Cerita Pemuda Pamekasan Raih Beasiswa Kuliah S2 di AS Setelah 7 Kali Gagal

Cerita Pemuda Pamekasan Raih Beasiswa Kuliah S2 di AS Setelah 7 Kali Gagal

Tim detikJatim - detikJatim
Minggu, 24 Jul 2022 16:41 WIB
pemuda berprestasi
Ucok saat di Amerika Serikat (Foto: Dok.Pribadi)
Surabaya -

Siapa bilang lulus tak tepat waktu, IPK tidak cumlaude, dan kemampuan Bahasa Inggris pas-pasan tidak bisa kuliah di luar negeri? Seorang pemuda Pamekasan berhasil membuktikan bahwa semua itu hanya mitos jika mau berusaha.

Dia adalah Parlaungan Iffah Nasution, pemuda berdarah Batak yang tinggal di Madura. Pria yang akrab disapa Ucok ini baru saja mendapat beasiswa Fullbright yang diberikan yayasan American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) untuk kuliah jenjang master atau S2.

"Iya, kebetulan jurusan yang aku ambil adalah Master of Public Administration with a specialization in Nonprofit Management di Georgia State University," kata Ucok kepada detikJatim, Minggu (24/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

pemuda berprestasiUcok saat di Amerika Serikat Foto: Dok.Pribadi

ADVERTISEMENT

Dia pun bercerita bahwa sewaktu kuliah S1, dia tidak bisa lulus tepat waktu. Serta tidak mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) cumlaude.

"Saya S1 angkatan 2014, lulus 2019, jadi lama kuliahnya 4,5 tahun. IPK juga 3,3 saja," ucap pria yang besar di Pamekasan ini.

Perjuangan Mendapat Beasiswa dan Kuliah di Luar Negeri

Setelah lulus S1, dia langsung bertekad untuk melanjutkan jenjang S2 di luar negeri. Namun, Ucok mengaku memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang pas-pasan saat lulus. Hal itu membuatnya harus berusaha keras untuk mencapai skor yang menjadi syarat beasiswa.

"Memang saya sangat struggling (berjuang) untuk hal ini. Karena sangat ingin S2 di luar negeri dan dapat beasiswa, jadinya saya ikut bimbingan Bahasa Inggris di Pare, Kediri selama 6 bulan," tutur alumnus jurusan Administrasi Negara Universitas Airlangga (Unair) itu.

"Setelah itu tes pertama kali, hasilnya nggak memuaskan sama sekali. Total ada 6 kali tes Bahasa Inggris yang saja jalani. Yakni 2 kali IELTS, 4 kali TOEFL iBT, baru dapet hasil yang memuaskan," imbuh dia.

Perjuangan belum berakhir sampai di situ. Setelah mendapat hasil kemampuan Bahasa Inggris yang diinginkan, Ucok masih harus berusaha untuk mendapat beasiswa. Total ada 8 jenis beasiswa yang dicoba.

"Dari 2019 sudah coba-coba, mulai dari beasiswa pemerintah Indonesia sampai lembaga di luar negeri seperti Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Alhamdulillah rejekinya dapat di Amerika Serikat pada percobaan ke-8," papar pria yang baru melepas masa lajangnya pada akhir 2021 ini.

Ingin Kembali ke Pamekasan, Besarkan Yayasan Nonprofit

Salah satu motivasi Ucok untuk berkuliah di luar negeri adalah ingin kembali mengabdi di kampung halamannya, Pamekasan, Madura. Di sana, dia dan sang ayah telah mendirikan yayasan nonprofit atau organisasi nirlaba yang berkecimpung di layanan sosial dan advokasi korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).

"Ketertarikan saya di bidang nonprofit sudah sejak 2019. Saya dan ayah mendirikan organisasi ini untuk layanan korban penyalahgunaan napza. Nantinya saya ingin kembangkan lembaga ini segera setelah saya pulang dari Amerika Serikat," papar Ucok.

Ucok pertama kali tertarik di bidang Nonprofit Management setelah mengikuti pertukaran pelajar di Amerika Serikat tahun 2019 lalu. Dia diajak berkunjung ke berbagai lembaga nonprofit di sana, lantas terinspirasi untuk mengembangkan hal serupa di Pamekasan.

pemuda berprestasiUcok saat di Amerika Serikat Foto: Dok.Pribadi

"Pengalaman tahun 2019 ini membuka mata saya di organisasi nonprofit. Kebetulan waktu itu saya juga berkunjung ke Georgia State University, tempat saya akan menimba ilmu untuk S2 dalam 2 tahun ke depan. Saya pun pilih Amerika Serikat karena di sini adalah kiblatnya lembaga nonprofit. Ini bisa saya jadikan contoh untuk mengembangkan yayasan saya di Pamekasan" tandas Vice Director Ghanation Foundation itu.

Di akhir wawancara, Ucok pun berpesan agar pemuda yang memiliki IPK dan kemampuan Bahasa Inggris pas-pasan, namun ingin mendapat beasiswa ke luar negeri jangan berkecil hati. Sebab, selalu ada jalan untuk terus berusaha mendapat impian yang diinginkan.

Halaman 2 dari 2
(hse/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads