Museum Kambang Putih yang Menyimpan Jejak Sejarah Kabupaten Tuban

Museum Kambang Putih yang Menyimpan Jejak Sejarah Kabupaten Tuban

Muhammad Faishal Haq - detikJatim
Jumat, 05 Des 2025 03:00 WIB
Museum Kambang Putih yang Menyimpan Jejak Sejarah Kabupaten Tuban
Museum Kambang Putih Tuban. Foto: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban
Tuban -

Di jantung kota Tuban, berdiri sebuah rumah kecil berwarna pastel yang menyimpan potongan-potongan masa lalu, yaitu Museum Kambang Putih. Museum daerah ini menjadi satu-satunya museum resmi di Kabupaten Tuban.

Museum Kambang Putih menampung koleksi arkeologi, etnografi, serta benda-benda yang merekam peran Tuban sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan masa lalu. Lokasinya strategis dekat alun-alun, kantor bupati, hingga Pantai Boom, membuat museum ini mudah dijangkau warga dan wisatawan.

Sejak berdirinya, Museum Kambang Putih difungsikan bukan sekadar sebagai tempat penyimpanan barang antik, melainkan ruang edukasi yang memperkenalkan cerita Tuban.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai dari hubungan dagang internasional lewat temuan keramik hingga tradisi lokal seperti batik dan kesenian daerah. Pengelola museum kerap melakukan penataan ulang koleksi dan pameran periodik untuk menjaring minat publik serta menjaga kelestarian artefak.

Sejarah dan Filosofi Museum

Museum Kambang Putih menempati gedung berarsitektur kolonial kecil yang menjadi bagian dari lanskap kota tua Tuban. Gedung ini dipilih karena kedekatannya dengan pusat kota dan situs-situs bersejarah lain seperti Makam Sunan Bonang dan Pantai Boom.

ADVERTISEMENT

Sehingga membentuk koridor wisata sejarah di sekitar Jalan R A Kartini. PenempatanMuseum Kambang Putih di lokasi ini juga menguatkan fungsi edukatifnya sebagai titik awal rute sejarah kota.

Museum Kambang Putih TubanMuseum Kambang Putih Tuban Foto: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban

Dilansir dari laman resmi Pemkab Tuban, nama "Kambang Putih", yang diyakini merujuk pada Kabupaten Tuban modern, berasal dari sebuah prasasti bertanggal 1050 Masehi. Prasasti ini dikeluarkan Raja Sri Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala.

Dalam catatan tersebut, Kambang Putih digambarkan sebagai kota pelabuhan yang vital pada masanya. Bahkan, pada abad ke-11, pelabuhan ini telah menjadi pusat niaga yang melayani perdagangan antar pulau hingga antar benua.

Raja Sri Mapanji Garasakan (berkuasa 1042-1052 Masehi) adalah raja pertama Janggala, sebuah kerajaan yang lahir dari pembagian Kerajaan Kahuripan pimpinan Airlangga. Kahuripan dibagi menjadi dua, yakni Kerajaan Kadiri di wilayah barat dan Kerajaan Janggala di timur.

Secara historis, Kambang Putih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Panjalu (Kadiri), yang merupakan rival dari Kerajaan Janggala. Prasasti Kambang Putih itu sendiri mengisahkan tentang serangan yang dilancarkan oleh Kambang Putih terhadap istana Kerajaan Janggala.

Namun, yang menarik, meskipun dalam konteks permusuhan, prasasti tersebut tetap memberikan pengakuan dan pujian kepada Kambang Putih dengan menyebutnya sebagai "kota pelabuhan".

Ragam Koleksi Unggulan

Salah satu daya tarik utama Museum Kambang Putih adalah koleksi keramiknya, dari potongan-potongan tembikar dan porselen dari Cina, Vietnam, Thailand, hingga Eropa yang ditemukan di kawasan pesisir Tuban.

Koleksi ini menjadi bukti kuat bahwa Tuban pernah menjadi titik penting dalam jaringan perdagangan maritim Nusantara, menerima barang impor sekaligus menjadi pusat redistribusi ke wilayah lain.

Penataan koleksi keramik di Museum Kambang Putih, bahkan dilakukan menurut asal dan dinasti, sehingga pengunjung dapat melihat garis waktu dan hubungan dagang yang lebih jelas.

Museum Kambang Putih TubanKoleksi di Museum Kambang Putih Tuban Foto: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban

Selain keramik, museum menyimpan koleksi batik khas Tuban dan tekstil tradisional yang menggambarkan motif serta teknik pewarnaan lokal. Batik Tuban, meski kurang terkenal dibandingkan batik pusat seperti Pekalongan atau Solo, memiliki ragam motif yang bersinggungan dengan simbol-simbol maritim dan agraris.

Motif ini menjadi sebuah refleksi hubungan antara kehidupan pesisir dan identitas budaya. Koleksi tekstil ini sering dimasukkan ke dalam pameran periodik untuk menonjolkan aspek budaya hidup Tuban.

Ruangan etnografi memamerkan alat-alat tradisional, dokumen lokal, foto-foto sejarah, serta artefak yang berkaitan dengan aktivitas pelabuhan dan kehidupan sehari-hari masyarakat Tuban.

Sering kali pengunjung menemukan kejutan kecil seperti sebuah alat nelayan kuno, foto pelabuhan tempo dulu, atau catatan perjalanan yang menempatkan Tuban dalam peta perdagangan regional. Koleksi-koleksi jenis ini membuat kunjungan ke museum terasa kaya narasi dan relevan bagi warga setempat.

Informasi Praktis dan Rute Wisata

Museum Kambang Putih beralamat di Jalan R A Kartini No 3, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban, sehingga mudah dijangkau dari alun-alun hingga Pantai Boom, sempurna untuk dimasukkan ke rute wisata sejarah lokal.

Pengunjung umumnya hanya perlu mengisi buku tamu di pintu masuk, tiket masuk untuk pengunjung lokal tercatat gratis pada beberapa profil wisata, meski kebijakan dapat berubah sesuai program khusus.

Museum Kambang Putih TubanKoleksi di Museum Kambang Putih Tuban Foto: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Tuban

Dikutip Kemenpar, jam operasional siang hari pukul 09.00-16.00 WIB. Namun, pengunjung disarankan mengecek informasi terbaru lewat kanal resmi dinas pariwisata atau situs Pemkab Tuban sebelum berangkat, terutama ketika ada pameran periodik atau program khusus.

Fasilitas parkir tersedia terbatas, wisatawan yang datang dengan rombongan dapat menghubungi kontak pengelola untuk koordinasi kunjungan. Rute wisata yang direkomendasikan biasanya menggabungkan Museum Kambang Putih dengan makam Sunan Bonang, alun-alun kota, serta Pantai Boom.

Rute ini memberi pengalaman yang memadukan dimensi religi, sejarah, dan pesisir. Bagi penggemar arkeologi dan sejarah maritim, menelusuri koleksi keramik dan dokumen di museum dapat melengkapi pemahaman tentang peran Tuban dalam jejaring dagang Nusantara.

Museum Kambang Putih bukan sekadar gedung tua berwarna, ia adalah ruang penanda yang menghubungkan warga Tuban dengan akar sejarah ekonomi, budaya, dan sosial mereka. Museum ini berpotensi menjadi pusat studi dan wisata sejarah yang lebih kuat asal dukungan konservasi, ruang, dan inovasi terus digalakkan.

Artikel ini ditulis Muhammad Faishal Haq, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads