Wakasek Kesiswaan MTs Tarbiyatut Tholabah, M Fatih Taqiyudin mengatakan sepanjang yang ia ketahui, pada Selasa, Rabu, dan Kamis (22-24/8/2023) MHN masih mengikuti proses belajar mengajar seperti biasanya. Pada Kamis itu, tutur Fatih, pada jam pelajaran ke 7 dan 8, MHN mengeluh sakit sehingga oleh wali kelasnya korban diminta untuk istirahat di kamar pengurus.
"Karena MHN anak yang mukim sehingga istirahatnya di kamar pengurus dan tidak harus pulang. Itu sebatas kami dengar hingga mendengar MHN diketahui meninggal dunia," ujar Fatih kepada wartawan, Sabtu (26/8/2023).
Ketua Pondok Putra, Danang Eko Saputra membenarkan jika MHN diketahui meninggal pada Jumat (25/8) saat menjelang salat subuh. Saat dirawat di kamar pengurus juga sudah diberi obat.
"Ketika itu, saya membangunkan ternyata tidak merespons dan badannya sudah kaku sehingga saya bersama seorang pengurus pondok membawa ke dokter di Desa Kranji," ungkap Danang.
Dari hasil pemeriksaan dokter, baru dipastikan kalau MHN sudah meninggal MHN dibawa kembali ke Ponpes untuk sementara dan hasil musyawarah pengurus dan petunjuk pengasuh Ponpes, korban dibawa ke RS Suyudi. Usai membawa korban ke rumah sakit, Danang bersama wali kelas ke rumah orang tua siswa di Pambon, Brondong, Lamongan.
"Kepada orang tua korban, kami hanya menyampaikan kalau putra Pak Basuni ada di RS Suyudi," terangnya.
Danang memastikan tidak ada dugaan penganiayaan terhadap almarhum. Terakhir saat MHN mencuci baju bersama temannya juga tidak tidak ada masalah dan mereka mengaku sempat guyon.
Menurut Danang, pihaknya dan pengurus Ponpes tetap menyerahkan penanganannya pada polisi terkait kematian korban. Meski demikian, pihak pondok juga telah melakukan investigasi internal dan sejauh ini tidak ada dugaan yang mengarah ke penganiayaan.
Danang atas nama pengurus meminta maaf pada keluarga korban. Ia bersama sejumlah pengurus Ponpes juga turut hadir dalam pemakaman MHN. Sementara, hingga saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.
(dpe/iwd)