Dentista Queena Arfiyanti, siswi SMPN 1 Kota Madiun tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Gadis yang mendapat julukan Ratu Matematika itu bakal berangkat ke Jepang pada Juni nanti.
Julukan Ratu Matematika sendiri diberikan oleh Pemkot Madiun. Ini tak terlepas dari prestasi Dentista yang kerap menjuarai kompetisi matematika.
"Alhamdulillah pasti senang (dapat julukan ratu Matematika). Senang juga dapat beasiswa untuk belajar ke Jepang," kata Dentista ditemui detikJatim di rumahnya, Kamis (9/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siswi kelas 8 SMP itu awalnya tidak percaya dirinya mendapatkan julukan Ratu Matematika. Baginya, julukan Ratu Matematika itu adalah sebuah kebanggaan.
"Senang pastinya karena bisa dapat julukan tersendiri, apalagi julukan dari hal yang saya sukai. Awalnya ya tidak nyangka karena punya julukan sendiri, tapi setelah itu yakin bahwa saya bisa mempertahankan julukannya," jelas Dentista.
Dentista bercerita bahwa beasiswa yang ia dapat bernama Maesa Homestay Program 2024. Keberangkatanya ke Jepang didanai dari CSR perusahaan yang berkantor induk di Ponorogo.
Program tersebut sudah berjalan dua kali. Namun, sempat terhenti karena pandemi COVID-19 dan kembali berjalan tahun ini.
"Sebenarnya dari Maesa sudah sosialisasi ke beberapa sekolah. Tetapi saya malah tahunya dari temen dan waktunya sudah mepet," ungkap gadis berusia 14 tahun tersebut.
Dentista bakal berangkat ke Jepang pada 21 Juni 2024 dan kembali ke Tanah Air pada 30 Juni 2024. Dia berangkat bersama siswa-siswa lain asal Ponorogo dan Madiun. Di Negeri Sakura, mereka akan tinggal bersama orang tua asuh.
"Tidak boleh bawa bekal. Nanti ada dua teman dari Madiun dan tiga dari Ponorogo yang lolos untuk ke Jepang berangkat 21 Juni 2024," ucap Dentista.
"Katanya nanti ada kunjungan ke beberapa tempat. Ada kunjungan ke wisata budaya, pertanian dan sampai merasakan kegiatan di sekolah,''sambungnya.
Sementara itu Kus Ariwijayanti (50), ibunda Dentista mengungkapkan bahwa beasiswa Maesa Homestay Program 2024 terdapat 20 besar peserta.
"Sepuluh peserta dari Kota Madiun dan sepuluh dari Ponorogo. Peserta yang lolos kemudian diminta membuat video perkenalan untuk dikirimkan kepada Maesa," papar Ari.
"Kalau yang mendaftar berapanya tidak diinfokan ya. Tetapi mestinya banyak, karena yang 2019 dulu saja katanya ada 400-an orang," lanjutnya.
Ari menambahkan, Dentista akan membaur dengan budaya dan keseharian keluarga asli di Jepang. Di sana Dentista tidak bisa memilih. Keluarga asuhnya di Jepang sudah ditentukan dari panitia program beasiswa tersebut.
"Kita tidak boleh kasih uang saku, oleh-oleh juga tidak boleh. Orang tua hanya berdoa yang terbaik untuk anaknya," tandas Ari.
(irb/dte)