mojowarno kepada detikJatim, Sabtu (12/3/2022).

Bakso nuklir di JombangBakso nuklir di Jombang Foto: Enggran Eko Budianto

Oleh sebab itu, Warung Bakso Nuklir milik Tedjo tak pernah sepi pembeli. Hari-hari biasa, ia mampu menjual 600-800 mangkuk dengan omzet Rp 8-10 juta per hari. Sedangkan di akhir pekan, penjualannya mencapai 1.200 mangkuk dengan omzet Rp 17-18 juta per hari.

ADVERTISEMENT

"Kalau Sabtu dan Minggu kami menyembelih satu ekor sapi setiap hari. Sedangkan hari biasa satu ekor sapi untuk 2-3 hari," ujarnya.

Warung Bakso Nuklir ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Tedjo dibantu 15 karyawannya untuk mengelola warung di sebelah selatan RSK Mojowarno. Bapak anak satu ini harus mengeluarkan Rp 30 juta per bulan untuk menggaji pekerjanya.

"Saat ini saya hanya mengontrol kualitasnya saja. Semua dikelola anak saya. Juga diawasi Dinas Kesehatan, kami tidak memakai bahan pengawet," ungkapnya.

Bakso nuklir di JombangBakso nuklir di Jombang Foto: Enggran Eko Budianto

Tedjo ternyata membuka 5 cabang Bakso Nuklir. Di Jalan Cukir-Mojowarno, Jalan KH Wahid Hasyim, Pasar Mojoagung, Ploso, dan Pare, Kediri. Bakso, mi, dan pangsit goreng untuk cabang itu disuplai dari warung pusat. Masing-masing warung cabang hanya membuat kuah sendiri setelah mendapat pelatihan dari Tedjo. "Cabang Ploso dan Pare tutup sementara karena COVID-19," cetusnya.

Nama besar Bakso Nuklir tak lepas dari perjuangan Tedjo sejak 38 tahun silam. Ia memulai bisnisnya sejak 1984. Kala itu Tedjo menjajakan bakso buatannya berkeliling ke kampung-kampung menggunakan becak. "Tahun 1984, sehari penghasilan saya Rp 4.000 plus modal," jelasnya.

Satu tahun kemudian, Tedjo berdagang bakso menggunakan gerobak. Ia biasa mangkal di pinggir jalan di depan RSK Mojowarno. Namun, tahun 1991, pemerintah melarangnya berjualan di pinggir jalan. Sehingga ia menyewa sebuah rumah di depan lapangan Mojowarno, atau di sebelah selatan RSK Mojowarno.

"Tahun 1990-1991 terjadi perang antara Irak dengan Kuwait yang dipermasalahkan adalah nuklir. Nah, karena saya ingin bakso saya dikenal banyak orang, saya namai Bakso Nuklir," ungkapnya.

Perlahan tapi pasti, nama Bakso Nuklir banyak dikenal masyarakat. Bisnis Tedjo pun terus berkembang. Sehingga ia mampu membeli rumah yang ia sewa tahun 1997. Sampai saat ini, rumah tersebut ia tempat menjadi Warung Bakso Nuklir.

Bagi warga Jombang, menyantap Bakso Nuklir tak sekadar untuk memanjakan lidah. Tapi juga melepas rindu dan bernostalgia dengan masa kecil. Seperti yang dilakukan Novita Eki Wardani (40), warga Kecamatan Mojowarno.

"Sejak kecil saya makan Bakso Nuklir. Rasanya memang beda, mulai dari pentolnya, kuahnya. Bagi saya ini recommended untuk masyarakat," tandasnya.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads