Tradisi Sunggi Susu di Desa Bremi, Kecamatan Krucil, Probolinggo kembali menyedot perhatian. Ratusan warga peternak sapi perah tampil penuh kebanggaan, membawa susu di atas kepala sambil berlenggak-lenggok dalam fashion show unik yang memadukan budaya dan kreativitas.
Festival tahun ini menghadirkan nuansa berbeda dengan adanya Fashion Show Sunggi Susu yang diikuti 132 peserta, terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak peternak sapi perah dari berbagai dusun di Desa Bremi. Tradisi Sunggi Susu merupakan budaya turun-temurun masyarakat setempat.
Diketahui, Sunggi berarti membawa barang di atas kepala, sementara wadah yang dibawa berisi susu segar hasil perahan pagi hari. Selain menjadi sarana pengumpulan susu, tradisi ini merepresentasikan rasa syukur, kebersamaan, dan peran kuat perempuan dalam perekonomian keluarga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta berjalan beriringan menuju Bremi Eco Park sambil membawa susu di atas kepala, menampilkan kekompakan dan keterampilan yang diwariskan lintas generasi.
Tradisi sunggi susu di Probolinggo Foto: M Rofiq/detikJatim |
Dalam festival kali ini, kreativitas peserta makin terlihat melalui fashion show, di mana kostum tradisional, kontemporer, dan ornamen bernuansa peternakan membuat penampilan semakin menarik perhatian pengunjung.
Wulan, salah satu peserta, mengaku sangat senang tradisi ini kembali digelar secara besar.
"Perasaan saya bahagia sekali. Apalagi ini tradisi yang harus dijaga di Desa Bremi. Ini sebagai wujud rasa bersyukur kami," ungkap Wulan.
Selain sebagai prosesi budaya, susu yang terkumpul dalam acara ini didistribusikan melalui koperasi desa untuk kemudian diolah menjadi produk turunan seperti yoghurt dan keju tradisional. Dengan demikian, Sunggi Susu menjadi bagian penting dari rantai ekonomi warga.
Bupati Probolinggo, dr. Haris Damanhuri, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya terhadap pelestarian tradisi sekaligus perkembangan peternakan sapi perah di Krucil.
Ia mengungkapkan bahwa potensi produksi susu di wilayah tersebut mencapai 29.000 liter per hari.
"Kita lagi kuatkan sistem di Dinas Peternakan. Kemarin serangan PMK sempat membuat data dan produksi terganggu. Sekarang kita bangun sistem berbasis data agar produksi bisa tumbuh lagi," jelas Bupati Probolinggo.
Namun menurutnya, bukan hanya volume produksi yang penting, tetapi juga konsumsi susu oleh masyarakat setempat.
"Produksi susu terbesar itu ada di sini. Tapi anak-anak di sini juga harus minum susu. Ini penting agar kita punya SDM yang bagus, anak-anak yang hebat." tegas dr Haris.
Ia menegaskan bahwa konsumsi susu lokal berperan penting dalam menekan angka stunting di Kabupaten Probolinggo, yang berdasarkan data BPS 2024 masih menjadi salah satu daerah dengan angka cukup tinggi.
"Kita harapkan dengan kebersamaan seluruh masyarakat, kita bisa selesaikan persoalan stunting. Jangan sampai produksi susu banyak, tapi warganya sendiri kurang minum susu," tambahnya.
Bupati juga memuji kualitas susu dari Kecamatan Krucil yang dinilai sebagai salah satu yang terbaik.
"Di sini ada KUD, ada SDI, ada Paroso yang lama membina kualitas susu. Jadi bukan hanya volume, kualitas juga harus kita jaga." ujarnya.
Di akhir sambutannya, Bupati mengutip jargon yang sudah sangat dikenal masyarakat peternak.
"Jaga sapi, jaga susu, jaga alam semesta. Dengan minum susu badan jadi sehat, pikiran jadi kuat, dan Probolinggo jadi hebat." tambahnya.
Festival Sunggi Susu di Bremi Eco Park bukan sekadar perayaan, tetapi bukti bahwa budaya lokal dapat terus berkembang berdampingan dengan kemajuan zaman. Tradisi ini memperkuat identitas Desa Bremi sebagai sentra susu sekaligus menjadi simbol kebersamaan, kerja keras, dan rasa syukur masyarakat.
Dengan antusiasme peserta yang mencapai ratusan orang dan dukungan pemerintah daerah, Sunggi Susu semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu ikon budaya Probolinggo yang layak dipertahankan dan dikenalkan lebih luas.
Simak Video "Video: Kafe di Probolinggo Diserang Gerombolan Remaja, Polisi Selidiki"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hil)













































