- Cerita Rakyat Asal Jawa Timur 1. Asal-usul Surabaya 2. Lembusura 3. Bambang Durjana 4. Bagus Setya dan Bagus Tuhu 5. Jantur dan Menur 6. Cindelaras 7. Topeng Kembar 8. Empu Supa 9. Ajisaka 10. Bawang Putih dan Bawang Merah
- Manfaat Cerita Rakyat 1. Mengembangkan Daya Imajinasi Anak 2. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa 3. Membangkitkan Minat Baca Anak 4. Membangun Kecerdasan Emosional Anak 5. Membentuk Rasa Empati Anak
Setiap 28 November, Indonesia memperingati Hari Dongeng Nasional, sebuah momentum untuk mengingat kembali pentingnya tradisi bertutur dalam melestarikan nilai budaya. Di Jawa Timur, cerita rakyat bukan sekadar hiburan, tapi juga bagian dari identitas masyarakat, diwariskan dari generasi ke generasi.
Dari asal-usul Surabaya hingga kisah Ajisaka, setiap dongeng sarat makna dan menjadi penanda kuatnya budaya lokal. Meski zaman terus berubah dan teknologi berkembang, kisah-kisah ini tetap menemukan tempat di hati pembaca, sekaligus menanamkan nilai-nilai berharga bagi generasi masa depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cerita Rakyat Asal Jawa Timur
Jawa Timur kaya akan cerita rakyat yang sarat makna dan nilai budaya. Cerita-cerita ini diwariskan turun-temurun, membentuk identitas lokal sekaligus mengajarkan nilai-nilai moral yang relevan hingga kini.
1. Asal-usul Surabaya
Dikisahkan hiduplah dua binatang kuat, yaitu seekor hiu bernama Sura dan seekor buaya bernama Baya. Keduanya berteman dengan baik. Namun, pertengkaran di antara keduanya tak dapat terelakan saat berebut makanan, karena keduanya memiliki sifat yang sama-sama rakus.
Tidak ada yang bisa mendamaikan pertengkaran itu. Suatu waktu, keduanya kembali berkelahi lantaran memperebutkan buruan. Namun, buruan itu tak sempat mereka santap karena keduanya sibuk bertengkar.
Untuk menyudahi pertengkaran, Sura mengusulkan ide untuk membagi wilayah buruan mereka. Sura berada di laut, sedangkan Baya di darat. Keduanya menyepakati keputusan itu.
Suatu hari keduanya tak mendapat hasil buruan sama sekali. Diam-diam Sura memasuki wilayah perburuan Baya. Baya tidak terima, ia pun marah karena Sura telah melanggar janjinya.
Pertarungan kembali terjadi. Perkelahian hebat itu dimenangkan oleh Baya. Akhirnya Sura pun kembali ke wilayahnya.
2. Lembusura
Alkisah Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit memiliki seorang putri bernama Dyah Ayu Pusparini yang cantik jelita. Karena keinginannya melihat putrinya menikah, Putri Dyah mengadakan sebuah sayembara.
Barang siapa yang berhasil menggunakan busur Garudayaksa dan Gong kyai Skarderlima memiliki kekuatan gaib, maka ia akan menikah dengannya. Tidak ada yang berhasil memenangkan sayembara itu. Alhasil Raja berniat menghentikan sayembara itu.
Mendadak seorang pemuda bernama Lembusura datang untuk mencobanya. Sayembara itu dimenangkan oleh Lembusura. Tiba saat upacara pernikah, Putri Dyah bersedih, ia tak ingin menikah dengan pemuda berkepala lembu.
Putri Dyah memohon agar dibuatkan sumur di puncak Gunung Kelud untuk mandi. Permintaan itu disanggupi oleh Lembusura. Ketika dirinya menggali puncak tersebut, beberapa prajurit menimbunnya hidup-hidup.
Sebelum menemui ajal, Lembusura bersumpah akan menghancurkan Kerajaan Majapahit. Hingga kini, masyarakat percaya bahwa letusan Gunung Kelud adalah ulah Lembusura yang sedang membalas dendam.
3. Bambang Durjana
Alkisah Bambang Durjana adalah putra dari pasangan Ki Kures dan Nyi Kures. Keduanya memiliki perangai buruk, yakni suka mencuri dan berjudi. Kebiasaan buruk itu terbawa hingga menikah.
Suatu hari Ki Kures sedang mencari kayu di hutan, ia berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Beberapa hari setelah bertapa, ia membakar tempat pertapaan itu. Begitu api padam muncul seekor naga besar.
Ular naga itu meminta kepada Ki Kures agar dicarikan air susu. Sebagai imbalannya, Ki Kures akan dijanjikan hidup yang sejahtera. Setelah memberikan air susu ke dalam mulut ular naga, ia diberikan beberapa barang berharga. Namun, ia harus memenuhi syarat untuk merahasiakan hal itu, agar tidak menimbulkan rasa iri.
Sejak itu, Ki Kures dan Nyi Kures hidup berkecukupan. Sang anak, Durjana datang meminta pertolongan agar diberikan uang untuk membelikan istrinya yang sedang hamil sebuah cincin. Ki Kures justru mengingkari janjinya dengan membeberkan rahasia kepada sang anak.
Durjana pun segera berangkat menemui ular tersebut. Iaterbesit ide jahat untuk melenyapkan makhluk itu agar mendapat harta lebih banyak lagi. Rupanya usaha itu tidak berhasil. Justru Durjana yang lenyap dibunuh naga itu.
Ilustrasi Dongeng Pengantar Tidur. Foto: Tim HaiBunda |
4. Bagus Setya dan Bagus Tuhu
Bagus Setya dan Bagus Tuhu merupakan dua bersaudara dari pasangan Kiai Durung dan Mbok Asri di daerah Tumpang. Setelah beranjak dewasa, mereka memutuskan untuk mengabdi di Kerajaan Jenggala sebagai prajurit atas izin kedua orang tuanya.
Suatu hari Bagus Setya mencari ayahnya yang tak kunjung pulang, sedangkan Bagus Tuhu memaksanya untuk kembali ke kerajaan atas perintah Paduka Raja. Terjadilah pertarungan antar keduanya, hingga akhirnya mereka tewa ditempat karena kekuatan yang dimilikinya.
Bagus Setya dan Bagus Tuhu dimakamkan di Dusun Wanaasri, Kabupaten Malang. Masyarakat Tengger senantiasa berziarah setiap hari besar Karo.
5. Jantur dan Menur
Jantur dan Menur merupakan saudara kembar tidak identik. Janur seorang laki-laki, dan Menur seorang perempuan. Keduanya memiliki sifat yang saling berlawanan.
Menur memiliki kepribadian yang baik, rajin, penyabar, dan selalu membantu kedua orang tuanya.
Sedangkan Jantur adalah seorang pemalas, pemarah, selalu berbicara kasar, dan tidak pernah membantu kedua orang tuanya. Suatu ketika sikap Jantur semakin menjadi-jadi. Karena tak kuat menghadapi Jantur, dengan berat hati Menur dan kedua orang tuanya pergi meninggalkan rumah. Jantur hanya tinggal seorang diri.
Ia pun merasa senang karena bebas melakukan apapun. Ia menghabiskan seluruh harta benda hingga tak tersisa. Di sisi lain, Menur dan kedua orang tuanya berusaha banting tulang mengubah nasib mereka, hingga mereka dapat mencukupi kebutuhan dan tinggal di sebuah rumah.
Sementara itu, sudah tak lagi memiliki harta benda yang tersisa, dan hidup di jalanan. Ditambah lagi ia juga menderita penyakit kulit yang membuat tubuhnya kurus kering.
Menur yang tak sengaja bertemu dengan Jantur terkejut melihat perubahan fisiknya. Jantur pun memohon ampunan atas segala sikap buruknya pada keluarganya sendiri. Akhirnya, Menur dan kedua orang tuanya memaafkan kesalah Jantur.
Anehnya, penyakit yang diidap Jantur mendadak hilang. Ia juga memenuhi janjinya berubah menjadi orang baik. Kini, mereka telah berkumpul kembali dan hidup bahagia.
6. Cindelaras
Alkisah, di Kerajaan Jenggala, hidup seorang Raja, Ratu, dan selirnya. Raja itu bernama Raden Putra. Meski Ratu dan Selir berparas menawan, tetapi keduanya memiliki kepribadian yang berlawanan.
Sifat sang Ratu yang baik hati, pintar, dan bijaksana. Sementara si Selir selalu menyimpan kecemburuan setiap kali melihat kemesraan yang terjadi antara Raja dan Ratu.
Hingga suatu ketika, Selir menyusun rencana jahat bersama seorang tabib dengan mengatakan kebohongan kepada Raja bahwa sang Ratu berniat meracuninya. Akibatnya, Sang Ratu diusir dari istana.
Setelah beberapa bulan menetap di hutan belantara, Ratu dikaruniai seorang putra yang tampan dan sehat yang diberi nama Cindelaras. Ia tumbuh menjadi laki-laki tampan dan gagah perkasa.
Suatu ketika, ia menemukan sebutir telur dan seekor ayam jago ajaib yang menetas dari dalamnya. Berkat kemampuan gaib ayam tersebut, ayam jago itu selalu memenangkan pertarungan, dari situ nama Cindelaras semakin dikenal.
Kabar itu pun segera sampai ke telinga sang Raja. Ia pun mengadakan taruhan dengan Cindelaras. Apabila kemenangan dipihaknya, maka Cindelaras harus dipenjara. Tetapi, jika Cindelaras menang, maka Sang Raja harus menyerahkan seluruh harta benda yang dimilikinya.
Pertarungan itu dimulai dan menghasilkan kemenangan pada Cindelaras. Bersamaan dengan itu, Sang Raja mengetahui kebenaran bahwa Cindelaras merupakan darah dagingnya. Kebohongan pun terbongkar, selir yang pernah memfitnah sang Ratu dipenjara.
Raja pun segera mendatangi Ratu yang tinggal di hutan untuk meminta maaf dan mengajaknya kembali ke singgasana. Akhirnya, Ratu pun kembali ke kerajaan dan Cindelaras menjadi putra mahkota. Ini semua berkat kemampuan gaib yang dimiliki ayamnya.
7. Topeng Kembar
Dikisahkan, Raja Bontolo di Kerajaan Bintolo Jawa Timur memiliki seorang putri yang cantik jelita. Banyak pemuda yang datang ke kerajaan untuk meminangnya.
Sementara itu, di suatu desa kecil hidup seorang pemuda bersama ibunya. Pemuda itu memiliki wajah yang buruk rupa. Keseharian hanya membuat sebuah topeng.
Karena wajahnya yang buruk rupa, pemuda itu merasa tidak percaya diri melamar sang putri. Namun, ia juga tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Setiap hari, ia terus dibayangi wajah sang putri hingga jatuh sakit.
Mengikuti saran ibu, pemuda itu membuat topeng terbaik yang dapat mengubah wajahnya menjadi tampan. Tibalah suatu waktu, ia datang melamar sang putri. Keduanya pun langsung jatuh cinta.
Namun, pemuda itu menyadari kesalahannya. Ia mengatakan perihal sebenarnya, hal itu membuat dirinya dijatuhi hukuman oleh sang raja. Rupanya, sang putri justru tidak merasa marah. Bahkan, ia menyatakan bahwa cintanya benar-benar tulus.
Akhirnya, keduanya memutuskan untuk menikah dan selama melangsungkan pernikahan, keduanya memakai topeng yang sama. Kejadian itu mengilhami sebagian orang untuk menciptakan tarian yang diberi nama Joged Topeng Kembar yang terkenal di Jawa Timur, khususnya di daerah Lumajang.
8. Empu Supa
Alkisah, Empu Suka dikenal sebagai pembuat pusaka yang sakti dari Dusun Winongan, Pasuruan. Ia berkeinginan menambah keahliannya. Alhasil, ia memutuskan untuk berkelana ke arah selatan.
Berkat kegigihan yang dimilikinya ketika menimba ilmu, Empu Supa dipertemukan dengan Resi Tunggul Wulung yang terkenal sebagai seorang sakti yang arif dan bijaksana, setelah melalui perjalanan yang panjang.
Resi itu memberi satu permintaan kepada Empu Supa apabila dirinya ingin diangkat menjadi murid. Ia meminta Empu Supa untuk menikahi salah satu muridnya bernama Lupi, seorang anak pembesar Kerajaan Jenggolo. Empu Supa pun menyanggupinya. Akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia.
9. Ajisaka
Dikisahkan, Ajisaka adalah seorang kesatria tampan yang tinggal di Dusun Dadapan, tepat di seberang Kerajaan Medangkamulan. Medangkamula diperintah oleh Prabu Dewata Cengkar yang memiliki kegemaran memangsa perjaka muda dan sehat untuk dimakan.
Ajisaka dipertemukan oleh pemuda yang mencoba kabur dari kejaran para prajurit kerajaan. Setelah mendengar kebenaran mengenai sikap Prabu Dewata Cengkar yang merugikan rakyatnya, Ajisaka mencoba untuk menemuinya.
Ia menyerahkan diri kepada sang raja, tetapi sebagai imbalan ia meminta sebidang tanah seluas ikat kepalanya di sebelah selatan Kerajaan Medangkamulan. Prabu menuruti keinginannya.
Ajaibnya, ikat kepala itu semakin melebar hingga mencapai Pantai Selatan. Tubuh Prabu terlempar jauh ke tengah laut dan nasibnya berakhir menjadi seekor buaya putih. Tak lama kemudian, Ajisaka memimpin kerajaan.
Keesokan harinya, ditemukan jasad buaya putih di tepian pantai. Jasad itu diyakini adalah sosok Prabu Dewata cengkar. Rakyat pun bersuka cita dan mereka hidup sejahtera di Kerajaan Jenggala.
10. Bawang Putih dan Bawang Merah
Alkisah, Bawang Putih adalah seorang anak perempuan dari pedagang kaya raya. Kehidupannya teramat bahagia mendadak lenyap setelah ibunya meninggal. Sang Ayah memutuskan untuk menikah lagi.
Setiap hari ibu dan saudara tirinya bernama Bawang Merah selalu memperlakukannya seperti seorang pesuruh. Bawang Merah justru diperlakukan seperti seorang putri di rumah milik ayahnya.
Suatu ketika, Bawang Putih diperintah untuk mencuci pakaian ke sungai. Namun, pakaian itu hanyut ke sungai. Sang ibu tiri lantas memarahinya dan melarang Bawang Putih kembali ke rumah sebelum pakaian ditemukan.
Bawang Putih justru bertemu seorang Nenek. Nenek tersebut ternyata adalah seorang istri dari raksasa bernama Kala Glugutbumi yang suka memakan manusia.
Mendengar kisah hidup Bawang Putih membuat raksasa itu iba.
Ia kemudian menghadiahkan labu kepadanya. Alangkah terkejutnya ketika dibuka labu itu berisi banyak perhiasan. Bawang Merah diminta ibunya melakukan hal serupa. Mereka berpura-pura mencari pakaian yang hanyut.
Awalnya mereka mendapat perlakuan yang sama. Rencana mereka membawa pulang labu pun berhasil.
Namun, alangkah terkejutnya Bawang Merah dan sang ibu ketika melihat isi labu tersebut bukanlah perhiasan, melainkan binatang mematikan. Keduanya pun tewas seketika karena diserang oleh binatang-binatang itu.
Manfaat Cerita Rakyat
Cerita rakyat bukan sekadar dongeng pengantar tidur. Di balik kisahnya yang menghibur, cerita rakyat menyimpan beragam manfaat bagi perkembangan anak. Dari menanamkan nilai moral hingga merangsang imajinasi, setiap cerita menjadi sarana belajar yang menyenangkan dan penuh makna.
1. Mengembangkan Daya Imajinasi Anak
Mengutip dari jurnal Pemanfaatan Cerita Rakyat Sebagai Alternatif Bacaan Bagi Anak karya Siti Anafiah, menjelaskan bahwa dunia anak merupakan dunia imajinasi. Dengan memberi cerita rakyat akan mengembangkan imajinasi yang dimiliki serta memberi pengarahan yang lebih baik atau positif.
2. Meningkatkan Keterampilan Berbahasa
Dongeng atau cerita rakyat adalah stimulasi dini yang mampu merangsang keterampilan berbahasa pada anak-anak. Terutama pada anak perempuan. Hal ini dikarenakan anak perempuan lebih fokus dan konsentrasi daripada anak laki-laki.
Dengan memberikan kisah-kisah dongeng yang mengandung cerita positif akan tentang perilaku dan sebagainya, akan membuat mereka lebih mudah menyerap tutur kata yang sopan.
3. Membangkitkan Minat Baca Anak
Bagi orang tua yang ingin memiliki anak dengan minat baca baik, maka mendongeng menjadi jalan untuk menuju hasil tersebut. Dengan memberikan cerita dongeng, anak-anak akan jauh lebih tertarik dan penasaran untuk mencari tahu. Hal itulah yang membuat anak-anak memiliki keinginan untuk membaca.
4. Membangun Kecerdasan Emosional Anak
Mendongeng kepada anak dapat membangkitkan kecerdasan emosional mereka dan menjadi sarana hebat yang mampu merekatkan hubungan ibu dan anak. Mengingat, biasanya anak-anak memiliki kesulitan dalam mempelajari nilai-nilai moral dalam kehidupan.
Dengan mendongeng, anak-anak bisa mencontoh tokoh baik dalam cerita. Dongeng maupun cerita rakyat mampu menyerap nilai emosional pada sesama. Tak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan emosional juga sangat penting di samping kecerdasan kognitif. Kecerdasan emosional penting bagi kehidupan sosial mereka.
5. Membentuk Rasa Empati Anak
Melalui stimulasi cerita dongeng, kepekaan anak pada usia 3-7 tahun akan dirangsang mengenai sosial mereka. Dengan metode dongeng, mereka akan belajar berempati terhadap lingkungan sekitar.
Stimulasi ini akan memberikan bekal yang baik untuk masa depan. Dengan kisah dongeng yang mendidik, anak akan lebih mudah menyerap nilai positif yang akan menjadikan mereka lebih berempati pada orang lain.
Artikel ini ditulis Eka Fitria Lusiana, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.
(hil/irb)












































