Duel maut melibatkan 2 anggota perguruan silat yang berbeda di Banyuwangi. Duel yang menewaskan salah satu pesilat itu menambah daftar penyimpangan kemampuan bela diri oleh anggota perguruan silat di Jawa Timur.
Seorang pemuda di Banyuwangi AYP (20) yang diketahui anggota perguruan silat Pagar Nusa tewas usai menerima tantangan duel oknum anggota perguruan silat Kera Sakti di daerah Tegaldlimo, Banyuwangi. Sejumlah perguruan silat yang belakangan telah bersepakat untuk saling menahan diri pun bereaksi.
Humas perguruan silat Pagar Nusa Rizky Alfian membenarkan terjadinya peristiwa yang menewaskan salah satu anggota perguruan silatnya, namun terkait kronologis lengkap pihaknya sedang melakukan pendalaman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang dia ketahui tentang peristiwa itu bahwa AYP meninggal di RS Blambangan setelah mendapatkan perawatan akibat muntah darah setelah dihajar oleh sejumlah oknum anggota persilatan.
"Hasil pemeriksaan di Rumah Sakit AYP ini mengalami banyak luka di bagian mulut yang memar-memar dan di bagian dada juga ada bekas pukulan atau akibat diinjak-injak itu," kata Rizky.
Peristiwa itu akhirnya memicu solidaritas Perguruan Pagar Nusa bukan hanya dari kabupaten Banyuwangi tetapi juga dari sejumlah daerah lain di sekitar Banyuwangi yang sengaja datang memakamkan jenazah AYP dan mendatangi Polresta Banyuwangi.
"Kejadian itu tersebar di grup-grup Pagar Nusa dan akhirnya solidaritas banyak yang hadir untuk takziah dan memakamkan AYP, selanjutnya ke Polresta Banyuwangi untuk menanyakan perihal kasus itu," kata Rizky.
Dari hasil musyawarah yang telah dilakukan, kata Rizky, pengurus Pagar Nusa Banyuwangi sepakat untuk meminta seluruh anggota perguruan agar menahan diri dan menjaga agar situasi di seluruh wilayah tetap kondusif.
"Karena ini sudah tersebar dan memicu berbagai reaksi, intinya semua harus menahan diri dan berkomitmen menjaga agar tetap kondusif. Itu juga hasil musyawarah dari lintas perguruan silat di Banyuwangi," ujar Rizky.
Sementara salah satu anggota perguruan Kera Sakti, Muhammad Lutfi Hakim mengaku tidak tahu kronologi peristiwa yang melibatkan oknum anggotanya. Namun, ia memastikan bahwa perguruan Kera Sakti maupun perguruan silat lainnya tidak mengajarkan hal-hal negatif.
"Kalau seseorang sudah menjadi warga, itu tidak bisa lepas status dia sebagai warga. Meski kami bertindak di luar sepengetahuan organisasi, kalau muncul miskomunikasi yang berdampak pada timbulnya gap (jarak) pasti yang dibaca latar belakang kelembagaan," terang Lurfi.
"Jadi sebaiknya warga menjaga marwah, menjaga sikap, karena saya yakin semua perguruan itu mengajarkan hal-hal yang baik," tambahnya.
Sebagaimana sikap perguruan pagar nusa, terkait peristiwa duel yang menewaskan seorang pesilat itu disikapi oleh perguruan Kera sakti dengan sikap kooperatif dan menahan diri serta mengikuti prosedur hukum yang berlaku.
(dpe/dte)