Surabaya -
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri melakukan operasi senyap penangkapan 3 terduga teroris di Jawa Timur. Mulanya Densus menangkap terduga teroris di Surabaya, kemudian di Banyuwangi, dan terakhir hari ini di Tulungagung.
Berdasarkan informasi yang didapat detikJatim, operasi senyap terakhir Densus 88 Antiteror Polri dilakukan di Tulungagung pada Minggu (4/6/2023) siang pukul 12.05 WIB. Pria bernama ES ditangkap Densus 88 di Desa Boro, Kecamatan Kedungwaru.
"Jadi memang benar tadi ada penangkapan, lokasinya di Desa Boro, Kecamatan Kedungwaru. Kami dari Polres Tulungagung hanya sebatas dimintai bantuan pengamanan saja. Yang lain monggo silakan langsung konfirmasi ke Mabes Polri," kata Kapolres Tulungagung AKBP Eko Hartanto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko mengatakan bahwa dirinya mengerahkan anggota Polres Tulungagung untuk memenuhi permintaan bantuan pengamanan. Dia memastikan bahwa anggota Densus 88 telah bergeser dari Tulungagung.
Atas pengamanan terduga teroris di Tulungagung itu, Karo Penmas Divis Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menjelaskan bahwa ES ditangkap atas dugaan keterlibatan dengan jaringan Al Qaeda. Pria itu disebut pernah berangkat ke Yaman bersama 4 rekannya pada 14 Desember 2014.
"Tersangka ES Alias L berangkat ke Yaman pada 14 Desember 2014 bersama 4 rekan lainnya, yakni HS, AAK, MT, dan MAA, yang difasilitasi oleh ABU (menurut keterangan MT). Terkait hal itu saat ini masih terus dilakukan pengembangan," ujar Ahmad dilansir dari detikNews.
Penangkapan Terduga Teroris di Banyuwangi. Baca di halaman selanjutnya.
Sebelum melakukan penangkapan ES di Tulungagung, Densus 88 telah melakukan penangkapan teduga teroris di Dusun Susukan Kidul, Desa Gladag, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi pada Sabtu (3/6/2023).
Tak ada warga yang tahu pasti tentang operasi senyap itu. Kepala Desa Gladag, A Haidir Sidqi mengaku baru tahu ada warga yang ditangkap setelah didatangi aparat. Dia mengaku tidak dilibatkan saat proses penangkapan.
"Informasinya begitu. Tapi yang jelas, kami selaku kepala desa tahu kejadian itu setelah selesai kejadian. Yang nangkap Insyaallah dari Densus 88," katanya kepada wartawan.
Haidir mengaku tidak melihat secara langsung penangkapan salah satu warganya itu. Dia hanya membenarkan warga yang ditangkap itu adalah SN. Pria itu warga asli desa setempat yang lahir dan tinggal di wilayahnya.
Kepala Dusun Susukan Kidul Hairiyah menyatakan bahwa SN selama ini dikenal warga dusun setempat sebagai seorang dosen sekaligus advokat atau pengacara. Namun yang bersangkutan jarang di rumah.
"Bapaknya (SN) ini dosen dan pengacara. Jarang di rumah. Tiga hari sekali, kadang dua hari sekali baru di rumah," kata Hairiyah.
Saat melakukan penggeledahan rumah SN pada Minggu pagi, Tim Densus 88 menyita sejumlah dokumen dan buku-buku. Selain itu, petugas disebut juga membawa pakaian dan obat-obatan milik SN.
"Tadi saya hanya menyaksikan penyidik dari Jakarta mengambil beberapa barang pribadi milik pak SN," tutur Kepala Dusun Susukan Kidul Hairiyah kepada detikJatim.
Operasi Senyap Densus 88 di Surabaya. Baca di halaman selanjutnya.
Tidak hanya di Banyuwangi, Densus 88 Antiteror sebelumnya juga telah mengamankan seorang pria terduga teroris berinisial BUB (52) di Surabaya. Warga Jalan Kalimas Madya, Nyamplungan, Pabean Cantian, Surabaya itu lebih dulu ditangkap pada Jumat (2/6) .
"Saya dikasih tahu (petugas) kemarin. Setengah delapan pagi (ditangkap)," ungkap Ketua RT setempat Muhammad Abri di Jalan Kalimas Surabaya, Minggu (4/6/2023).
Abri mengaku tidak tahu pasti di mana BUB ditangkap Densus 88. Dia meyakini BUB ditangkap di sekitar rumahnya karena melihat aktivitas BUB yang jarang keluar rumah.
"Mungkin di sini juga, tapi saya juga belum tahu. Aktivitasnya di rumah terus, kemudian keluar di depan gang," kata Abri.
Abri menyampaikan dirinya tidak terkejut ketika BUB ditangkap. Menurutnya, pada 2006 BUB juga pernah ditangkap Densus 88.
"Ndak (kaget), karena sudah pernah dia sekitar tahun 2006, ditangkap setelah Salat Jumat di jalan," tandas Abri.
Dalam penggeledahan rumah BUB (52), Abri menyebutkan bahwa Densus membawa sejumlah barang seperti buku jihad dan anak panah.
"Di kamar depan ada beberapa buku, di belakang juga ada. Yang diambil buku isinya yaitu jihad, negara islam. Ya ada panah, tapi cukup tajam juga kelihatannya dari logam," tandas Abri.