Pesan Pilu dan Kematian Tragis Bocah Gresik di Tangan Ayah yang Residivis

Round-Up

Pesan Pilu dan Kematian Tragis Bocah Gresik di Tangan Ayah yang Residivis

Dida Tenola - detikJatim
Senin, 01 Mei 2023 08:08 WIB
Gresik -

Kematian AZ, bocah 9 tahun yang tinggal di rumah kontrakan di Putat Lor, Menganti, Gresik sungguh tragis. Dia dihabisi oleh ayah kandungnya sendiri, Muhammad Qodad Affalul yang menghujaninya dengan 24 tusukan. Sebelum meninggal, AZ sempat menggambar dan menuliskan pesan pilu.

Polisi menemukan secarik kertas di kamar AZ. Di kertas itu AZ menggambar empat sosok. Dirinya dan 3 temannya.

Semua sosok yang digambarkan AZ diberi nama. Di atasnya, AZ menuliskan pesan 'dari Zee untuk Airin. Selamat Tinggal Airin'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami temukan gambaran tangan di kamar korban. Ini seperti korban sudah memiliki firasat," jelas Wakapolres Gresik Kompol Erika Putra kepada detikJatim, Minggu (30/4/2023) petang.

Dari hasil pemeriksaan terhadap pelaku, pada Jumat (28/4) malam atau sehari sebelum dibunuh, korban sempat menggambar bersama teman-temannya. Hal itu pula yang menjadikan pelaku sedih lantaran korban sering dirundung.

ADVERTISEMENT

Kasat Reskrim Polres Gresik Iptu Aldhino Prima Wildan mengatakan gambar yang ditemukan itu memang dibuat oleh korban AZ. Saat gambar itu ditunjukkan ke pelaku, pelaku justru menangis.

"Mengenai gambar itu kita memang amankan dari kamar korban. Namun, saat kita berikan kepada pelaku, pelaku menangis dan mengatakan bahwa gambaran itu merupakan isi hati putrinya yang sering di-bully," kata Aldhino.

Pesan bocah gresik sebelum dibunuh ayahPesan AZ, bocah Gresik sebelum dibunuh ayah. Foto: Jemmi Purwodianto/ file detikJatim

Aldhino melanjutkan, pelaku merupakan residivis. Dia pernah terjerat kasus narkoba. Pada 2016, pria yang akrab disapa Affan itu ditangkap Polrestabes Surabaya

"Residivis narkoba, dulu pernah ditahan di Surabaya," lanjut Aldhino.

Saat itu Affan divonis 3,5 tahun penjara. Selama Affan dipenjara, korban tinggal bersama ibunya.

"Setelah bebas itu, keluarga ini sempat bersama. Kemudian satu tahun terakhir korban di pondokan. Hingga pada lebaran kemarin, mereka tinggal di kontrakan Menganti itu," tambah Aldhino.

Baca halaman selanjutnya.

Lantaran sering cekcok, lanjut Aldhino, ibu korban meninggalkan keduanya di rumah kontrakan. Hingga pelaku pun gelap mata dan membunuh putri semata wayangnya tersebut.

"Korban yang putus asa melihat kondisi keluarganya, nekat menghabisi anaknya. Dengan alasan biar masuk surga," tukas mantan Kanit Jatanras Polrestabes Surabaya itu.

Sementara itu, saat ditemui detikJatim di Mapolsek Menganti, Affan mengatakan bahwa ia pernah menghuni jeruji besi Polrestabes Surabaya. Ia diamankan pada 17 Juli 2016 silam.

"Dulu pernah ditangkap Polrestabes Surabaya. Waktu itu diajak teman pakai narkoba," katanya.

Setelah bebas pada 2020 lalu, lanjut Affan, ia tak pernah menyentuh lagi barang haram tersebut. Sebab, ia ingin membina keluarganya yang sempat rusak gegara narkoba.

"Setelah bebas itu pengennya benahi rumah tangga, tapi istri saya sulit berubah. Malah kembali ke pekerjaannya yang dahulu, ini yang membuat saya stres. Memang ekonomi kita sulit, tapi kan harusnya bisa diselesaikan tanpa harus jadi LC lagi," tutur Affan.

Affan mengaku sengaja menikam putrinya dengan pisau hingga tewas. Itu ia lakukan agar sang putri bisa segera meninggal dunia dan masuk surga. Ia memiliki keyakinan jika anak-anak yang meninggal akan masuk surga.

Affan tidak menyesal sedikit pun telah membunuh darah dagingnya sendiri. Ia mengaku stres berat. Terlebih, setelah istrinya kabur dari rumah untuk menjadi pemandu lagu atau LC (Ladies Companion).

"Makanya saya bunuh, biar anak saya masuk surga. Karena belum dewasa, pasti masuk surga, tidak terbebani dengan dosa-dosa orang tuanya. Dari pada anak saya tersiksa di dunia memiliki ibu yang banyak dosa," beber Affan, Sabtu (29/4).



Hide Ads