Asal-usul Trenggalek, Dari Prasasti Kamulan hingga Penetapan Kabupaten

Asal-usul Trenggalek, Dari Prasasti Kamulan hingga Penetapan Kabupaten

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 21 Agu 2025 01:00 WIB
ILUSTRASI HARI JADI KABUPATEN TRENGGALEK.
ILUSTRASI HARI JADI KABUPATEN TRENGGALEK. Foto: Davira Aurelly/detikJatim
Trenggalek -

Trenggalek, sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berada di sisi pesisir selatan Pulau Jawa ini akan merayakan hari jadinya pada 31 Agustus 2025. Tahun ini, Trenggalek merayakan peringatan hari jadi ke-831 tahun, menandakan sejarah panjang wilayah ini.

Sebagai daerah yang berada di jalur penting antara Pacitan, Tulungagung, dan pesisir selatan Jawa, Trenggalek memainkan peran strategis dalam perkembangan budaya, sosial, dan politik sejak zaman kerajaan hingga masa kolonial Belanda.

Penetapan hari jadi Trenggalek bukan hanya sekadar perayaan seremonial, melainkan juga upaya untuk mengenang sejarah panjang perjuangan dan perjalanan pemerintahan yang membentuk identitas daerah ini. Berikut rangkuman sejarah Hari Jadi Trenggalek.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak Pra-Sejarah di Trenggalek

Melansir situs resmi pemerintah Kabupaten Trenggalek, sejarah panjang Trenggalek dapat ditelusuri sejak masa pra-sejarah. Berbagai artefak seperti menhir, lumpang batu, batu dakon, batu saji, hingga mortar ditemukan di sejumlah tempat.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa kawasan Trenggalek telah dihuni manusia sejak ribuan tahun lalu. Menurut HR Van Keerkerem, manusia purba Homo Wajakensis yang hidup pada masa Pleistosin Atas diperkirakan tinggal di kawasan sekitar Tulungagung dan Pacitan.

ADVERTISEMENT

Penemuan artefak di jalur Pacitan-Wajak melalui Panggul, Dongko, Karangan, hingga Gandusari menjadi bukti bahwa manusia purba pernah bermigrasi melewati wilayah Trenggalek.

Bukti Tertulis dari Prasasti

Walaupun banyak ditemukan peninggalan pra-sejarah, penetapan hari jadi Trenggalek baru memiliki dasar kuat setelah ditemukannya prasasti. Salah satunya adalah Prasasti Kamsyaka tahun 929 M, yang menyebutkan adanya daerah otonom atau swatantra di kawasan Trenggalek.

Beberapa daerah yang disebutkan antara lain Kampak, Panggul, Munjungan, Prigi, dan Dawuhan. Fakta ini menunjukkan bahwa pada masa itu Trenggalek sudah memiliki struktur pemerintahan lokal.

Selanjutnya, ditemukan pula Prasasti Kamulan yang diterbitkan pada masa Raja Kediri, Sri Kertajaya. Prasasti ini menjadi dasar kuat bagi panitia penggali sejarah untuk menetapkan tanggal yang tercantum di dalamnya sebagai hari jadi Kabupaten Trenggalek.

Perubahan Wilayah pada Masa Kerajaan dan Kolonial

Perjalanan pemerintahan Trenggalek tidak lepas dari dinamika politik di Jawa. Pada masa Perjanjian Giyanti tahun 1755, Mataram terbagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Saat itu, sebagian wilayah Trenggalek termasuk dalam kekuasaan Bupati Ponorogo di bawah Surakarta, sementara Panggul dan Munjungan berada di bawah Bupati Pacitan yang tunduk pada Yogyakarta.

Memasuki era kolonial, Trenggalek juga mengalami beberapa kali perubahan administrasi. Pada masa pemerintahan Inggris (1812-1816), Pacitan beserta wilayah Panggul dan Munjungan berada di bawah kendali Inggris, lalu diserahkan kembali kepada Belanda pada 1816.

Setelah Perang Diponegoro usai pada 1830, Trenggalek masuk pemerintahan Hindia Belanda, dan mulai terbentuk sebagai wilayah kabupaten secara administratif. Namun, pada 1923, Pemerintah Belanda sempat menghapus Kabupaten Trenggalek dengan alasan ekonomi, serta membagi wilayahnya ke Pacitan dan Tulungagung.

Trenggalek dalam Tata Pemerintahan Indonesia

Baru setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 terbit, Trenggalek kembali berdiri sebagai kabupaten dalam tata pemerintahan Republik Indonesia. Sejak saat itu, Trenggalek memiliki bupati definitif yang memimpin jalannya pemerintahan daerah hingga sekarang.

Salah satu tokoh penting yang dikenang masyarakat Trenggalek adalah Mangoen Negoro II, atau yang dikenal Kanjeng Jimat. Ia merupakan Bupati Trenggalek pada masa Hindia Belanda yang terkenal arif dan berwibawa. Untuk menghormatinya, nama "Kanjeng Jimat" diabadikan menjadi nama jalan utama di Trenggalek.

Makna Hari Jadi Trenggalek

Hari Jadi Kabupaten Trenggalek yang bersumber dari prasasti kuno bukan hanya sekadar penanda usia daerah, melainkan juga simbol penghormatan terhadap sejarah panjang yang membentuk identitas masyarakatnya.

Setiap tahun, peringatan ini dirayakan dengan berbagai kegiatan budaya, ziarah ke makam leluhur, hingga acara resmi pemerintahan. Dengan memahami sejarahnya, masyarakat Trenggalek diharapkan semakin bangga dan termotivasi menjaga warisan budaya, sekaligus membangun daerah menuju masa depan yang lebih maju.




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads