Lima anggota gangster di Gresik yang hendak tawuran dan balap liar tak jadi ditahan. Namun mereka hanya dikenakan wajib lapor atas kepemilikan senjata tajam.
Kelima anggota gangster itu datang ke Polres Gresik didampingi orang tuanya mulai pukul 17.00 WIB. Mereka membuat surat pernyataan agar anak-anaknya tidak lagi terlibat kelompok gangster yang selama ini meresahkan masyarakat.
Ditemui sesaat sebelum menjalani pemeriksaan, RO menceritakan dirinya tergabung dalam Gangster bernama War Boy. Remaja 15 tahun asal Gresik itu mengaku ikut-ikutan gabung anggota gangster tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Baru 2 bulan ini gabung War Boy. Saya ingin punya bangak teman akrab. Karena sejak kecil sendirian, karena orang tua berpisah," kata RO kepada detikJatim, di Polres Gresik, Senin (9/9/2024).
RO menambahkan awalnya ia mendapat ajakan dari rekannya untuk bergabung dalam sebuah kelompok. Dengan syarat membeli kaos bertuliskan nama Gangster sebagai syarat bergabung.
"Banyak teman dari berbagai sekolah. Seru dan asik karena sering membuat konten sangar," tambah remaja yang masih duduk dibangku SMP ini.
Konten yang disebut RO merupakan konten anggota gangster yang negatif. Mulai pamer senjata, minum miras, hingga konvoi bermotor dengan menenteng senjata tajam.
"Aktivitas biasanya ngopi, minum miras. Seringnya itu kumpul ngopi saja. Biasanya kumpul di sekitar KIG, atau warung sekitar GKB," bebernya.
Namun, dia tidak menyangka bahwa keseruan tersebut kerap memancing perselisihan dengan kelompok lainnya. Hingga akhirnya terlibat saling ejek di media sosial. Demi menjaga gengsi, rekan-rekan kelompoknya pun kerap terpancing emosi.
"Sering mendapat tawaran untuk ngonten bareng. Istilah berduel diatas motor menggunakan senjata tajam. Nanti janjian ketemuan di lokasi dan waktu yang ditentukan," terangnya.
Aksi duel tersebut rupanya memiliki aturan tersendiri, dengan menyesuaikan dengan jumlah personil yang terlibat. Bahkan jika salah satu pihak terjatuh dari motor, maka dianggap kalah. Namun tidak jarang pula aksi anarkis tersebut diluar kendali.
"Karena saling melindungi, bahkan saling berbalas karena dendam. Biasanya karena sering mengejek orang tua hingga sekolah," ungkapnya.
Ditempat yang sama, DK pemimpin Gangster Remaja Mbledos juga menceritakan kisah serupa.
Dia menyampaikan bahwa terdapat banyak kelompok di Kabupaten Gresik. Bahkan, hampir di setiap kecamatan.
"Seperti komunitas pada umumnya, kami hanya kumpul biasa. Jarangsekali terlibat tawuran jika tidak diganggu. Kalau ada tantangan kita baru turun," ungkap remaja 16 tahun itu.
Sialnya, siswa SMK asal Kecamatan Menganti itu mengaku kerap diusik oleh kelompok lainnya. Khususnya anak muda yang tergabung dalam kelompok All Star.
"Paling sering sering konten (tawuran) dengan kelompok All Star. Karena banyak anggotanya yang sering bikin gara-gara," ujarnya.
Kondisi tersebut yang membuat aksi bentrok tidak terhindarkan, dengan dalih gengsi dan harga diri. Terutama ketika menghina keluarga, teman, tempat sekolah atau nama Gangster.
"Mereka sering bikin ulah. Kadang mendatangi warung tempat kita kumpul dengan membawa senjata tajam. Sehingga hal itu membuat aksi balas dendam dan terus menerus terjadi. ," bebernya.
Saat disinggung tentang keterlibatan dalam kelompok gengster, DK mengaku bimbang. Pasalnya, dia kerap menjadi korban bullying di sekolah. Baik oleh rekan-rekannya maupun kakak kelasnya.
"Jujur saya lebih berani melawan setelah bergabung dengan kelompok. Namun, jika sampai bermasalah hukum saya juga menyesal," ungkapnya.
Para remaja yang diamankan itu membuat para orang tua resah dan kecewa. Mereka tidak menyangka putranya terlibat kelompok gengster.
"Sudah sering saya ingatkan, jangan berulah. Namun tetap saja ikut pengaruh rekan-rekannya," keluh RR, salah satu orang tua.
Dia bercerita bahwa putranya kerap keluar rumah hingga menjelang pagi. Khususnya saat hari libur sekolah. Tidak jarang pula mendapat laporan bolos sekolah karena terpengaruh rekan-rekannya.
"Ada baiknya diperiksa polisi agar kapok. Sehingga anak saya tidak mengulangi lagi," bebernya.
(abq/iwd)