Kasus pembunuhan hingga mutilasi yang dilakukan Alvi Maulana (24) warga Sumatra Utara terhadap Tiara Angelina Saraswati (25) warga Lamongan menghebohkan masyarakat Lidah Wetan, Surabaya. Khususnya, para penghuni kos yang selama ini menjadi tetangga Alvi selama tinggal di rumah kos Lidah Wetan RT 1 RW 1, Lidah Wetan, Surabaya.
Banyak masyarakat yang berpendapat, para penghuni kos akan berpindah tempat untuk meninggalkan rumah kos tersebut usai terjadinya mutilasi. Sebab, kosan yang telah menjadi tempat mutilasi akan banyak menimbulkan kesan horor.
Namun, saat detikJatim mendatangi rumah kos tersebut, semua penghuni kos dari kamar 1 hingga 6 masih tinggal di rumah kos tersebut. Hal itu juga dibenarkan Budi, pemilik kos.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai saat ini semua penghuni kos masih belum ada yang pamit untuk keluar. Jadi semua masih tinggal di sana," kata Budi kepada detikJatim, Kamis (18/9/2025).
Budi mengatakan, pihaknya juga tidak mempermasalahkan jika para penghuni hendak berpindah kos. Sebab, hal itu menjadi hak bagi para penghuni kos.
"Kita tidak memaksa untuk tetap tinggal. Tapi kalau mau pindah nggih ndak apa-apa. Tapi sampai saat ini tidak ada yang konfirmasi pindah atau akan pindah," tambahnya.
Sementara itu, Ifa salah satu tetangga yang berada di kanan kamar kos Alvi mengatakan, setelah tragedi tersebut pihaknya tidak pernah ada hal-hal aneh yang terjadi. Ia juga tidak pernah mendengar hal mencurigakan atau hal-hal horor lainnya dari kamar Alvi.
"Tidak ada apa-apa. Selama ini aman-aman saja, jadi kenapa saya harus pindah. Di sini murah dan sudah nyaman," katanya.
Tak hanya Ifa, Heri penghuni kos lainnya juga lebih memilih bertahan. Selain harga yang murah Yakni Rp 450 ribu per bulan, ia selama ini sudah tinggal di sana cukup lama.
"Sudah berapa lama saya lupa. Cuma di sini sudah nyaman, murah juga. Jadi kenapa harus pindah," kata Heri.
Menurut Heri, setelah kejadian mutilasi tersebut, para penghuni kos lainnya tidak pernah menceritakan hal-hal yang mistis maupun horor. Menurutnya selama memiliki perasaan baik dan tidak pernah mengganggu maka ia memiliki keyakinan tidak akan diganggu.
"Semua itu tergantung perasaan orang masing-masing. Kalau punya perasaan takut ya semua bisa jadi menakutkan. Toh kita juga gak pernah mengganggu pelaku atau korban semasa hidupnya. Jadi kenapa saya harus takut atau bahkan sampai pindah," tuturnya.
(irb/hil)