Maxmilliant Justyn Gunawan merupakan seorang pelajar di Surabaya. Ia memiliki segudang prestasi di tingkat nasional dan internasional.
Max saat ini duduk di kelas 10 Xin Zhong School Surabaya. Ia mulai menunjukkan prestasinya sejak usia 6 tahun.
Menurut Max, ada lebih dari 20 prestasi yang telah ia raih sejak tahun 2014. Mulai dari tingkat nasional hingga internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2014, Max menjuarai Science Award Quiz. Tahun 2016, ia menjuarai Robotics Learning, Science Award dan English Competition.
Di tahun berikutnya, Max membawa pulang 6 gelar juara. Ada science dan math, coding starter, juara 3 spelling bee, juara 1 olimpiade bahasa Inggris, juara 2 olimpiade matematika dan juara 2 olimpiade sains.
"Tahun 2018 juara science dan math, lomba syair anak berbahasa Tionghoa. Tahun 2019 speak up's, english festival, juara 1 reportase kegiatan bulan bahasa, WSC Junior Division 2019 hingga Tournament of Champion di Yale University. Tahun 2021 Hippo, Science Secondary. Dan tahun 2022 Swipe 2022 (champion debate competition dan best speaker debate), juara 3 speech," kata Max kepada detikJatim, Sabtu (18/11/2023).
Terbaru, Max memborong gelar juara dalam satu kompetisi yakni World Scholars Cup 2023. Dalam kompetisi ini, ia mengikuti empat lomba yakni Scholar's Challenge, Collaborative Writing, The Team Debate, dan Scholar's Bowl.
Dari empat lomba tersebut, ada enam kegiatan akademik. Yakni sejarah, ilmu sosial, seni dan musik, sastra dan media, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta bidang khusus.
Selain empat lomba, Max juga mengikuti kegiatan non-kompetitif. Seperti scavenger hunts yang bersifat sosial dan akademik.
"Ada tiga tahapan yang saya lalui pada perlombaan World Scholars Cup 2023 - Senior Division. Yaitu Surabaya Regional Round, Bangkok Global Round dan Tournament Of Champions di Yale University Amerika Serikat," ujar pelajar kelahiran Surabaya, 7 Juli 2008 ini.
Prestasi yang diperoleh pada World Scholars Cup 2023 yakni 3 tropi. Ada TOP 4th for Overall Champions Teams from Indonesia, TOP 19th for Overall Champions Teams in the World, TOP 9th for INDIVIDUAL Challenge Champions, dan TOP 10th for Scholar's Team Challenge Champions.
Kemudian ada 14 medali emas. Yaitu Gold Medalist for TOP 9th INDIVIDUAL Challenge Champions, Gold Medalist for TOP 22nd Overall Champion INDIVIDUAL Scholars in the World, Gold Medalist for Individual Debate Champions, Gold Medalist for Individual Writing Champions, Gold Medalist for Literature & Media, Gold Medalist for History, Gold Medalist for Science & Technology.
Lalu ada Gold Medalist for Special Area, Gold Medalist for Social Studies, Gold Medalist for TOP 4th Overall Champions Teams from Indonesia, Gold Medalist for TOP 10th Scholar's Team Challenge Champions, Gold Medalist for TOP 19th Overall Champions Teams in the World, Gold Medalist Team Debate Champions dan Gold Medalist for Scholar's Team Bowl Champions. Serta ada satu medali perak, yakni Silver Medalist for Art & Music.
"Orang tua saya selalu berusaha menjadi orang yang terdekat bagi anak-anaknya. Orang tua menjadi role model bagi anaknya dengan menunjukkan semangat belajar yang berkelanjutan dan diharapkan menjadikan referensi anak-anaknya untuk menjalani kehidupan di masa mendatang. Orang tua menjadi fasilitator dan sumber ilmu dan pengetahuan agar dapat menjelaskan keingintahuan anak," jelasnya.
Memiliki segudang prestasi sejak usia 6 tahun, Max ingin terus membawa nama Indonesia di kancah dunia. Tentunya sebagai salah satu generasi muda yang mewujudkan generasi emas Indonesia.
"Harapan saya sebagai generasi muda penerus peradaban bangsa bisa berkontribusi membawa nama Indonesia di kancah internasional, dan mewujudkan generasi emas Indonesia di tahun 2045," ujarnya.
Ayah Max, Dr Teng Junaidi Gunawan ST MIMS MH mengatakan baginya yang terpenting sebagai orang tua adalah selalu meminta petunjuk dan restu, serta dukungan Tuhan yang Maha Kuasa dalam setiap langkah hidupnya.
Menurutnya, tugas utamanya sebagai orang tua Max dalam hal pendidikan adalah sebagai peletak pondasi dasar. Tugas sebagai orang tua dalam mendidik anak dengan menjadi suri teladan yang baik. Sebagaimana prinsip yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo.
"Dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik sehingga menjadi karakter yang mulia. Kami sebagai orang tua memahami bahwa pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia dengan memberikan pendidikan dan pengalaman sejak dini untuk mewujudkan generasi emas yang sesungguhnya. Yakni sebagai generasi yang tidak saja cerdas, kompeten, memiliki kemampuan kompetitif, tetapi yang lebih penting lagi adalah memiliki karakter kemanusiaan, kebangsaan dan taat kepada Tuhan," pungkas Teng.
Simak Video "Video: Pelajar di Surabaya Tabrak Pemotor yang Berhenti hingga Tewas"
[Gambas:Video 20detik]
(sun/iwd)