Kapan 1 Suro 2025? Ini Deretan Mitosnya

Kapan 1 Suro 2025? Ini Deretan Mitosnya

Mira Rachmalia - detikJatim
Sabtu, 21 Jun 2025 01:00 WIB
Ngesti malam 1 Suro di Mojokerto
Tradisi malam 1 Suro di Mojokerto. Foto: Enggran Eko Budianto/detikJatim
Surabaya -

1 Suro 2025 diperingati sebagai tahun baru dalam penanggalan Jawa. Bagi masyarakat Jawa, malam 1 Suro sendiri bukan sekadar pergantian tahun, tapi juga momen sakral yang penuh mitos dan larangan turun-temurun.

Ada yang percaya malam ini menjadi waktu yang dianggap penuh kekuatan spiritual dan aura mistis, dan waktu ketika dunia gaib paling aktif, hingga ada larangan keluar rumah demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Meski zaman telah berkembang pesat, tradisi memperingati malam 1 Suro masih terus dilestarikan di berbagai daerah di Pulau Jawa. Lantas, kapan tepatnya 1 Suro dan malam tahun baru Jawa 2025? Simak informasi lengkapnya dan mitos-mitosnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kapan 1 Suro 2025?

Berdasarkan data resmi dari Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) Kementerian Agama RI, malam 1 Suro 2025 jatuh pada Jumat malam 27 Juni 2025. Hal ini karena 1 Suro 1959 dalam kalender Jawa bertepatan dengan Sabtu 28 Juni 2025 dalam kalender Masehi.

Penting untuk diketahui bahwa dalam sistem penanggalan Jawa dan Hijriah, pergantian hari dimulai saat matahari terbenam atau sejak waktu salat magrib, bukan tengah malam seperti dalam kalender Masehi. Oleh karena itu, malam 1 Suro dimulai pada Jumat petang 27 Juni 2025.

ADVERTISEMENT

Tanggal ini juga bertepatan dengan 1 Muharram 1447 Hijriah, yang telah ditetapkan sebagai hari libur nasional berdasarkan SKB Tiga Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025.

Makna Filosofis Malam 1 Suro dalam Budaya Jawa

Malam 1 Suro bukan hanya sekadar penanda awal tahun Jawa, tetapi juga merupakan momen untuk introspeksi diri, merenung, dan membersihkan jiwa. Dalam tradisi Jawa, malam ini dianggap sebagai waktu terbaik untuk menyucikan hati dan pikiran, menjauhkan diri dari keramaian, serta mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Di beberapa daerah, malam 1 Suro juga dirayakan dengan berbagai ritual spiritual seperti tirakatan, tapa bisu, berziarah ke makam leluhur, dan memandikan pusaka. Semua itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan harapan akan keselamatan serta keberkahan di tahun yang baru.

Ragam Mitos dan Pantangan Malam 1 Suro

Seiring dengan kekuatan spiritual yang melekat pada malam 1 Suro, terdapat pula banyak mitos dan pantangan yang diwariskan secara turun-temurun. Meskipun sebagian orang kini menganggapnya sebagai tradisi kuno, banyak pula yang masih memegang teguh larangan-larangan ini sebagai bentuk kehati-hatian dan penghormatan terhadap nilai budaya.

1. Dilarang Keluar Rumah pada Malam 1 Suro

Salah satu pantangan paling dikenal adalah larangan keluar rumah saat malam 1 Suro. Masyarakat percaya bahwa malam ini adalah saat makhluk halus, roh-roh leluhur, dan energi gaib berkeliaran di bumi.

Keluar rumah tanpa tujuan yang jelas dapat mengundang hal buruk seperti gangguan gaib atau kesialan. Karena itu, banyak orang memilih berdiam diri di rumah, berdoa, dan melakukan renungan pribadi.

2. Tidak Dianjurkan Mengadakan Pernikahan atau Hajatan

Malam 1 Suro dianggap sebagai waktu yang tidak tepat untuk menyelenggarakan acara besar, termasuk pernikahan, khitanan, atau pesta lainnya. Dalam kepercayaan Jawa, menggelar hajatan pada malam atau bulan Suro dipercaya dapat membawa ketidakbahagiaan.

Bahkan, bisa terjadi keretakan rumah tangga, hingga musibah bagi keluarga yang mengadakannya. Kepercayaan ini membuat banyak keluarga memilih untuk menunda acara hingga bulan berikutnya yang dianggap lebih membawa keberuntungan.

3. Pantangan Pindah Rumah

Memulai tinggal di rumah baru pada malam 1 Suro juga termasuk dalam larangan tradisional. Menurut kepercayaan, hal ini dapat membawa nasib buruk, seperti penyakit, rezeki seret, atau gangguan spiritual di tempat tinggal baru. Oleh sebab itu, banyak orang Jawa yang menghindari proses pindah rumah bertepatan dengan malam ini.

4. Menjaga Suasana Sunyi, Tidak Boleh Bersuara Keras

Tradisi Tapa Bisu yang dilakukan di Keraton Yogyakarta menjadi simbol kuat dari pantangan bersuara keras. Kesunyian diyakini sebagai jalan menuju penyucian diri dan pencerahan batin.

Pada malam ini, masyarakat dianjurkan untuk menghindari keributan, berteriak, atau membuat kegaduhan. Semakin tenang malam itu dijalani, semakin besar kesempatan untuk mendapatkan kedamaian batin dan keberkahan spiritual.

5. Menjaga Ucapan dengan Menghindari Perkataan Kasar dan Negatif

Malam 1 Suro juga menjadi waktu untuk menjaga tutur kata. Masyarakat Jawa percaya bahwa perkataan buruk yang diucapkan pada malam ini berpotensi menjadi kenyataan. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk berkata yang baik-baik saja, atau jika perlu lebih banyak berdiam diri, merenung, dan membaca doa atau zikir.

6. Larangan Membangun Rumah

Melakukan pembangunan rumah atau proyek penting lainnya juga dianggap pantang pada malam 1 Suro. Menurut kepercayaan, memulai sesuatu yang besar pada waktu sakral ini justru mengundang halangan, hambatan, atau kegagalan. Oleh karena itu, banyak yang menunggu waktu yang dianggap lebih baik menurut perhitungan hari baik (weton).




(ihc/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads