Pameran Lintas Imaji Angkat Sejarah Kereta Api Indonesia

Pameran Lintas Imaji Angkat Sejarah Kereta Api Indonesia

Eka Fitria Lusiana - detikJatim
Sabtu, 27 Sep 2025 22:15 WIB
salah satu lukisan di pameran lintas imaji
Lukisan yang ditampilkan di Pameran Lintas ImajaFoto: Eka Fitria Lusiana/ detikjatim
Surabaya -

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 8 bersama komunitas seni rupa Bang Wetan menggelar pameran seni bertajuk lintas imaji di Gedung Merah Putih (Gedung Timur), Kompleks Balai Pemuda - Alun-Alun Surabaya. Pameran yang berlangsung pada 24-28 September 2025 ini menampilkan 32 karya lukisan dari para perupa Jawa Timur dan dapat dinikmati masyarakat secara gratis.

Ketua Pameran sekaligus Ketua Komunitas Bang Wetan, Heri Purwanto, menjelaskan bahwa pameran ini berupaya mengangkat sejarah Kereta Api Indonesia agar masyarakat memahami makna besar di balik perjalanan panjang KAI.

"Kereta api itu dulu miliknya investor Belanda. Investasi dari pemodal Belanda. Ketika diambil alih oleh Jepang, semuanya disatukan," ujarnya kepada detikJatim, Jumat (26/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Heri menegaskan, kereta api bukan sekadar alat transportasi seperti bus atau ojek. Ada peristiwa penting pada 28 September 1945, ketika Angkatan Muda Kereta Api dan Serikat Buruh Kereta Api berhasil merebut Balai Besar Kereta Api di Bandung dari tangan Jepang.

ADVERTISEMENT

"Jadi, kereta api itu bukan dihadiahkan, bukan dibeli, tapi diperjuangkan," tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa Stasiun Gubeng pernah difungsikan sebagai rumah sakit darurat saat pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Dari stasiun tersebut pula, anak-anak, perempuan, hingga lansia dievakuasi ke Mojokerto untuk menyelamatkan diri dari bombardir sekutu.

"Pada waktu pertempuran 10 November, stasiun Gubeng menjadi tempat penyelamatan para korban dan penyintas perang. Dari sana juga diberangkatkan pengungsi ketika Surabaya dibombardir," terangnya.

Selain itu, Heri menyinggung pertempuran Ambarawa yang menunjukkan pentingnya jalur rel kereta sebagai garis demarkasi antara pasukan Belanda dan Indonesia. Ia juga menyinggung tragedi kelam "Gerbong Maut" di Bondowoso, di mana sekitar 200 pejuang Indonesia dimasukkan ke dalam gerbong tertutup tanpa ventilasi, makanan, atau minuman. Akibatnya, lebih dari seratus orang tewas.

"Itu dikenal sebagai tragedi Gerbong Maut di Bondowoso. Menurut saya, masyarakat harus mengenal sejarah ini, agar bisa menghargai dan setidaknya lebih aware," kata Heri.

Melalui kanvas, Komunitas Bang Wetan mencoba merajut ingatan kolektif tentang perjalanan kereta api dari masa ke masa. Heri berharap, selain memperdalam pengetahuan masyarakat tentang sejarah kereta api, pameran ini juga dapat menumbuhkan apresiasi terhadap seni rupa.

Pameran dibuka setiap hari pukul 10.00-21.00 WIB tanpa dipungut biaya. Bagi masyarakat yang ingin melihat bagaimana sejarah kereta api dituangkan dalam karya seni, inilah momen yang tepat untuk berkunjung




(ihc/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads