Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sempat menyinggung soal baterai LFP (Lithium Ferro-Phospate) pada mobil listrik. Di Indonesia, ada sejumlah mobil listrik pengguna baterai LFP. Apa saja?
Diketahui, LFP merupakan salah satu jenis baterai yang digunakan pada mobil listrik. Tidak semua mobil listrik menggunakan baterai jenis LFP. Tapi di Indonesia misalnya, dari beberapa mobil listrik yang dijual, menggunakan baterai tersebut.
Pertama, ada mobil listrik garapan Wuling. Baik Wuling Air ev maupun Wuling BinguoEV, keduanya menggunakan baterai LFP dengan rating IP67. Baterai LFP pada Wuling BinguoEV memiliki kapasitas 31,9 kWh (versi 333 Km) dan 37,9 kWh (versi 410 km).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara baterai LFP pada Wuling Air ev kapasitasnya 26,7 kWh (Long Range) dan 17,3 kWh (Standar Range dan Lite).
Selain itu, BYD, produsen mobil listrik lainnya juga menggunakan baterai LFP.
"...Penggunaan lithium iron-phosphate (LFP) sebagai bahan katoda, menawarkan level keamanan yang jauh lebih tinggi dibanding baterai konvensional lithium-ion. LFP secara alami memiliki stabilitas suhu yang sempurna dan substansi bebas cobalt. LFP juga merupakan bahan yang sangat tangguh," demikian pernyataan BYD pada situs resminya dikutip detikOto, Senin (22/1/2024)
Sedangkan Tesla, produsen mobil listrik lainnya, pun sudah beralih menggunakan baterai LFP. Tesla Model Y dan Tesla Model 3 disebutkan sudah menggunakan baterai jenis ini. Tesla menggunakan baterai LFP untuk tipe-tipe kendaraan yang berdaya jelajah lebih rendah.
Baterai LFP diklaim memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt). Baterai LFP disebut lebih tahan lama, jauh lebih aman, dan terjangkau, karena bahan pembuatnya lebih banyak dan mudah didapat.
Namun begitu, baterai LFP dinilai punya kekurangan dalam hal kepadatan energi yang disimpan. Itu artinya, dalam ukuran dan berat yang sama, baterai NMC akan punya daya tampung energi lebih banyak, yang artinya daya tempuh kendaraan lebih jauh. Demikian dijabarkan laman EE Power.
Sebelumnya, dalam debat Cawapres 2024, Gibran menanyakan soal penggunaan baterai LFP pada mobil listrik. Pertanyaan itu dilontarkan Gibran ke Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Gibran bertanya, apakah kubu capres-cawapres nomor urut 1 anti dalam penggunaan nikel. Sebab, menurut Gibran, tim sukses pasangan capres-cawapres sering menggaungkan baterai LFP.
"Paslon nomor 1 dan tim suksesnya sering menggaungkan LFP, saya nggak tau nih pasangan nomor urut 1 ini anti-nikel atau gimana, mohon dijelaskan?" tanya Gibran ke Cak Imin dalam debat Minggu (21/1/2024) malam.
Menanggapi pertanyaan itu, Cak Imin tak menjawab secara spesifik. Cak Imin justru menyentil soal etika, termasuk saat debat Cawapres. Cak Imin mengatakan debat cawapres merupakan ajang untuk saling tarung kebijakan bukan singkatan.
"Tenang pak gibran semua ada etikanya, termasuk kita diskusi di sini bukan tebak-tebakan definisi, tebak-tebakan singkatan, kita levelnya policy dan kebijakan. prinsipnya sederhana, semua kembali kepada etika," jawab Cak Imin.
Mendengar jawaban Cak Imin, Gibran justru merasa heran, karena menurutnya timses paslon nomor urut 1 seringkali membahas soal LFP. Namun demikian tak menjawab dengan gamblang soal pertanyaan Gibran terkait anti-nikel.
"Ini agak aneh ya, yang sering ngomongin LFP itu timsesnya tapi cawapresnya nggak paham, LFP itu apa kan aneh, sering bicara LFP LFP lithium ferro-phosphate, Tesla nggak pakai nikel ini kan kebohongan publik mohon maaf, Tesla itu pakai nikel, Pak," ujar Gibran.
"Dan kita sekarang kita itu Indonesia itu adalah negara yang punya cadangan nikel terbesar sedunia, ini kekuatan kita, ini bargaining kita, jangan malah membahas LFP itu sama saja mempromosikan produk China, Pak," jelasnya lagi.
(hil/iwd)