Imbauan Polisi Soal Tawuran Pelajar SMA di Upa Jiwa Surabaya

Imbauan Polisi Soal Tawuran Pelajar SMA di Upa Jiwa Surabaya

Deni Prastyo Utomo - detikJatim
Jumat, 23 Sep 2022 19:02 WIB
Ilustrasi tawuran
Ilustrasi. (Foto: Edi Wahyono/detikcom)
Surabaya -

Tawuran antara 2 kelompok pelajar beda SMA di Jalan Upa Jiwa, Surabaya dipicu ejekan pada sekolah tertentu di media sosial. Polisi pun mengingatkan agar pelajar lebih bijak bermedia sosial.

"Menurut informasi, awal dari kejadian ini adanya ketersinggungan bahwa (pemuda) dari salah satu sekolah mengupload di media sosial. Intinya mengejek sekolah yang satunya lagi," ujar Kapolsek Wonokroko Kompol Riki Donaire, Jumat (23/9/2022).

Ejekan di medsos itu pun berujung ketersinggungan pelajar yang merasa sekolahnya diejek. Kemudian pelajar yang merasa sekolahnya diejek mengajak komunikasi pelajar yang mengejek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada ketersinggungan, mereka berkomunikasi, mereka mencari tahu, lalu berupaya untuk bertemu dengan (pemuda) dari sekolah tersebut (yang mengejek)," ungkap Riki Donaire.

Kedua kelompok pelajar ini kemudian janjian bertemu di Jalan Upa Jiwa, tepatnya di belakang Mal Marvel Surabaya. Tadinya, kata Riki, kedua kelompok bertemu untuk komunikasi.

ADVERTISEMENT

Karena itulah, Riki memastikan, dalam aksi tawuran itu tidak ditemukan adanya senjata tajam. Melainkan ada lebih dari 8 motor yang diamankan di Polsek Wonokromo.

"Saat ini tidak ada, jadi indikasinya mereka komunikasi, lalu tidak ada titik temu, kemudian mungkin terjadi perkelahian," kata Riki di Mapolsek Wonokromo.

Demi menghindari kejadian serupa terulang lagi Riki mengimbau para pelajar lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial, agar tidak menyinggung pihak lain.

"Jadi perlu saya sampaikan imbauan kepolisian kepada adik-adik sekolah, mungkin perasaan yang kita anggap tidak nyaman tidak perlu diungkap di media sosial karena tidak semua menilai secara positif," ujarnya.

Menurutnya, apa yang disampaikan di media sosial bisa saja mengakibatkan ketidaksukaan pihak lain atau orang lain. Sehingga kejadian seperti semalam bisa terulang kembali.

"Tidak menututp kemungkinan, bila ini dilakukan terus menerus, lebih banyak pihak (yang tersinggung) sehingga dampaknya akan lebih besar lagi. Jadi kita harus lebih bijak bermedia sosial. Apalagi masih sekolah, fokus utama adalah belajar mencari ilmu bukan mencari musuh," tandas Riki.




(dpe/iwd)


Hide Ads