Jadwal Drama Kolosal Peristiwa Perobekan Bendera di Surabaya

Jadwal Drama Kolosal Peristiwa Perobekan Bendera di Surabaya

Mira Rachmalia - detikJatim
Selasa, 16 Sep 2025 16:10 WIB
Teatrikal Perobekan Bendera di Hotel Majapahit Surabaya
Teatrikal Perobekan Bendera di Hotel Majapahit Surabaya. Foto: Aprilia Devi
Surabaya -

Surabaya dikenal luas sebagai Kota Pahlawan, julukan yang melekat erat dengan sejarah panjang perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebutan ini lahir dari keberanian dan pengorbanan warga Surabaya yang tanpa gentar melawan kembalinya penjajah setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.

Salah satu peristiwa paling bersejarah yang menjadi simbol perlawanan adalah perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, kini Hotel Majapahit, pada 19 September 1945. Momen ini menegaskan sikap tegas rakyat, terutama para pemuda, yang menolak hadirnya kembali simbol penjajahan di tanah air yang telah merdeka.

Untuk merawat ingatan kolektif generasi bangsa, Pemerintah Kota Surabaya bersama komunitas sejarah dan insan seni rutin menggelar peringatan. Salah satunya drama kolosal perobekan bendera, sebuah pertunjukan yang merekonstruksi detik-detik heroik di Jalan Tunjungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini, acara tersebut kembali digelar sebagai bentuk penghormatan sekaligus sarana edukasi sejarah bagi masyarakat. Berikut jadwal lengkap drama kolosal perobekan bendera 2025.

Aksi Drama Kolosal Surabaya Merah PutihAksi Drama Kolosal Surabaya Merah Putih Foto: Instagram @tourism.surabaya

Jadwal Drama Kolosal Perobekan Bendera 2025

Drama kolosal bertajuk Surabaya Merah Putih akan kembali dipentaskan untuk memperingati peristiwa heroik perobekan bendera Belanda. Pertunjukan ini menjadi agenda tahunan yang ditunggu masyarakat Surabaya, karena menghadirkan suasana sejarah dengan kemasan teatrikal yang megah.

ADVERTISEMENT
  • Tanggal: Minggu 21 September 2025
  • Lokasi: Hotel Majapahit Surabaya, Jl Tunjungan Surabaya
  • Waktu: 07.00 WIB

Jadwal Drama Kolosal Perobekan Bendera 2025 dikemas dalam bentuk drama musikal dengan melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari seniman, pelajar, komunitas sejarah, hingga para veteran.

Kolaborasi lintas generasi ini menjadikan pertunjukan semakin hidup dan menyentuh, karena tidak sekadar hiburan, tetapi juga sarana edukasi untuk mengingat kembali perjuangan para pahlawan.

Makna Peristiwa Perobekan Bendera

Perobekan bendera Belanda menjadi salah satu simbol awal perlawanan rakyat Surabaya setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Aksi ini bukan hanya tentang merobek kain biru pada bendera Belanda, tetapi juga simbol bahwa rakyat Indonesia menolak tegas kembalinya kekuasaan asing.

Momen tersebut menjadi penegasan bahwa merah putih adalah satu-satunya bendera sah bangsa Indonesia. Perlawanan arek-arek Suroboyo dalam peristiwa ini pun menjadi bara semangat yang kelak memuncak dalam pertempuran besar 10 November 1945.

Sejarah Singkat Peristiwa di Hotel Yamato

Dalam bukunya, 10 November, Bung Tomo menuturkan insiden perobekan bendera terjadi pada 19 September 1945. Kala itu, Belanda yang baru kembali dari pengasingan berusaha menunjukkan eksistensinya dengan merayakan hari lahir Ratu Wilhelmina pada 31 Agustus.

Mereka mengibarkan bendera merah-putih-biru di atas Hotel Yamato, dulu bernama Hotel Oranje. Tindakan tersebut memicu kemarahan rakyat Surabaya. Pemuda-pemuda Belanda bahkan dengan congkak mengejek warga, bersepeda sambil bernyanyi, dan merusak plakat kemerdekaan yang dipasang di jalan-jalan kota.

Situasi kian memanas ketika dua tokoh Belanda, Ploegman dan Spit, kembali mengibarkan bendera Belanda di puncak hotel tanpa alasan jelas. Rakyat Surabaya pun segera berkumpul di sekitar hotel.

Dengan senjata seadanya, mulai bambu runcing hingga celurit, mereka berhadapan dengan pasukan Jepang yang saat itu masih bersenjata lengkap. Bentrokan pun pecah. Batu beterbangan, suara tembakan menggema.

Hingga akhirnya beberapa pemuda Indonesia berhasil masuk ke dalam hotel, menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, lalu mengibarkan kembali bendera merah putih dengan gagah. Peristiwa ini menegaskan Surabaya dan Indonesia tidak akan tunduk lagi pada penjajahan.

Namun, detailnya masih mengundang perdebatan. Sejarawan Indonesia maupun peneliti asing mencatat versi berbeda mengenai kejadian ini. Bung Tomo menulis bahwa Ploegman tewas dalam bentrokan tersebut.

Sedangkan, William H Frederick, sejarawan asal Amerika, menyebut Ploegman baru meninggal beberapa hari kemudian akibat luka yang dideritanya. Meski berbeda versi, keduanya sepakat bahwa perobekan bendera merupakan aksi spontan rakyat Surabaya yang dipicu oleh arogansi Belanda.

Warisan Semangat Perjuangan

Peristiwa perobekan bendera tidak hanya penting secara historis, tetapi juga sarat nilai perjuangan yang relevan hingga masa kini. Keberanian pemuda Surabaya menjadi teladan bagi generasi muda untuk selalu menjunjung tinggi persatuan dan menjaga kedaulatan bangsa.

Pemerintah Kota Surabaya sendiri menetapkan 19 September 1945 sebagai tanggal resmi peristiwa perobekan bendera. Sejak itu, setiap tahun selalu diperingati dengan acara rekonstruksi, pementasan drama, hingga kegiatan edukasi di sekolah-sekolah.

Pertunjukan drama kolosal di Hotel Majapahit menjadi salah satu agenda yang ditunggu, karena menghadirkan suasana heroik dengan teatrikal. Dengan melibatkan ribuan penonton, acara ini tak hanya menjadi tontonan, tetapi juga pengingat akan harga mahal yang harus dibayar untuk meraih dan mempertahankan kemerdekaan




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads