Seni Lukis Bikin Napi Pembunuh Model Ini Jadi Ikhlas Dipenjara Seumur Hidup

Seni Lukis Bikin Napi Pembunuh Model Ini Jadi Ikhlas Dipenjara Seumur Hidup

Suparno - detikJatim
Minggu, 05 Mei 2024 18:13 WIB
Yunanda, narapidana pembunuhan berencana yang mengaku ikhlas menjalani hukuman seumur hidup usai melukis.
Yunanda, narapidana pembunuh model yang mengaku ikhlas menjalani hukuman seumur hidup usai melukis. (Foto: Suparno/detikJatim)
Sidoarjo -

Melukis menjadi katarsis bagi Yunanda Bagus Putra (36), pria asal Karangbong, Gedangan, Sidoarjo. Narapidana pembunuhan berencana di Lapas Kelas I Surabaya atau Lapas Porong itu akhirnya bisa ikhlas menjalani hukuman seumur hidup yang harus dia jalani setelah menekuni kegiatan melukis.

Yunanda kini tidak hanya melukis untuk dirinya sendiri. Dia juga mengajarkan cara menggoreskan cat di atas kanvas dengan kuas agar menjadi gambar bernilai seni kepada narapidana lain.

Sebelas tahun silam Yunanda telah mengeluarkan sisi terkeji dirinya. Dia bersama bersama Restu Eka Brianti Tasari, perempuan yang diduga selingkuhannya dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan berencana seorang model sekaligus mahasiswi tata busana perguruan swasta di Surabaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya itu, dalam sidang perkara pembunuhan itu hakim menyatakan bahwa Yunanda divonis penjara seumur hidup karena selain melakukan pembunuhan berencana juga menyetubuhi jenazah korban atau yang kerap disebut nekrofilia.

Yunanda dijebloskan ke Lapas Porong sejak 2015. Sembilan tahun menjalani hukuman di sana, dia mengaku sangat menyesali perbuatannya dan telah ikhlas menjalani masa hukuman seumur hidupnya setelah menjalani hobi yang dia tekuni sebelum dipenjara, yakni melukis dan membuat relief.

ADVERTISEMENT

"Awalnya masuk Lapas itu sangat sedih. Semua mimpi dan masa depan terasa hancur. Namun kesedihan itu saya obati. Saya harus bisa bermanfaat bagi orang lain," kata Yunanda saat ditemui detikJatim di Lapas Porong, Minggu (5/5/2024).

Karena merasa memiliki keahlian di bidang seni, dia mengajukan kepada pihak lapas agar bisa berbagi ilmu melukis kepada sesama Napi di sana. Pihak Lapas pun menyetujui dan memberikan sarana dan prasarana.

"Alhamdulillah, pihak Lapas mengizinkan saya berbagi ilmu seni ke napi yang lain. Karena ini kegiatan positif, maka pihak lapas mendukung dan banyak napi yang ingin belajar melukis," kata Yunanda.

Yunanda, narapidana pembunuhan berencana yang mengaku ikhlas menjalani hukuman seumur hidup usai melukis.Yunanda, narapidana pembunuhan berencana yang mengaku ikhlas menjalani hukuman seumur hidup usai melukis (Foto: Suparno/detikJatim)

Yunanda pun menceritakan bagaimana dirinya berupaya mengenalkan lukisan yang bernilai seni. Mulanya dengan mengenalkan warna primer kepada napi yang tertarik untuk belajar, yakni warna merah, putih, hitam, biru, dan hijau. Lalu mengenalkan kepada mereka anatomi bentuk wajah dan teknik melukis.

"Melukis ini untuk kegiatan positif saja dan menyalurkan hobi saja. Semoga setelah kembali ke masyarakat tetap bisa berkarya. Selain melukis saya mengajarkan batik, relief, dan membuat taman," kata Yunanda.

Ya, Yunanda meyakini suatu saat nanti dia akan keluar dari penjara dan bisa kembali ke masyarakat dengan berharap ampunan dari presiden melalui grasi.

"Kami berharap bahwa ada grasi dari Bapak Presiden, biar bisa menjalani hidup yang sangat berguna kepada masyarakat," tandas Yunanda.

Syarifuddin, warga Pasuruan yang juga napi di lapas yang sama, mengakui dia sangat menikmati mengisi waktu di Lapas dengan melukis setelah belajar dari Yunanda.

"Untuk mengisi waktu di Lapas kami belajar melukis. Alhamdulillah baru menjalani 2 tahun (belajar) sudah bisa melukis. Berkat Mas Yunanda," ujar napi yang harus menjalani hukuman 12 tahun itu.

Syarifuddin yang telah menjalani masa hukumannya selama 4 tahun 2 bulan itu mengaku juga menyukai dunia lukis. Dia mengakui tidak mudah melukis di atas kanvas. Selain butuh keahlian juga butuh ketekunan dan imajinasi yang kuat untuk menciptakan lukisan yang bernilai seni tinggi.

"Saya melukis ini menuruti perasaan hati saja. Selain itu perlu imajinasi dan referensi yang banyak. Alhamdulillah ini hasil lukisannya lumayan bagus," kata Syarifuddin.

Setelah 2 tahun belajar melukis dari Yunanda, Syarifuddin mengambil hikmah bahwa sesulit apapun membuat lukisan yang indah dan bernilai seni tinggi di atas kanvas, tak lebih sulit dari menjalani kehidupan.

"Jika kita analogikan dalam kehidupan, dunia ini ibarat kanvas. Maka semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk melukis gambaran atau jalan hidupnya. Kita adalah pelukis yang ulung yang akan menikmati hasil lukisannya sendiri," ujarnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads