Muhammad Rio Ferdinan Anwar, taruna Politeknik Pelayaran Surabaya meninggal di tangan seniornya, AF. Korban dianiaya hingga tewas dengan dalih pembinaan.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Mirzal Maulana mengatakan dari hasil pemeriksaan didapatkan fakta jika motif dalam peristiwa tersebut bukanlah dendam. Namun sebatas pembinaan senior kepada yuniornya.
"Tidak ada (dendam). Pengakuannya kerena pembinaan senior kepada juniornya, " ujar Mirzal kepada detikJatim, Kamis (9/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mirzal mengatakan kejadian itu dilatarbelakangi masih adanya kurikulum tersembunyi yang berujung terciptanya kontak fisik, hingga mengarah ke perbuatan pidana.
"Itu kan pola pembinaan yang mungkin tidak sesuai dengan aturan yang di sana. Hidden curriculum jadinya, yang diperankan oleh senior-seniornya. Harus ditegakkan aturan internal di sana. Kalau dari kami, selama ada dugaan pidana sampai menghilangkan nyawa, otomatis jadi urusan kami (kepolisian)," ungkap Mirzal.
"Sampai ada kontak fisik itu pembinaan yang berlebihan, kalau ada pembinaan berlebihan sampai menyebabkan orang meninggal, itu tindakan pidana yang dilakukan," lanjut Mirzal.
Mirzal menambahkan tidak hanya pihaknya saja yang menyayangkan adanya kejadian itu, tapi banyak pihak lain yang pastinya juga menyayangkan tindakan penganiayaan yang masih terjadi di dalam kampus.
"Iya pastinya, tidak hanya kepolisian. Masyarakat, keluarga, orang tua korban, lembaga perlindungan saksi, lembaga-lembaga pemerintahan pastinya menyayangkan kejadian itu. Kok masih ada pola pembinaan yang menggunakan kontak fisik yang berisiko terhadap kematian," tandas Mirzal.
(dnp/iwd)