Surabaya -
Orator yang juga Pengurus Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Edi Setiawan mendatangi kantor polisi. Pria yang menjadi orator viral video ajak perang bela Shiddiqiyyah ini menjalani pemeriksaan di Unit Pidum Satreskrim Polres Jombang.
Edi diperiksa polisi terkait orasinya berisi ajakan berperang membela Tarekat Shiddiqiyyah sehari pasca operasi penangkapan Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Mas Bechi (42). Hal ini berbeda dengan sikap Mas Bechi yang kerap mangkir dalam panggilan polisi sejak 2020.
Mas Bechi juga disebut selalu berlindung di ketiak sang ayah, Pimpinan Ponpes Shiddiqiyyah, KH Muchtar Mu'thi. Kiai Muchtar kerap melindungi sang putra mahkota, ia juga berkali-kali meminta polisi tak menangkap anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum mendekam di balik jeruji besi, penangkapan Mas Bechi memang menemui jalan yang berliku. Jabatan Kapolda Jatim sudah berganti tiga kali, namun Bechi baru berhasil tetangkap di tangan Irjen Nico Afinta.
Sementara orator aksi perang bela Shiddiqiyyah, Edi datang seorang diri ke Mapolres Jombang, Jalan KH Wahid Hasyim Rabu (13/7) sekitar pukul 09.00 WIB. Memakai kemeja batik dengan warna dominan hijau dan kuning, serta celana krem, ia langsung masuk ke ruangan Unit Pidum Satreskrim.
Pengurus Orshid ini sempat keluar dari ruang pemeriksaan sekitar pukul 15.30 WIB untuk salat asar di masjid Polres Jombang. Sekitar 30 menit kemudian, Edi kembali menjalani pemeriksaan.
Namun, dia enggan menjawab saat awak media melontarkan sejumlah pertanyaan kepadanya. Sampai pukul 16.30 WIB, Edi masih di ruangan Unit Pidum Satreskrim Polres Jombang untuk menjalani pemeriksaan.
"Kami periksa saudara Edi Setiawan selaku salah satu pengurus Orshid terkait video viral ajakan perang badar yang digelorakan oleh saudara Edi. Saat ini, masih berlangsung pemeriksaan yang dilaksanakan Unit Pidum Satreskrim Polres Jombang," kata Kasat Reskrim Polres Jombang AKP Giadi Nugraha kepada wartawan di lokasi, Rabu (13/7/2022).
Penjelasan lengkap polisi, di halaman selanjutnya!
Giadi membenarkan Edi datang ke Unit Pidum Satreskrim Polres Jombang seorang diri. Menurutnya, Pengurus Orshid itu baru diperiksa sebagai saksi terkait video orasi yang salah satunya berisi ajakan perang membela Tarekat Shiddiqiyyah. Dalam penyelidikan kasus ini, kata Giadi, pihaknya akan melibatkan ahli bahasa.
"Terhadap perkara ini nanti juga kami libatkan ahli bahasa terkait kata-kata yang dilontarkan saudara Edi apakah nanti memenuhi beberapa unsur dari pasal-pasal dalam hukum yang berlaku," jelasnya.
Sebelumnya, dalam video berdurasi 2 menit 5 detik tersebut, seorang pria berkemeja hitam dan kopiah hitam berorasi di depan ratusan jemaah Shiddiqiyyah. Dalam bagian akhir orasinya, pria ini diduga menyampaikan ajakan berperang membela Tarekat Shiddiqiyyah.
"Jika Shiddiqiyyah memanggil kita lagi, siap kita berjuang, siap kita berperang, siap kita membela Shiddiqiyyah, siap kita membela Sang Guru? (Disambut teriakan Siap). Insyaallah Allah meridoi apa yang kita lakukan ini dan ini akan dicatat baik di dunia sebagai sejarah perkembangan pelestarian Shiddiqiyyah dan sampai nanti di akhirat (Diamini massa)," ucap si orator seperti dikutip detikJatim.
Ketua Umum Organisasi Shiddiqiyyah (Orshid) Joko Herwanto membenarkan orasi dalam video tersebut dilakukan pengurus Orshid bernama Edi Setiawan di halaman kediaman Musryid Tarekat Shiddiqiyyah KH Muhammad Muchtar Mu'thi pada Jumat (8/7) sore. Saat itu, pengurus Orshid menyambut kedatangan 318 orang yang dipulangkan dari Polres Jombang. Terdiri dari 75 santri dan 243 jemaah Shiddiqiyyah.
Mas Bechi di Rutan Medaeng/ Foto: Mas Bechi di Rutan Medaeng, Sidoarjo (Foto: Deny Prastyo Utomo/detikJatim) |
"Benar, dan kepentingannya adalah menyemangati 300an santri yang baru dipulangkan dari polres. Bukan untuk provokasi," kata Joko kepada detikJatim, Minggu (10/7/2022).
Rupanya, Edi sudah melayangkan surat klarifikasi kepada Joko terkait video orasi tersebut. Dalam surat yang juga diterima detikJatim, Edi menyatakan 318 santri dan jemaah Shiddiqiyyah saat itu datang dalam kondisi kehilangan semangat, lunglai dan menangis haru.
Sehingga pihaknya berorasi untuk memberi semangat agar mereka tetap siap berjuang menjalankan program pesantren.
Dalam orasinya, Edi sengaja membawakan cerita perang badar karena kedatangan 318 jemaah dan santri Shiddiqiyyah kala itu disambut selawat badar. Terkait pertanyaan 'siap kita berperang?', Edi menyadari tak sempat mengucapkan kalimat itu secara utuh.
"Siap kita berperang melawan hawa nafsu? Maksud saya itu yang mau kami sampaikan sebagai akhir dan hikmah perang badar. Hanya saja saya mengakui kesalahan saat berbicara itu karena harus menelan ludah karena terharu yang dalam sehingga terjadilah selip lidah, sehingga saya hanya menyampaikan 'siap berperang?' Yang seharusnya 'siap berperang melawan hawa nafsu?'," tulis Edi.