Apa Itu Diwali? Sejarah dan Makna Lima Hari Festival Cahaya

Apa Itu Diwali? Sejarah dan Makna Lima Hari Festival Cahaya

Irma Budiarti - detikJatim
Minggu, 19 Okt 2025 18:20 WIB
Lilin dan diyas dalam perayaan Diwali
ILUSTRASI PERAYAAN DIWALI. Foto: Unsplash/Udayaditya Barua
Surabaya -

Diwali atau Festival Cahaya adalah perayaan tahunan umat Hindu yang digelar di rumah, kuil, dan komunitas. Festival ini menjadi momen di mana keluarga berkumpul, rumah dihias dengan lampu tanah liat (diyas), lilin, dan rangoli, serta digelar doa dan ritual untuk memohon berkah dewa-dewi.

Diwali juga diwarnai kegiatan sosial seperti berbagi hadiah dan makanan, mengunjungi kerabat, serta menyalakan kembang api, menjadikannya festival yang meriah sekaligus sarat makna.

Perayaan ini berasal dari India, tetapi kini juga dirayakan komunitas India di seluruh dunia, mulai dari Nepal, Sri Lanka, Malaysia, hingga Inggris, Kanada, dan Amerika Serikat. Lebih dari sekadar pesta cahaya, Diwali membawa simbolisme yang mendalam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Festival ini menandai kemenangan cahaya atas kegelapan, kebaikan atas kejahatan, dan harapan atas kesulitan. Dalam lima hari perayaan, setiap hari memiliki ritual dan arti khusus, dari memohon berkah kekayaan dan keberuntungan hingga memperkuat ikatan keluarga.

ADVERTISEMENT

Dengan kombinasi spiritualitas, tradisi, dan kebersamaan, Diwali menjadi momen yang merayakan harmoni, keberuntungan, dan kasih sayang antar sesama, baik di India maupun di komunitas di seluruh dunia.

Sejarah Diwali

Dilansir laman Britannica, Diwali, yang dikenal sebagai Festival Cahaya, telah dirayakan selama berabad-abad dan berkembang dari tradisi lokal yang terjadi sekitar hari bulan baru Karttika.

Catatan tertua mengenai festival ini ada dalam Kamasutra karya Vatsyayana pada abad ke-3 Masehi, yang menyebutnya sebagai Yaksharatri, atau malam Yaksha yakni roh alam yang dipimpin Kubera, dewa kekayaan.

Selain itu, banyak catatan kuno lain turut mengabadikan Diwali, termasuk Purana (400-1500 M), Nilamata Purana dari Kashmir (abad ke-7), karya Jain Yashastilaka (abad ke-10), serta catatan ilmuwan Muslim al-BΔ«rΕ«nΔ« (abad ke-11) yang menulis tentang budaya dan ilmu pengetahuan India.

Dalam teks-teks kuno ini, meski detail perayaan berbeda-beda, inti makna Diwali sudah terlihat. Misalnya, beberapa Purana menyebut lampu dinyalakan untuk menyembah Yama, dewa kematian, pada hari sebelum bulan baru, terkait kisah Krishna mengalahkan Narakasura.

PuranaBhavishyottara juga menegaskan hari bulan baru sebagai waktu perayaan, di mana wanita mengusir dewi Alakshmi (kemalangan) dan menenangkan Lakshmi (keberuntungan).

Perayaan Diwali

Perayaan Diwali bervariasi bergantung wilayah dan tradisi. Secara umum, umat Hindu menyalakan diya, lampu kecil dari tanah liat berisi minyak, pada malam bulan baru untuk mengundang kehadiran Lakshmi, dewi kekayaan.

Di Bengal, yang dipuja adalah Dewi Kali, sementara di India Utara festival ini juga merayakan kepulangan Rama ke Ayodhya setelah mengalahkan Rahwana. Di India Selatan, Diwali menandai kemenangan Krishna atas raksasa Narakasura. Beberapa orang merayakan pernikahan Lakshmi dan Wisnu, atau hari lahir Lakshmi.

Selama festival, lampu-lampu dihias dan ditempatkan di rumah maupun kuil, sebagian bahkan dibiarkan hanyut di sungai. Rumah dihias dengan rangoli, desain artistik dari beras berwarna, pasir, atau kelopak bunga, dan pintu serta jendela dibuka agar Lakshmi bisa masuk untuk memberi berkah kekayaan dan keberuntungan.

Lima Hari Diwali

Diwali bukan hanya sekadar festival cahaya, tetapi juga rangkaian perayaan yang kaya makna. Setiap hari dalam festival ini membawa simbolisme dan tradisi tersendiri, dari memohon berkah dewa-dewi hingga memperkuat ikatan keluarga. Berikut penjelasan makna dan kegiatan khas pada lima hari Diwali.

1. Dhanteras

Tanggal Perayaan: Sabtu 18 Oktober 2025

Hari pertama Diwali ini dianggap sebagai hari keberuntungan untuk kekayaan dan kemakmuran. Umat Hindu membersihkan dan menghias rumah dengan lampu tanah liat kecil (diyas), lilin, bunga, rangoli.

Serta stiker kaki mungil untuk mengundang Dewi Lakshmi, dewi kekayaan, masuk ke dalam rumah. Hari ini juga fokus pada pemujaan Kubera, dewa kekayaan. Selain itu, banyak orang membeli emas atau perhiasan kecil sebagai simbol keberuntungan dan kesejahteraan.

2. Kali Chaudas/Naraka Chaturdashi

Tanggal Perayaan: Minggu 19 Oktober 2025

Hari kedua didedikasikan untuk membersihkan rumah dan diri dari energi negatif. Umat menyembah Dewi Kali, yang dipercaya menghancurkan kejahatan, penyakit, dan dampak buruk. Hari ini juga memperingati kehancuran Narakasura oleh Krishna, sekaligus menjadi waktu untuk mendoakan arwah leluhur.

3. Lakshmi Puja

Tanggal Perayaan: Senin 20 Oktober 2025 (dimulai malam hari) hingga Selasa 21 Oktober 2025

Hari ketiga merupakan puncak perayaan Diwali. Fokus utama adalah memohon berkah Dewi Lakshmi untuk kemakmuran dan kesejahteraan keluarga. Rumah dan kuil dihias dengan diyas, lilin, dan rangoli.

Sementara keluarga mengadakan pesta, bertukar permen, dan menyalakan kembang api. Hari ini juga diyakini sebagai ulang tahun Dewi Lakshmi, menjadikan pemujaan pada hari ini sangat penting.

4. Govardhan Puja/Bali Pratipada/Annakut

Tanggal Perayaan: Rabu 22 Oktober 2025

Hari keempat memperingati prestasi Dewa Krishna yang mengangkat Bukit Govardhan untuk melindungi para penggembala sapi dari hujan deras yang diturunkan Indra, raja para dewa.

Di wilayah utara India disebut Govardhan Puja, sedangkan di selatan dikenal sebagai Bali Pratipada. Hari ini juga menjadi momen untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan hormat kepada Ibu Pertiwi. Selain itu, pedagang mulai membuka buku rekening baru sebagai simbol permulaan yang menguntungkan.

5. Bhai Dooj/Bhai Tika/Bhai Bij

Tanggal Perayaan: Kamis 23 Oktober 2025

Hari kelima merayakan ikatan persaudaraan, khususnya antara kakak dan adik. Saudari mendoakan kesuksesan, kesehatan, dan kesejahteraan saudara laki-lakinya. Sebagai balasan, saudara memberikan hadiah atau perlindungan simbolis. Hari ini menegaskan nilai kekeluargaan dan kasih sayang dalam tradisi Diwali.

Diwali juga menjadi momen untuk saling berkunjung, bertukar hadiah, mengenakan pakaian baru, memberi sedekah, menyalakan kembang api, dan bahkan bermain kartu sebagai simbol keberuntungan.

Tradisi ini mengikuti kisah kuno permainan dadu yang dimainkan Siwa dan Parwati di Gunung Kailash, atau Radha dan Krishna, di mana perempuan selalu menang untuk melambangkan keberuntungan.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads