Perpaduan nasi hangat dengan olahan lauk kering, lalapan segar, dan sambal biasanya berhasil menggoda lidah. Di Ponorogo, ada sajian nasi dengan babat goreng atau Sego Babat yang kerap diburu pecinta kuliner.
Sego sendiri dalam bahasa Jawa, artinya nasi. Sedangkan babat merupakan salah satu jeroan sapi, yakni dinding lambung dengan tekstur kenyal.
Kuliner itu dapat ditemukan di Jalan Suromenggolo, tepatnya di Warung Mbok Soe. Sang pemilik pun menceritakan ide di balik kuliner tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena hobi saya kulineran, saya tercetus ide membuat Sego Babat. Setelah kami coba jual, ternyata lidah masyarakat Ponorogo bisa menerima," tutur Pemilik Warung Mbok Soe, Hilda kepada detikJatim, Sabtu (5/3/2022).
Ada beragam menu lauk yang dijual di sana. Namun, yang paling favorit adalah menu nasi hangat dengan lauk jerohan sapi. Seperti babat, iso atau usus, paru, dan lain-lain. Menu itu dipadukan dengan lalapan dan sambal.
"Sambelnya bisa pilih, mau sambel bajak, sambel ijo, sambel korek, atau sambel matah. Harganya Rp 10 ribu per porsi," kata ibu 1 anak itu.
Sego babat Mbok Soe ini mengusung konsep makanan tradisional. Pengunjung bisa mengambil dan mengisi ulang sendiri makanan dan minumannya.
"Cuma harus dihabiskan, kalau nggak habis ada dendanya Rp 10 ribu," tandas Hilda.
Sejak setahun terakhir, penggemar kuliner di warung tersebut selalu meningkat. Setiap harinya, tak kurang 100 hingga 150 porsi laku terjual dari rumah makan itu.
"Warung ini buka mulai jam 09.00 sampai 21.00, tutup hari Senin tiap 2 minggu sekali," papar Hilda.
Rumah makan ini juga mengusung konsep sedekah. Tiap Senin-Kamis, mereka menggratiskan biaya makan bagi pelanggan yang berbuka puasa. Caranya dengan memberitahu kasir jika sedang berpuasa.
"Kami tiap Jumat juga rutin memberi 100 porsi nasi lengkap dengan lauknya ke berbagai panti asuhan di Ponorogo," tandas alumnus Universitas Brawijaya itu.
Saat awal membuka warung, Hilda sempat mengalami kendala manajemen waktu. Sebba, dirinya juga berprofesi sebagai anggota Satpol PP. Seiring berjalannya waktu, Hilda bisa memecahkan masalah tersebut.
"Sejauh ini bisa diatasi dengan aman tanpa mengganggu kewajiban saya sebagai Satpol PP. Sebab, kami ada Person in Charge (PIC) masing-masing yang ada dalam SOP," imbuh Hilda.
Nama Mbok Soe sendiri diambil dari Mbok yang berarti sebutan ibu dalam bahasa Jawa. Serta Soe yang berarti paling.
"Akhirnya mengambil nama warung Mbok Soe," pungkasnya.
(hse/fat)