Warganet Nilai Perampokan Rumdin Wali Kota Blitar Cuma Drama

Warganet Nilai Perampokan Rumdin Wali Kota Blitar Cuma Drama

Erliana Riady - detikJatim
Sabtu, 17 Des 2022 13:16 WIB
Perampok rumdin wali kota blitar
Potongan rekaman CCTV yang menunjukkan kawanan perampok masuk ke rumdin wali kota Blitar. (Foto: Dok. Tangkapan Layar/TikTok)
Blitar -

Hampir sepekan perampokan rumah dinas wali kota Bliar, polisi masih belum bisa menangkap para pelakunya. Di tengah perburuan pelaku, justru banyak komentar miring dari publik yang menganggap perampokan ini tersebut hanya drama.

Asumsi hanya drama ini berkembang ketika banyak kejanggalan yang disampaikan polisi pada publik terkait perkembangan penyidikan. Seperti gerak-gerik pelaku perampokan yang seakan di rumahnya sendiri. Kemudian juga pelaku memakai atribut ASN.

Lalu makin berkembang lebar ketika Wali Kota Santoso mengaku uang pribadinya sebanyak Rp 400 juta digasak perampok. Padahal uang itu akan dipakai untuk membayar utang kampanye. Testimoni Wali Kota Santoso itu menampik pengakuannya sendiri yang tidak mau kasusnya dikaitkan dengan politik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komentar miring ini banyak beredar di media sosial. Seperti akun Instagram @bhoncel*********** yang berkomentar. "pehh, blitar kok melu-melu drama ki pie to (kenapa blitar kok ikutan drama ini gimana)" komentarnya di akun @radiopatria yang menampilkan video pernyataan Santoso seperti dilihat detikJatim, Sabtu (17/12/2022)

Komentar lainnya datang dari akun @cnk****. "tenang-tenang iki sekedar pembuatan film yang gagal, ke depan akan lebih baik lagi" tulisnya.

ADVERTISEMENT

Video pengakuan Santoso yang diunggah, Senin (12/12) itu telah disukai sebanyak 27.187 warganet. Sampai hari ini masih banyak warganet yang menuliskan komentar senada. Mereka menilai, kasus perampokan rumdin Walkot Blitar ini sebatas drama. Hingga kini kepolisian belum juga memberikan kabar baik hasil perburuan mereka.

Sementara itu, pakar Sosiologi Universtitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto mengatakan citra pimpinan itu tergantung bagaimana publik mengonstruksi dari apa yang didengar, apa yang dilihat, dan apa yang dirasakan hasil kepemimpinan seorang wali kota.

"Ini lepas soal benar atau tidak ya perampokan itu. Menyangkut citra persepsi itu sesuatu yang relatif. Memang menjadi masalah, kalau yang tidak percaya itu banyak. Nah itu berkaitan dengan memudarnya citra pemimpin, citra ini di luar konteks kasus benar atau salah lho ya," kata Bagong.




(fat/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads